" benarkah?" Nessa menatapku dengan mata yang berlinang.
" Tentu saja, aku tidak akan menyalahkanmu." Aku membalas
dengan tersenyum.
"Ayo kita lanjutkan mencari tempat untuk dijadikan sebagai markas
sementara" aku melanjutkan kata-kataku.
Lalu kami melanjutkan perjalanan kami untuk mencari tempat
yang cocok untuk markas sementara.
" Apakah sudah baikkan." Aku bertanya lagi setelah beberapa
saat.
"Um, aku sudah baik-baik saja."
Dalam perjalanan kami berbincang sedikit agar kami tidak
terlalu serius dan tegang, namun tetap waspada.
Kemudian kami juga menemui monster yang bersembunyi dan
melakukan serangan kejutan pada kami, tapi karena aku sudah terbiasa menghadapi
serangan kejutan, serangan mereka berakhir dengan sia-sia.
Dan kami berhasil mengubah mereka menjadi nilai untuk uji
coba kami.
Karena aku yang sering pergi ke dalam hutan berkabut, aku
menjadi terbiasa dengan serangan kejutan, dan aku akhirnya mengembangkan
kemampuan yang berkaitan dengan itu.
Di hutan berkabut, itu dipenuhi dengan kabut, sehingga,
kebanyakan monster di sana sering melakukan serangan kejutan, terutama monster
berjenis serangga.
Dan yang aku kalahkan kali ini juga adalah monster serangga.
Kalajengking batu, memiliki tubuh yang berupa batu dan
sangat mudah berkamuflase saat dia berada di dekat bebatuan.
Dan juga monster Golem tingkat rendah, Golem itu berbentuk
seperti bola dengan penampilan seperti labu yang dipajang untuk acara
Halloween, dengan mata dan mulut yang sedikit menyeramkan.
Tapi itu lebih lemah dari Golem yang pertama tadi.
Dalam beberapa waktu akhirnya kami menemukan tempat yang
cocok digunakan sebagai markas kami.
Dengan pintu masuk sang sempit dan hanya bisa dilewati oleh
satu orang saja dalam satu waktu.
Dan bagian dalam cukup lebar sekitar empat meter persegi.
Kami beristirahat setelah melakukan perjalanan yang cukup
panjang, meskipun tidak sampai tengah hari.
Aku sangat lelah karena harus bertarung terus selama
perjalanan untuk mencari tempat untuk markas kami selam uji coba.
Nessa juga terlihat lelah, meskipun dia tidak ikut
bertarung, dia adalah seorang penyembuh dan tidak memiliki kekuatan fisik yang
kuat.
Itu adalah hal yang normal baginya untuk lelah, selain itu
kami juga berjalan di gurun yang tidak memiliki keteduhan, panas matahari
langsung mengenai kami.
Pasir dan tanah yang kami pijakpun terasa panas.
Aku mengeluarkan makanan yang aku simpan di dalam tas
penyimpananku.
Menyebarkan alas untuk kami duduk. Aku menyiapkan makanan
untukku dan juga Nessa.
"wah, kamu benar-benar membawa makanan yang lezat untuk uji
coba ini Glenn!."
Nessa berseru dengan bahagia saat melihat makanan yang aku
keluarkan.
Meskipun sebenarnya itu bukanlah makanan yang mewah, itu
hanyalah roti dan sup yang aku simpan dalam toples yang terbuat dari besi.
Aku hanya tersenyum melihat bagaimana Nessa bereaksi.
Aku mengerti mengapa dia bereaksi seperti itu, karena
biasanya saat menjalankan misi seperti ini, yang dibawa adalah makanan kering
yang telah diawetkan, dan itu rasanya tidak terlalu enak.
Jadi makanan yang aku bawa akan terlihat lezat jika
dibandingkan dengan dendeng dan daging kering lainnya.
Aku mengeluarkan mangkuk dari tas penyimpananku, dan sebelum
aku menuangkan sup kedalam mangkuk, aku menghangatkan nya terlebih dahulu.
" Wahai roh api, dengarkan permintaanku, dan wujudkanlah
keinginanku, api kecil!" dengan sedikit membaca mantra aku mengeluarkan sihir
api yang biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Itu adalah sihir sehari-hari, api kecil, biasanya digunakan
untuk menyalakan api saat ingin memasak ataupun membuat api unggun.
Lalu aku meletakkan toples yang berisi sup itu di atas api
kecil yang kini apinya telah berubah dari merah oranye menjadi biru.
Aku menambahkan lebih banyak energi sihir untuk mengubah
itu, aku menambahkan sihir tapi menekan bentuknya untuk tidak menjadi lebih
besar. Jadinya warna pada api itu berubah menjadi biru.
Aku tidak tahu cara kerjanya tapi aku menemukan itu saat aku
bereksperimen saat pergi berpetualang.
Mungkin semacam teknik kompresi, aku menekan api yang
seharusnya menyala besar menjadi ukuran yang tetap pada sihir api kecil yang
membuat api yang menyala menjadi lebih berkualitas.
Mungkin.
" woah, apinya berwarna biru!" Nessa kembali berseru saat
melihat api kecil yang aku nyalakan berubah warna menjadi berwarna biru.
" Kenapa kamu begitu terkejut?" tanyaku sedikit bingung dan
memiringkan kepalaku saat melihat bagaimana cara Nessa bereaksi.
" apakah kamu tidak tahu, api biru biasanya hanya bisa di
buat oleh penyihir api tingkat tinggi" Nessa mengatakan sesuatu yang luar
biasa.
Aku tidak mengetahui tentang itu, mungkin karena aku tidak
terlalu peduli tentang itu atau hanya saja aku hanya fokus untuk meningkatkan
kekuatanku.
Dan juga aku tidak pernah menunjukkannya kepada orang lain.
Jadi tidak ada yang memberitahu itu kepadaku.
" orang-orang mengatakan jika penyihir telah bisa membuat
sihir api mereka berubah menjadi warna biru, kekuatan mereka akan menjadi
sangat luar biasa dan dapat membakar apapun dengan cepat, dan biasanya yang
bisa melakukan hal itu adalah orang kuat yang berada di level 70 ke atas."
Nessa berbicara cukup banyak, dia terlihat begitu
bersemangat.
Aku hanya melihat bagaimana dia berbicara dengan tersenyum.
Aku meletakkan tanganku di depan wajahku , jari telunjukku
berada di depan mulutku dan berkata pada Nessa.
" Jadi, tolong rahasiakan hal ini, dan jangan beritahu
kepada orang lain, ya".
Aku melakukan itu setelah sup yang ada di dalam toples sudah
mendidih.
"Eh, apakah Glenn tidak ingin orang lain tahu, bukankah itu
adalah hal yang hebat?" Nessa bertanya dengan sedikit bingung.
" tapi aku adalah orang yang lemah, bukankah aneh untuk
orang lemah bisa melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang
kuat yang berada di atas level 70." Aku berkata dengan nada menjelaskan.
" tapi menurutku itu hebat" Nessa masih berkata dengan
semangat.
" Itu, menurutmu, orang lain tidak akan beranggapan seperti
itu"
"tapi...." Nessa ingin terus melanjutkan tapi aku
menghentikannya.
"Tolong rahasiakan" aku mengulangi hal yang tadi.
" Jadi, ayo kita makan dulu, nanti supnya bisa menjadi
dingin lagi" aku mengalihkan topik pembicaraan.
"ah, maaf, aku akan merahasiakan hal itu" dia berkata dengan
perasaan bersalah yang terlihat jelas dari postur tubuhnya.
" Tidak apa-apa, ayo makan dulu" aku menyodorkan sup yang
telah aku tuangkan kedalam mangkuk.
Aku juga memberikan sepotong roti kepadanya, dan kemudian
kami mulai makan untuk mengisi energi kami.