Setelah berhasil melarikan diri dari reruntuhan gua yang hampir menelan mereka, Xiao Shao dan Mei Hua kembali ke permukaan dengan napas terengah-engah. Matahari mulai terbenam, menyisakan langit yang memerah dan bayangan panjang di tanah. Keduanya duduk di atas batu besar, mencoba menenangkan diri dan meresapi kejadian yang baru saja mereka alami.
"Kita hampir saja kehilangan nyawa," kata Mei Hua, suaranya bergetar.
Xiao Shao mengangguk, matanya menatap kosong ke depan. "Kekuatan yang kita hadapi jauh lebih besar dari yang kita bayangkan. Kita harus lebih berhati-hati."
Malam itu, mereka memutuskan untuk beristirahat di luar gua, menjaga api unggun agar tetap menyala. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir, dan tantangan yang lebih besar menanti di depan.
Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan menuju desa terdekat untuk mencari informasi lebih lanjut. Sesampainya di sana, mereka mendekati seorang pedagang tua yang tampaknya mengetahui banyak hal tentang daerah tersebut.
"Apa yang bisa saya bantu?" tanya pedagang itu dengan suara serak.
"Kami mencari informasi tentang artefak kuno yang tersembunyi di pegunungan ini," jawab Xiao Shao.
Pedagang itu terdiam sejenak, lalu berkata, "Ada legenda yang mengatakan bahwa di puncak Gunung Xian terdapat kuil kuno yang menyimpan artefak tersebut. Namun, banyak yang mencoba mencapainya dan tidak pernah kembali."
"Apa yang membuat mereka tidak kembali?" tanya Mei Hua.
"Kekuatan yang melindungi kuil itu sangat kuat," jawab pedagang itu. "Hanya mereka yang memiliki keberanian dan kekuatan luar biasa yang bisa mencapainya."
Mendengar itu, Xiao Shao dan Mei Hua merasa semakin yakin bahwa mereka harus melanjutkan pencarian mereka. Mereka berterima kasih kepada pedagang tersebut dan mempersiapkan diri untuk perjalanan berikutnya.
Perjalanan menuju Gunung Xian tidaklah mudah. Medannya terjal dan penuh rintangan. Namun, dengan tekad yang kuat, mereka terus melangkah.
Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di kaki Gunung Xian. Di sana, mereka menemukan sebuah patung naga besar yang tampaknya menjadi pintu masuk menuju kuil.
"Ini dia," kata Xiao Shao. "Kita harus berhati-hati."
Mereka memasuki area tersebut dan menemukan diri mereka di sebuah halaman luas dengan dinding batu yang tinggi. Di tengah halaman, terdapat sebuah altar dengan simbol-simbol kuno yang tidak mereka mengerti.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Mei Hua.
"Kita harus mencari petunjuk," jawab Xiao Shao.
Mereka mulai memeriksa sekitar, mencari tanda atau simbol yang bisa membantu mereka memahami cara memasuki kuil. Setelah beberapa saat, mereka menemukan sebuah ukiran di dinding yang menggambarkan dua tangan yang saling berpegangan.
"Mungkin kita harus melakukan ini," kata Mei Hua, mencoba meniru posisi tangan yang ada di ukiran.
Xiao Shao mengangguk dan ikut meniru gerakan tersebut. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh, dan dinding batu di depan mereka mulai bergerak, membuka jalan menuju dalam kuil.
"Kita berhasil," kata Xiao Shao dengan senyum lebar.
Namun, sebelum mereka melangkah lebih jauh, suara keras terdengar dari belakang mereka. Mereka berbalik dan melihat sekelompok penjaga dengan pakaian hitam mendekati mereka.
"Kalian tidak diizinkan masuk," kata salah satu penjaga dengan suara dingin.
"Kami hanya ingin mencari kebenaran," jawab Mei Hua.
"Kebenaran?" kata penjaga itu. "Kebenaran yang kalian cari akan membawa kehancuran."
Tanpa peringatan, penjaga itu melancarkan serangan. Xiao Shao dan Mei Hua segera menghindar dan membalas dengan serangan mereka sendiri.
Pertempuran sengit pun terjadi di halaman kuil. Meskipun mereka berdua berusaha keras, jumlah penjaga yang lebih banyak membuat mereka kesulitan.
"Kita harus keluar dari sini," kata Xiao Shao, menarik Mei Hua mundur.
Mereka berlari menuju pintu masuk kuil, namun jalan mereka terhalang oleh lebih banyak penjaga. Dalam keadaan terdesak, Xiao Shao memutuskan untuk menggunakan teknik kultivasi terlarang yang pernah ia pelajari.
Dengan konsentrasi penuh, ia mengumpulkan energi dalam tubuhnya dan melepaskannya dalam ledakan dahsyat. Energi itu menghancurkan dinding batu di sekitar mereka, menciptakan celah yang memungkinkan mereka melarikan diri.
Namun, penggunaan teknik tersebut membuat tubuh Xiao Shao melemah. Ia terjatuh ke tanah, kelelahan.
"Xiao Shao!" teriak Mei Hua, berlari menghampirinya.
"Aku baik-baik saja," jawab Xiao Shao, meskipun suaranya lemah.
Mereka berdua melarikan diri