Perjalanan panjang Yan Ling seakan telah mencapai titik klimaks setelah menghancurkan Sekte Fengyue dan beberapa sekte lainnya yang terlibat dalam perbuatan jahat. Namun, meskipun tubuhnya dipenuhi dengan aura kematian dan kekuatan yang tak terbendung, ada sesuatu yang membuat hati Yan Ling terasa hampa. Kemenangan demi kemenangan yang diraihnya, meskipun membawa kepuasan sejenak, tidak bisa mengusir kebosanan yang menggelayuti pikirannya.
Beberapa hari setelah menghancurkan Sekte Fengyue, Yan Ling kembali melanjutkan perjalanannya. Ia terbang di atas pedang terbangnya, mengarungi langit yang luas, melintasi pegunungan, hutan lebat, dan lembah yang dalam. Setiap langkahnya terasa lebih ringan karena rasa dendam yang telah mulai usai, namun di balik itu, ada sebuah kekosongan yang semakin terasa.
Di suatu pagi yang cerah, Yan Ling mendarat di sebuah desa kecil yang terletak di tepi hutan. Desa ini tampaknya damai, jauh dari keramaian dan kehidupan sekte-sekte besar yang biasa ia lawan. Matahari yang terbit perlahan memberikan cahaya keemasan pada tanah yang subur, dan angin pagi yang sejuk menyapu wajahnya. Namun, meskipun tempat ini tampak tenang, Yan Ling merasakan sesuatu yang tidak biasa. Di balik kedamaian ini, ia merasakan ada sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang masih bisa menjadi ancaman bagi dunia yang sedang ia perjuangkan.
"Sekte atau musuh yang lebih besar mungkin belum terungkap," pikir Yan Ling, menyadari bahwa meskipun telah menghancurkan banyak sekte jahat, perjalanannya belum selesai. Dunia ini penuh dengan kekuatan-kekuatan yang lebih besar, dan dia tahu bahwa suatu hari nanti, dia akan berhadapan dengan mereka.
Dengan tekad yang masih membara, Yan Ling memasuki desa tersebut. Penduduk desa tampak tidak terpengaruh dengan kehadirannya, seolah mereka sudah terbiasa dengan kedatangan orang asing. Mereka sibuk dengan kegiatan sehari-hari mereka—bertani, berdagang, dan mengurus rumah tangga. Namun, meskipun tampaknya tidak ada yang mencurigakan, Yan Ling tetap waspada. Ia tahu bahwa di dunia ini, tidak ada yang bisa dianggap aman.
Malam hari tiba, dan desa itu terlihat begitu damai di bawah sinar bulan. Yan Ling duduk di sebuah bangku di pinggir jalan, mengamati penduduk desa yang berkumpul di sekitar api unggun. Mereka tampak berbicara dengan riang, tertawa, dan menikmati waktu mereka. Sejenak, Yan Ling merasakan kedamaian yang langka, dan itu membuatnya teringat pada masa lalu—ketika dia masih bersama keluarganya, sebelum semuanya hancur dalam sekejap. Namun, secepatnya, perasaan itu lenyap, digantikan oleh tekad yang lebih kuat untuk melanjutkan perjalanannya.
"Apa yang akan terjadi setelah ini?" gumam Yan Ling pada dirinya sendiri. "Setelah aku menghancurkan sekte-sekte jahat ini, apa yang akan ada di depanku?"
Saat itu, seorang lelaki tua mendekati Yan Ling. Lelaki itu tampak biasa saja, mengenakan pakaian sederhana dan membawa tongkat kayu. Namun, ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Meskipun tubuhnya sudah mulai menua, matanya memancarkan kebijaksanaan yang mendalam.
"Anak muda, tampaknya kau sedang mencari sesuatu," kata lelaki tua itu dengan suara lembut. "Mencari kekuatan, atau mungkin... kedamaian?"
Yan Ling menatap lelaki tua itu dengan curiga. "Kau bisa melihat itu?"
Lelaki tua itu tersenyum. "Tentu. Mata seseorang yang telah menempuh perjalanan panjang dan penuh cobaan tidak akan bisa menyembunyikan kehampaan dalam dirinya. Kau telah berjuang untuk sesuatu, tetapi seiring berjalannya waktu, perjuangan itu seakan kehilangan arah."
Yan Ling terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Aku telah membunuh banyak orang. Sekte-sekte jahat, musuh-musuh yang terlibat dalam kematian keluargaku. Namun, meskipun mereka telah musnah, aku merasa kosong. Tujuanku yang awal kini terasa seperti beban."
Lelaki tua itu mengangguk, seakan memahami apa yang dirasakan oleh Yan Ling. "Perjuangan yang tidak memiliki tujuan yang jelas hanya akan membuatmu merasa lebih kosong. Hanya dengan menemukan tujuan yang lebih besar, kau akan tahu ke mana langkahmu selanjutnya."
"Apa yang kau maksud?" tanya Yan Ling dengan rasa penasaran.
Lelaki tua itu menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi. "Dunia ini tidak hanya terdiri dari sekte-sekte jahat yang harus dihancurkan. Ada banyak hal yang perlu ditemukan, banyak tujuan yang harus dikejar. Kekuatan sejati bukanlah sekadar menghancurkan, tetapi memahami dan menciptakan kedamaian yang lebih besar."
Yan Ling merasa kata-kata lelaki tua itu mulai meresap ke dalam hatinya. Sejenak, ia merenung. Mungkin selama ini, ia hanya terfokus pada balas dendam. Tetapi apakah itu adalah tujuan sejati dalam hidupnya? Apakah dengan menghancurkan semua musuhnya, ia akan menemukan kedamaian yang sejati? Mungkin ada yang lebih besar yang harus ia cari.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Yan Ling, suaranya sedikit ragu.
Lelaki tua itu tersenyum bijaksana. "Berjalanlah lebih jauh. Temukan apa yang kau cari, dan jangan berhenti hanya pada kemenangan-kemenangan kecil. Dunia ini penuh dengan tantangan, tetapi juga peluang untuk tumbuh. Temukan tujuanmu yang lebih besar, dan dengan itu, kedamaian akan datang."
Yan Ling terdiam, merenungkan kata-kata itu. Ia tahu bahwa perjalanan panjangnya belum selesai, tetapi saat itu, ia merasa seperti menemukan secercah cahaya di tengah kegelapan. Mungkin kedamaian yang dia cari tidak hanya terletak pada balas dendam, tetapi pada sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang bisa memberi makna bagi hidupnya yang penuh perjuangan.
"Terima kasih," kata Yan Ling akhirnya.
Lelaki tua itu mengangguk pelan. "Jangan lupa, anak muda. Dunia ini lebih luas daripada yang kau bayangkan. Jangan hanya terpaku pada satu tujuan."
Dengan itu, lelaki tua itu menghilang dalam kegelapan malam, meninggalkan Yan Ling yang kini mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda. Perjalanannya tidak hanya tentang menghancurkan musuh, tetapi juga tentang menemukan makna dan tujuan yang lebih dalam. Meskipun masih banyak tantangan di depan, Yan Ling kini tahu bahwa ia harus terus maju, untuk menemukan kedamaian dan tujuan sejati dalam hidupnya.