Pagi hari yang seharusnya tenang berubah menjadi penuh ketegangan. Shen Wei dan murid-muridnya bersiap menuju Lembah Penjaga, tempat di mana mereka pertama kali mendapatkan informasi tentang Dewi Kegelapan.
"Kita akan kembali ke sana untuk memastikan strategi kita sudah tepat," kata Shen Wei kepada Mei Er, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang.
Mereka semua mengenakan jubah tempur mereka, bersiap menghadapi segala kemungkinan di perjalanan ini.
Namun, saat mereka baru saja meninggalkan perkemahan, Shen Wei merasakan sesuatu yang janggal.
Aura kegelapan mulai memenuhi udara.
Shen Wei menatap ke arah langit yang tiba-tiba tampak lebih gelap dari sebelumnya.
"Dewi itu sudah dekat… dan dia tahu kita sedang bergerak," katanya dengan suara dingin.
Murid-muridnya menegang. Mereka tahu ini bukan perjalanan biasa.
Saat mereka memasuki sebuah hutan di pegunungan, tiba-tiba bayangan hitam muncul dari segala arah.
"Pasukan Kegelapan!" seru Lin Xia sambil menghunus pedangnya.
Dari balik pepohonan, puluhan makhluk dengan tubuh hitam pekat dan mata merah menyala mulai menyerang.
Shen Wei melompat ke depan, mengayunkan pedangnya, menciptakan gelombang energi yang menghancurkan beberapa pasukan dalam sekejap.
Namun, pasukan kegelapan itu terus berdatangan.
Mei Er, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang segera bersiap bertarung.
Mei Er berputar di udara, menghindari serangan dari salah satu makhluk itu, lalu menebasnya dengan pedangnya.
Yu Lan menggunakan teknik pedang cepatnya, menebas musuh dengan kecepatan luar biasa.
Lin Xia melepaskan teknik pedang esnya, membekukan beberapa pasukan sebelum menghancurkannya.
Chen Guang, yang menggunakan teknik pertarungan tangan kosong, menghantam tanah dengan kekuatan besar, menciptakan gelombang kejut yang melumpuhkan musuh di sekitarnya.
Namun, jumlah pasukan kegelapan terus bertambah.
"Mereka tidak ada habisnya!" seru Chen Guang sambil menangkis serangan dari dua makhluk sekaligus.
Shen Wei mengangkat tangannya, menciptakan pedang energi yang bercahaya.
"Jangan buang tenaga kalian. Kita harus maju terus."
Dengan satu tebasan, gelombang energi yang kuat menghancurkan puluhan pasukan kegelapan di depan mereka.
Mei Er menatapnya dengan kagum.
Shen Wei memang berbeda. Kekuatannya masih jauh di atas mereka semua.
Setelah pertarungan yang melelahkan, pasukan kegelapan mulai menghilang.
Namun, udara tiba-tiba dipenuhi energi beracun.
Shen Wei langsung menarik Mei Er ke belakang, menyadari bahwa ini adalah racun spiritual milik Dewi.
Dari kegelapan, sesosok wanita muncul.
Dewi Kegelapan.
Ia mengenakan jubah hitam panjang dengan mahkota berhiaskan batu gelap di kepalanya. Matanya bersinar merah keunguan, dan auranya terasa begitu mengerikan.
Di belakangnya, pasukan yang jauh lebih besar mulai bermunculan.
"Jadi ini dia, Shen Wei," suara Dewi itu terdengar dingin.
Shen Wei menatapnya dengan tajam. "Aku tahu kau akan datang."
Dewi itu tersenyum tipis. "Kau pikir bisa menghentikanku?"
Mei Er menggenggam pedangnya erat, wajahnya penuh ketegangan.
"Hati-hati, Mei Er," bisik Shen Wei.
Dewi itu melangkah maju. "Pertarungan sesungguhnya… baru saja dimulai."
(Bersambung ke Bab 46…)