Chereads / Gods Reincarnation: Eternal Cultivator / Chapter 45 - Bab 44: Persiapan Menuju Perang

Chapter 45 - Bab 44: Persiapan Menuju Perang

Pagi hari di perkemahan Sekte Naga Putih terasa berbeda. Udara lebih dingin, dan langit tampak lebih mendung dari biasanya.

Shen Wei berdiri di tengah lapangan pelatihan, menatap murid-muridnya yang bersiap menjalani latihan terakhir sebelum mereka menghadapi Dewi Hitam.

"Hari ini adalah latihan terakhir kita sebelum pertempuran," kata Shen Wei dengan suara tegas.

"Aku ingin kalian semua melampaui batas kalian sendiri. Pertarungan nanti bukanlah pertarungan biasa. Kita akan menghadapi musuh yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menyerang jiwa kita."

Murid-muridnya, Mei Er, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang, berdiri di hadapannya dengan ekspresi serius. Mereka tahu betapa pentingnya latihan ini.

Shen Wei lalu melanjutkan, "Kita akan membagi latihan menjadi tiga bagian: pertahanan, serangan cepat, dan strategi melawan racun spiritual."

Mereka semua mengangguk. Latihan pun dimulai.

Shen Wei berdiri di tengah lapangan dengan pedang di tangannya. Ia melepaskan gelombang energi yang menyerupai serangan Dewi Hitam—serangan yang tidak terlihat, tetapi dapat menembus pertahanan jiwa.

"Kalian harus belajar merasakan energi ini, bukan hanya menghindarinya."

Lin Xia dan Yu Lan mencoba menahan serangan itu dengan teknik pedang mereka, tetapi mereka tetap terdorong ke belakang.

Chen Guang berusaha menghindar, tetapi gerakannya masih terlalu lambat.

Mei Er menutup matanya, merasakan aliran energi di sekelilingnya.

Saat gelombang serangan datang, ia bergerak mengikuti arus energi, membuatnya menghindari serangan dengan lebih mudah.

Shen Wei tersenyum tipis. "Bagus, Mei Er. Kalian semua harus belajar dari caranya merasakan energi musuh."

Mereka semua mencoba lagi, dan setelah beberapa kali latihan, mereka mulai terbiasa dengan serangan tak kasat mata itu.

Setelah latihan pertahanan, Shen Wei membawa mereka ke sebuah area berbatu.

"Dewi Hitam memiliki pasukan yang bisa bergerak dengan kecepatan luar biasa. Kalian harus bisa menyerang sebelum mereka sempat bereaksi."

Shen Wei lalu menciptakan beberapa klon bayangan yang akan menjadi lawan mereka.

"Gunakan kecepatan, strategi, dan insting kalian untuk mengalahkan mereka."

Lin Xia menyerang dengan pedang cepatnya, tetapi klon Shen Wei berhasil menghindar dengan mudah.

Yu Lan mencoba menyerang dengan serangan jarak jauh, tetapi klon-klon itu bergerak terlalu lincah.

Chen Guang, yang menggunakan teknik pertarungan tangan kosong, mencoba mengunci gerakan lawan, tetapi ia tetap terdesak.

Mei Er maju dengan pedang di tangannya, menggabungkan kecepatan dan kelincahan.

Ia tidak hanya menyerang, tetapi juga membaca gerakan lawan sebelum bertindak.

Hasilnya, ia berhasil mengenai salah satu klon Shen Wei, membuatnya menghilang.

"Bagus, Mei Er! Kalian harus lebih cepat membaca gerakan musuh."

Setelah berlatih selama beberapa jam, mereka semua mulai bisa menyesuaikan diri dengan teknik ini.

Bagian terakhir dari latihan ini adalah menghadapi racun spiritual yang bisa menembus jiwa.

Shen Wei menatap Mei Er. "Hanya kau yang bisa menetralkan racun ini. Kita harus memastikan kau bisa menggunakannya saat pertarungan nanti."

Mei Er mengangguk, meskipun masih sedikit ragu dengan kemampuannya.

Shen Wei menciptakan ilusi racun spiritual, membiarkan energi gelap itu mendekati mereka semua.

Dalam sekejap, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang merasakan tubuh mereka melemah.

Mei Er terkejut. "Senior! Mereka…"

Shen Wei mengangguk. "Inilah yang akan terjadi jika racun itu mengenai kita."

Mei Er menutup matanya, mencoba merasakan energi dalam dirinya.

Perlahan, cahaya putih mulai muncul dari tangannya.

Shen Wei tersenyum. "Kendalikan energimu. Biarkan itu mengalir ke mereka."

Mei Er menarik napas dalam, lalu mengangkat tangannya.

Cahaya putih itu menyelimuti Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang, perlahan-lahan mengusir racun spiritual dari tubuh mereka.

Saat mereka kembali sadar, Lin Xia menatap Mei Er dengan takjub.

"Mei Er… kau benar-benar bisa melakukannya."

Mei Er tersenyum kecil, tetapi dalam hatinya, ia masih merasa takut.

Shen Wei menepuk pundaknya. "Kau sudah melakukan dengan baik. Tetapi ingat, saat di medan perang nanti, tekanan akan jauh lebih besar."

Mei Er mengangguk dengan penuh tekad. "Aku akan melindungi kalian semua."

Setelah latihan selesai, mereka semua duduk di dekat api unggun. Meskipun tubuh mereka lelah, mereka tahu bahwa latihan ini telah membuat mereka lebih kuat.

Mei Er duduk di samping Shen Wei, tatapannya masih dipenuhi kekhawatiran.

"Senior… apakah kita benar-benar bisa menang?"

Shen Wei tersenyum lembut. "Kita tidak perlu berpikir tentang menang atau kalah. Yang penting adalah kita melakukan yang terbaik untuk melindungi orang-orang yang kita sayangi."

Mei Er menatapnya, lalu mengangguk.

Yu Lan menatap ke langit malam. "Aku tidak sabar untuk mengalahkan Dewi itu."

Lin Xia tersenyum tipis. "Jangan lengah. Dia pasti memiliki trik yang belum kita ketahui."

Chen Guang mengepalkan tinjunya. "Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapi ini bersama."

Shen Wei menatap murid-muridnya satu per satu. Ia merasa bangga dengan mereka.

Malam itu, mereka semua beristirahat dengan tekad yang semakin kuat.

Esok hari, pertarungan melawan Dewi Kegelapan akan dimulai.

(Bersambung ke Bab 45…)