Chereads / Immortal Cultivation: Beyond Revenge - For Love and Eternity / Chapter 26 - Bab 25: Mata-Mata di Balik Bayangan

Chapter 26 - Bab 25: Mata-Mata di Balik Bayangan

Setelah membantai aliansi sekte tanpa ampun, Yan Ling meninggalkan lembah yang kini dipenuhi mayat. Dia tidak lagi tertarik melihat kehancuran yang telah ia tinggalkan. Dengan pedang terbangnya, dia melesat menuju sebuah gua di puncak gunung terpencil, tempat yang akan menjadi lokasi kultivasinya untuk sementara waktu.

Gua itu terletak di antara tebing curam, tersembunyi di balik kabut tebal yang menyelimuti pegunungan. Tidak ada jejak manusia di tempat itu, hanya suara angin yang berdesir dan gemuruh air terjun di kejauhan. Tempat ini sempurna untuk berkultivasi tanpa gangguan.

Yan Ling masuk ke dalam gua, duduk bersila di atas batu datar, dan perlahan menutup matanya. Dia menarik napas dalam-dalam, mengendalikan aliran Qi dalam tubuhnya, lalu mulai memperdalam kultivasinya.

Saat ia semakin masuk ke dalam kondisi meditasi, kesadarannya mulai berkembang melampaui tubuhnya. Dengan Kekuatan Spiritual yang semakin kuat, Yan Ling dapat melihat jauh ke berbagai penjuru dunia tanpa perlu meninggalkan tempatnya. Ia bisa merasakan pergerakan energi di wilayah-wilayah lain, mendeteksi kejadian-kejadian besar yang sedang berlangsung.

Saat menyelami dunia spiritualnya, tiba-tiba sebuah pemandangan menarik muncul dalam visinya.

Di kejauhan, sebuah negeri yang luas terbentang—Negara Jinzhou. Ia melihat pasukan besar sedang bersiap di dalam benteng-benteng mereka. Para jenderal dan pejabat berkumpul di aula pertemuan, berdiskusi tentang strategi yang akan mereka gunakan.

Yan Ling memperdalam pengamatannya. Tidak lama kemudian, ia melihat peta besar yang terbuka di hadapan mereka. Di atasnya, tertulis dengan jelas nama negara lain—Negara Wuyue.

Seketika, ia mengerti. Negara Jinzhou berencana menginvasi Negara Wuyue.

"Jadi, mereka berencana menaklukkan Wuyue…" Yan Ling bergumam dalam hati.

Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya lebih jauh.

Di sudut ruangan itu, seorang pria berpakaian sederhana duduk dengan wajah pucat. Ia tampak ketakutan, tangannya gemetar saat mendengar pembicaraan para pejabat. Pria itu tampaknya seorang perwira rendah atau pejabat kecil di Negara Jinzhou, dan jelas dia tidak setuju dengan rencana jahat ini.

Yan Ling menyeringai. Ini adalah kesempatan yang sempurna.

Dengan Kekuatan Spiritualnya, Yan Ling mengulurkan kesadarannya dan mulai memasuki pikiran pria itu. Seperti benang tipis yang merambat ke dalam pikirannya, Yan Ling menyusup perlahan, mengendalikan perasaan dan pikirannya.

Pria itu tiba-tiba merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ketakutannya semakin menjadi-jadi, namun dalam sekejap, ketakutan itu berubah menjadi dorongan yang tidak bisa ia lawan. Seakan-akan ada suara di dalam kepalanya yang berbisik—berkhianatlah…

Bantu aku, dan aku akan membebaskanmu dari ketakutan ini, suara itu bergema dalam benaknya.

Pria itu menggigil. Ia ingin melawan, tetapi pengaruh yang datang begitu kuat, membuatnya tidak berani menolak. Keringat dingin membasahi dahinya saat ia mendengar perintah yang tak terbantahkan dalam pikirannya.

"Beritahu aku semua yang kau ketahui tentang rencana ini."

Tanpa sadar, pria itu mengangguk. Ia mulai mendengarkan percakapan para pejabat dengan lebih cermat, memperhatikan setiap detail dari rencana mereka.

Beberapa saat kemudian, para jenderal dan pejabat mulai menyusun strategi.

"Kita akan menyerang dari tiga arah," kata seorang jenderal dengan suara tegas. "Pasukan utama akan maju dari perbatasan utara, sementara dua divisi lainnya akan menyusup dari timur dan barat. Dengan cara ini, kita bisa mengepung ibu kota Wuyue dalam waktu singkat."

"Tapi Wuyue memiliki pertahanan yang kuat di utara. Bukankah lebih baik menyerang langsung ibu kota dengan pasukan besar?" tanya salah satu pejabat.

Jenderal itu menggeleng. "Itulah mengapa kita membutuhkan elemen kejutan. Pasukan timur dan barat akan bergerak terlebih dahulu untuk mengalihkan perhatian mereka. Saat mereka sibuk bertahan di sana, pasukan utama akan menyerang dengan kekuatan penuh."

Pria yang dikendalikan oleh Yan Ling menelan ludah. Ia mendengar semuanya dengan jelas, mencatat setiap strategi dan kelemahan mereka dalam pikirannya.

Lalu, suara di dalam kepalanya terdengar lagi.

"Cari cara untuk memberitahuku lebih banyak informasi."

Pria itu merasa dirinya semakin tenggelam dalam kendali Yan Ling. Ia tahu bahwa melawan tidak ada gunanya. Akhirnya, ia menghela napas dan bertekad untuk menjalankan perintah itu.

Di dalam gua, Yan Ling membuka matanya dan menyeringai.

"Bagus," gumamnya pelan.

Dengan teknik pengendalian pikirannya, ia telah mendapatkan mata-mata di dalam Negara Jinzhou. Pria itu akan menjadi alatnya untuk mengetahui lebih banyak tentang rencana mereka.

Namun, Yan Ling tidak hanya puas dengan informasi ini.

"Jika Negara Jinzhou ingin menguasai Wuyue, maka aku harus memastikan mereka gagal. Bukan karena aku peduli dengan Wuyue, tetapi karena aku ingin mengacaukan rencana mereka."

Matanya berkilat dingin.

"Lagipula, semakin banyak konflik, semakin banyak darah yang tumpah… dan semakin besar kekuatan yang bisa kudapatkan."

Yan Ling tidak peduli dengan politik antarnegara, tetapi ia tahu bahwa perang besar adalah kesempatan untuk menambah kekuatan. Jika ia bisa menguasai kekacauan yang terjadi, maka dia bisa semakin mendekati tujuannya.

Dia mengambil napas dalam, lalu kembali menutup matanya.

Kini, ia hanya tinggal menunggu. Mata-matanya akan membawa lebih banyak informasi, dan saat waktunya tiba… ia akan menentukan langkah berikutnya.

Dengan senyuman samar, Yan Ling kembali berkultivasi, menyusun rencana dalam pikirannya.

Ini baru permulaan.