Xiao Shao dan Mei Hua melangkah lebih jauh ke dalam kuil kuno yang gelap. Cahaya dari obor mereka hanya memberikan sedikit penerangan di sekitar, menciptakan bayangan yang menari-nari di dinding batu yang sudah berusia ribuan tahun. Suasana di dalam kuil terasa berat, penuh dengan energi yang sangat kuat. Setiap langkah yang mereka ambil seolah mengundang perhatian kekuatan yang tak tampak.
"Jaga diri kita," kata Xiao Shao, suaranya rendah dan tegas. Meskipun tubuhnya masih lelah akibat pertempuran sebelumnya, tekadnya untuk mengungkap kebenaran dan menemukan artefak tersebut tetap membara.
Mei Hua mengangguk, tetap waspada. "Kita harus hati-hati. Tempat ini tidak terasa seperti kuil biasa."
Saat mereka melanjutkan perjalanan, sebuah suara dalam yang datang entah dari mana terdengar di sekitar mereka, memecah keheningan yang mencekam.
"Siapa yang berani memasuki tempat suci ini?" suara itu menggema, memantul dari dinding batu, menciptakan efek yang membuat keduanya merasa seolah-olah mereka dikelilingi oleh banyak suara.
Xiao Shao berhenti sejenak, memusatkan perhatian pada suara tersebut. "Kami datang dengan niat baik," jawabnya dengan suara mantap. "Kami mencari kekuatan dan kebenaran."
Suasana di sekitar mereka semakin mencekam. Tiba-tiba, dari kegelapan, muncul sosok bayangan berwarna biru kehijauan. Itu adalah sosok seorang lelaki dengan pakaian kuno, wajahnya tersembunyi di balik masker, dan mata yang bersinar dengan warna yang tidak bisa dijelaskan.
"Niatan baik? Di sini, hanya ada satu kebenaran," kata sosok itu, suaranya berat dan penuh misteri. "Hanya mereka yang memiliki tekad yang luar biasa yang bisa melangkah lebih jauh."
Sosok tersebut bergerak cepat, seperti bayangan yang tak kasat mata, dan dalam sekejap sudah berada tepat di depan mereka. Tanpa peringatan, ia mengangkat tangannya dan tiba-tiba udara di sekitar mereka terasa begitu berat, seolah ada kekuatan yang mengikat tubuh mereka.
Xiao Shao dan Mei Hua segera siap menghadapi ancaman tersebut. Dengan cepat, Xiao Shao mengaktifkan teknik pertarungannya, mengumpulkan energi dalam tubuhnya. "Mei Hua, bersiaplah!" teriaknya.
Mei Hua mengangguk dan segera melancarkan serangan menggunakan pedangnya. Meskipun tubuh Xiao Shao masih lelah, kekuatan yang dia miliki dalam teknik kultivasinya memberinya kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Mereka berdua saling mendukung, bekerja sama dengan sangat baik.
Namun, sosok tersebut tampaknya jauh lebih kuat dari yang mereka duga. Setiap serangan yang mereka luncurkan dibalas dengan gerakan yang lebih cepat dan lebih kuat, menghancurkan sebagian besar serangan mereka.
"Kalian hanya bisa bertahan sebentar di sini," kata sosok itu dengan suara dingin. "Tempat ini bukan untuk orang lemah."
Xiao Shao merasakan tekanan yang semakin besar. Ia tahu bahwa jika mereka terus bertahan seperti ini, mereka tidak akan bisa menang. Namun, tekad dalam dirinya membuatnya tidak ingin menyerah. "Kami tidak akan mundur," jawabnya dengan penuh keyakinan.
Mei Hua, yang mulai kelelahan, mencoba mencari celah untuk menyerang dari sisi. "Xiao Shao, aku akan mencoba mengalihkan perhatiannya. Kamu serang dari belakang."
Tanpa menunggu lebih lama, Mei Hua melompat ke arah sosok itu, mengarahkan serangannya dengan kecepatan tinggi. Sementara itu, Xiao Shao memusatkan energi dalam tubuhnya dan meluncurkan serangan telak yang lebih terarah ke titik lemah musuh.
Namun, sosok itu dengan mudah menghindar dan menggerakkan tangannya, menciptakan gelombang energi yang menghantam tubuh mereka. Keduanya terlempar ke belakang, terjatuh ke lantai batu yang keras.
Xiao Shao terengah-engah, merasa tubuhnya semakin lemah setelah serangan itu. Mei Hua mencoba untuk bangkit, meski tubuhnya gemetar karena kelelahan.
"Apakah kalian sudah puas?" tanya sosok itu, suaranya terdengar semakin memudar. "Tempat ini hanya untuk mereka yang layak. Jika kalian ingin melanjutkan, tunjukkan apa yang membuat kalian berbeda."
Xiao Shao menatap sosok itu dengan mata penuh tekad. "Kami datang untuk mencari kekuatan, dan kami tidak akan mundur sekarang."
Sosok itu terdiam sejenak, lalu tertawa pelan. "Sungguh… Pantas kalian sampai sejauh ini."
Tiba-tiba, sosok itu melangkah mundur dan menurunkan tangannya. "Baiklah, jika kalian memang bersungguh-sungguh, maka jalan menuju Kuil Jiwa akan terbuka bagi kalian."
Dengan kata-kata itu, sosok tersebut menghilang, dan udara di sekitar mereka kembali normal. Xiao Shao dan Mei Hua saling berpandangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Apakah kita… berhasil?" tanya Mei Hua, suaranya masih sedikit gemetar.
Xiao Shao mengangguk. "Kita baru saja melewati ujian pertama. Kita harus melanjutkan."
Mereka melangkah maju, memasuki lorong yang terbuka di hadapan mereka. Lorong tersebut dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang menggambarkan pahlawan-pahlawan besar dan pertempuran legendaris.
Ketika mereka berjalan lebih jauh, mereka menemukan sebuah ruangan besar dengan altar di tengahnya. Di atas altar tersebut, ada sebuah benda yang bersinar terang—sebuah artefak kuno yang mereka cari-cari.
Xiao Shao dan Mei Hua mendekati altar tersebut, namun sebelum mereka bisa menyentuh artefak itu, sebuah suara menggelegar kembali terdengar.
"Siapa yang berani mengambil kekuatan ini?" suara itu bergema, kali ini lebih keras dan menakutkan.
Xiao Shao menatap artefak itu dengan penuh keinginan, namun ia tahu bahwa jalan yang telah mereka tempuh bukanlah tanpa resiko. Mereka harus siap menghadapi apa pun yang akan datang, karena dunia ini penuh dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.
"Jika kami harus membayar harga untuk mendapatkan kekuatan ini, maka kami siap menghadapinya," kata Xiao Shao dengan keyakinan yang semakin kuat.
Mei Hua berdiri di sampingnya, siap untuk melangkah bersama. "Kita tidak akan mundur sekarang."
Suasana di dalam ruangan itu semakin tegang, seolah kekuatan luar biasa mulai terbangun dari artefak tersebut. Perjalanan mereka yang penuh tantangan baru saja dimulai, dan rahasia yang lebih dalam menanti di hadapan mereka.