Chereads / Kehidupanku sebagai Dungeon Master / Chapter 15 - [Bab 2: Menjadi Dungeon Master] makan bersama

Chapter 15 - [Bab 2: Menjadi Dungeon Master] makan bersama

" benarkah?" Nessa menatapku dengan mata yang berlinang.

" Tentu saja, aku tidak akan menyalahkanmu." Aku membalas

dengan tersenyum.

"Ayo kita lanjutkan mencari tempat untuk dijadikan sebagai markas

sementara" aku melanjutkan kata-kataku.

Lalu kami melanjutkan perjalanan kami untuk mencari tempat

yang cocok untuk markas sementara.

" Apakah sudah baikkan." Aku bertanya lagi setelah beberapa

saat.

"Um, aku sudah baik-baik saja."

Dalam perjalanan kami berbincang sedikit agar kami tidak

terlalu serius dan tegang, namun tetap waspada.

Kemudian kami juga menemui monster yang bersembunyi dan

melakukan serangan kejutan pada kami, tapi karena aku sudah terbiasa menghadapi

serangan kejutan, serangan mereka berakhir dengan sia-sia.

Dan kami berhasil mengubah mereka menjadi nilai untuk uji

coba kami.

Karena aku yang sering pergi ke dalam hutan berkabut, aku

menjadi terbiasa dengan serangan kejutan, dan aku akhirnya mengembangkan

kemampuan yang berkaitan dengan itu.

Di hutan berkabut, itu dipenuhi dengan kabut, sehingga,

kebanyakan monster di sana sering melakukan serangan kejutan, terutama monster

berjenis serangga.

Dan yang aku kalahkan kali ini juga adalah monster serangga.

Kalajengking batu, memiliki tubuh yang berupa batu dan

sangat mudah berkamuflase saat dia berada di dekat bebatuan.

Dan juga monster Golem tingkat rendah, Golem itu berbentuk

seperti bola dengan penampilan seperti labu yang dipajang untuk acara

Halloween, dengan mata dan mulut yang sedikit menyeramkan.

Tapi itu lebih lemah dari Golem yang pertama tadi.

Dalam beberapa waktu akhirnya kami menemukan tempat yang

cocok digunakan sebagai markas kami.

Dengan pintu masuk sang sempit dan hanya bisa dilewati oleh

satu orang saja dalam satu waktu.

Dan bagian dalam cukup lebar sekitar empat meter persegi.

Kami beristirahat setelah melakukan perjalanan yang cukup

panjang, meskipun tidak sampai tengah hari.

Aku sangat lelah karena harus bertarung terus selama

perjalanan untuk mencari tempat untuk markas kami selam uji coba.

Nessa juga terlihat lelah, meskipun dia tidak ikut

bertarung, dia adalah seorang penyembuh dan tidak memiliki kekuatan fisik yang

kuat.

Itu adalah hal yang normal baginya untuk lelah, selain itu

kami juga berjalan di gurun yang tidak memiliki keteduhan, panas matahari

langsung mengenai kami.

Pasir dan tanah yang kami pijakpun terasa panas.

Aku mengeluarkan makanan yang aku simpan di dalam tas

penyimpananku.

Menyebarkan alas untuk kami duduk. Aku menyiapkan makanan

untukku dan juga Nessa.

"wah, kamu benar-benar membawa makanan yang lezat untuk uji

coba ini Glenn!."

Nessa berseru dengan bahagia saat melihat makanan yang aku

keluarkan.

Meskipun sebenarnya itu bukanlah makanan yang mewah, itu

hanyalah roti dan sup yang aku simpan dalam toples yang terbuat dari besi.

Aku hanya tersenyum melihat bagaimana Nessa bereaksi.

Aku mengerti mengapa dia bereaksi seperti itu, karena

biasanya saat menjalankan misi seperti ini, yang dibawa adalah makanan kering

yang telah diawetkan, dan itu rasanya tidak terlalu enak.

Jadi makanan yang aku bawa akan terlihat lezat jika

dibandingkan dengan dendeng dan daging kering lainnya.

Aku mengeluarkan mangkuk dari tas penyimpananku, dan sebelum

aku menuangkan sup kedalam mangkuk, aku menghangatkan nya terlebih dahulu.

" Wahai roh api, dengarkan permintaanku, dan wujudkanlah

keinginanku, api kecil!" dengan sedikit membaca mantra aku mengeluarkan sihir

api yang biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Itu adalah sihir sehari-hari, api kecil, biasanya digunakan

untuk menyalakan api saat ingin memasak ataupun membuat api unggun.

Lalu aku meletakkan toples yang berisi sup itu di atas api

kecil yang kini apinya telah berubah dari merah oranye menjadi biru.

Aku menambahkan lebih banyak energi sihir untuk mengubah

itu, aku menambahkan sihir tapi menekan bentuknya untuk tidak menjadi lebih

besar. Jadinya warna pada api itu berubah menjadi biru.

Aku tidak tahu cara kerjanya tapi aku menemukan itu saat aku

bereksperimen saat pergi berpetualang.

Mungkin semacam teknik kompresi, aku menekan api yang

seharusnya menyala besar menjadi ukuran yang tetap pada sihir api kecil yang

membuat api yang menyala menjadi lebih berkualitas.

Mungkin.

" woah, apinya berwarna biru!" Nessa kembali berseru saat

melihat api kecil yang aku nyalakan berubah warna menjadi berwarna biru.

" Kenapa kamu begitu terkejut?" tanyaku sedikit bingung dan

memiringkan kepalaku saat melihat bagaimana cara Nessa bereaksi.

" apakah kamu tidak tahu, api biru biasanya hanya bisa di

buat oleh penyihir api tingkat tinggi" Nessa mengatakan sesuatu yang luar

biasa.

Aku tidak mengetahui tentang itu, mungkin karena aku tidak

terlalu peduli tentang itu atau hanya saja aku hanya fokus untuk meningkatkan

kekuatanku.

Dan juga aku tidak pernah menunjukkannya kepada orang lain.

Jadi tidak ada yang memberitahu itu kepadaku.

" orang-orang mengatakan jika penyihir telah bisa membuat

sihir api mereka berubah menjadi warna biru, kekuatan mereka akan menjadi

sangat luar biasa dan dapat membakar apapun dengan cepat, dan biasanya yang

bisa melakukan hal itu adalah orang kuat yang berada di level 70 ke atas."

Nessa berbicara cukup banyak, dia terlihat begitu

bersemangat.

Aku hanya melihat bagaimana dia berbicara dengan tersenyum.

Aku meletakkan tanganku di depan wajahku , jari telunjukku

berada di depan mulutku dan berkata pada Nessa.

" Jadi, tolong rahasiakan hal ini, dan jangan beritahu

kepada orang lain, ya".

Aku melakukan itu setelah sup yang ada di dalam toples sudah

mendidih.

"Eh, apakah Glenn tidak ingin orang lain tahu, bukankah itu

adalah hal yang hebat?" Nessa bertanya dengan sedikit bingung.

" tapi aku adalah orang yang lemah, bukankah aneh untuk

orang lemah bisa melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang

kuat yang berada di atas level 70." Aku berkata dengan nada menjelaskan.

" tapi menurutku itu hebat" Nessa masih berkata dengan

semangat.

" Itu, menurutmu, orang lain tidak akan beranggapan seperti

itu"

"tapi...." Nessa ingin terus melanjutkan tapi aku

menghentikannya.

"Tolong rahasiakan" aku mengulangi hal yang tadi.

" Jadi, ayo kita makan dulu, nanti supnya bisa menjadi

dingin lagi" aku mengalihkan topik pembicaraan.

"ah, maaf, aku akan merahasiakan hal itu" dia berkata dengan

perasaan bersalah yang terlihat jelas dari postur tubuhnya.

" Tidak apa-apa, ayo makan dulu" aku menyodorkan sup yang

telah aku tuangkan kedalam mangkuk.

Aku juga memberikan sepotong roti kepadanya, dan kemudian

kami mulai makan untuk mengisi energi kami.