Dua hari telah berlalu sejak Yan Ling menerima informasi mengenai rencana Negara Jinzhou untuk menguasai Negara Wuyue. Selama waktu itu, dia terus berkultivasi, memperkuat tubuh dan jiwanya, memastikan bahwa dia berada dalam kondisi terbaik untuk menghadapi pertempuran yang akan datang.
Di dalam gua tempatnya bermeditasi, Yan Ling duduk bersila, menyerap energi Qi di sekelilingnya. Tubuhnya memancarkan cahaya samar, menandakan bahwa dia telah mencapai titik harmoni dalam kultivasinya. Namun, ketenangan itu hanya bertahan sebentar.
Yan Ling membuka matanya, tatapan tajamnya menembus dimensi spiritual. Dengan kekuatannya, dia dapat melihat apa yang sedang terjadi di dunia luar tanpa perlu bergerak dari tempatnya.
Pemandangan yang dia lihat membuat darahnya mendidih.
Di perbatasan Negara Wuyue, pasukan besar dari Negara Jinzhou telah tiba. Ribuan prajurit dengan baju zirah hitam bergerak dengan disiplin, membawa panji-panji yang berkibar tertiup angin. Di tengah-tengah mereka, Yan Ling melihat sosok yang sudah tidak asing lagi baginya—Zhang Tianyi.
Sekali lagi, Yan Ling tertawa kecil, tetapi tawa itu dipenuhi dengan kebencian dan aura kematian yang sangat kuat. Energinya bergejolak, menyebabkan batu-batu di sekitar gua mulai bergetar.
"Zhang Tianyi..." gumamnya, matanya dipenuhi dendam yang telah dipendam selama seribu tahun. "Kau akhirnya muncul di hadapanku. Aku telah menunggumu selama ini... Dan sekarang, aku akan menyiksamu, menyiksa jiwamu seperti yang kau lakukan kepada ibuku."
Tepat ketika dia hendak berdiri dan pergi menuju pertempuran, giok hijau yang diberikan oleh Li Qing tiba-tiba bersinar terang. Yan Ling mengerutkan alisnya dan memejamkan mata, mencoba merasakan energi yang terpancar dari giok itu.
Dalam hitungan detik, suara lembut tetapi cemas terdengar di kepalanya.
"Senior, aku sedang menghadapi pasukan Negara Jinzhou bersama Sekte Lingyun. Aku harap Senior bisa datang... Kami membutuhkan bantuanmu..."
Yan Ling membuka matanya perlahan, menatap giok hijau yang masih bersinar di tangannya. Li Qing dan Sekte Lingyun sudah lebih dulu bertarung melawan Negara Jinzhou. Itu berarti, pertempuran telah dimulai lebih cepat dari yang dia perkirakan.
Dia menggenggam giok itu erat, matanya penuh dengan kemarahan.
"Aku akan datang, Li Qing," bisiknya, lalu menyelipkan giok itu ke dalam jubahnya.
Namun, sebelum pergi ke medan perang, ada satu tempat yang harus dia kunjungi terlebih dahulu—Sekte Tianlong.
Yan Ling tahu bahwa menghadapi Negara Jinzhou bukanlah pertempuran yang bisa dimenangkan sendirian. Dia harus memastikan bahwa Sekte Tianlong juga bergerak untuk membantu. Dengan tekad itu, Yan Ling keluar dari gua, melangkah ke atas pedang terbangnya, dan melesat ke angkasa, menuju markas Sekte Tianlong.
Perjalanan ke Sekte Tianlong
Langit sore mulai memerah ketika Yan Ling tiba di gunung tempat Sekte Tianlong berada. Sekte ini dikenal sebagai salah satu sekte terkuat di wilayah ini, dan Yan Ling yakin bahwa mereka akan memahami betapa pentingnya menghentikan invasi Negara Jinzhou.
Saat dia mendekati gerbang utama, beberapa murid penjaga segera menghentikannya.
"Hentikan! Siapa kau yang berani mendekati Sekte Tianlong tanpa izin?" salah satu dari mereka berteriak.
Yan Ling hanya menatap mereka dengan dingin. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengeluarkan giok hijau yang diberikan oleh Xiang Mei. Cahaya dari giok itu membuat para murid terkejut.
"Giok milik Pemimpin Sekte!" seru salah satu dari mereka.
Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, para penjaga segera membuka gerbang dan membiarkan Yan Ling masuk.
Di dalam aula utama, Yan Ling bertemu langsung dengan Xiang Mei, pemimpin Sekte Tianlong. Wanita itu berdiri anggun dengan jubah putih berornamen emas, wajahnya tenang tetapi penuh dengan kewibawaan.
"Yan Ling," ucap Xiang Mei, suaranya lembut tetapi mengandung ketegasan. "Aku sudah mendengar kabar tentang gerakan Negara Jinzhou. Apakah kau datang untuk meminta bantuan?"
Yan Ling mengangguk, lalu menyerahkan informasi yang didapatnya dari mata-matanya. "Negara Jinzhou telah bergerak. Mereka berencana menguasai Wuyue, dan Zhang Tianyi ada di garis depan mereka. Sekte Lingyun sudah lebih dulu bertarung, tetapi mereka tidak akan bertahan lama jika kita tidak segera bertindak."
Xiang Mei membaca catatan itu dengan seksama, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, setelah selesai membacanya, dia menatap Yan Ling dengan tatapan penuh pemahaman.
"Aku mengerti," katanya. "Sekte Tianlong tidak akan tinggal diam."
Dia berbalik dan memberi perintah kepada para tetua dan murid-murid di dalam aula.
"Kumpulkan pasukan. Kita akan bergerak ke perbatasan Wuyue dan bergabung dengan Sekte Lingyun untuk menghadapi Negara Jinzhou!"
Sorakan dari para murid Sekte Tianlong menggema di dalam aula. Dalam waktu singkat, persiapan perang mulai dilakukan.
Yan Ling mengangguk puas. Sekarang, dengan kekuatan Sekte Tianlong dan Lingyun bersatu, mereka memiliki peluang lebih besar untuk menghentikan rencana jahat Zhang Tianyi.
Namun, jauh di dalam hatinya, Yan Ling tahu bahwa ini bukan sekadar perang antara dua negara. Ini adalah kesempatan baginya untuk membalaskan dendamnya.
Dan kali ini, dia tidak akan gagal.
Bersambung ke Bab 28…