Chereads / The Redeemer's System / Chapter 2 - Bab 2: Langkah Pertama Menuju Perubahan

Chapter 2 - Bab 2: Langkah Pertama Menuju Perubahan

Pagi itu, matahari bersinar redup di balik awan kelabu. Layla bangun lebih awal dari biasanya. Luka di wajahnya masih membiru, tetapi senyum kecil tetap menghiasi bibirnya. Dia tahu dia harus keluar lagi, meski kejadian kemarin membuatnya takut. Renn, yang terbaring di tempat tidurnya, memperhatikan kakaknya dengan mata tajam.

"Layla, jangan pergi hari ini," ujar Renn dengan suara kecil.

Layla terkejut mendengar permintaan itu. "Tapi, Renn, kalau aku tidak pergi, kita tidak akan punya apa-apa untuk dimakan."

Renn mengepalkan tangan kecilnya. "Aku akan membantu. Mulai sekarang, kita akan cari cara lain. Kita tidak perlu meminta-minta atau dihina lagi."

Layla menggeleng sambil tersenyum. "Kau masih bayi, Renn. Aku yang harus menjagamu, bukan sebaliknya."

Namun, Renn hanya menatapnya dengan tekad yang tidak biasa. Layla tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya, tetapi sesuatu dalam dirinya mengatakan bahwa Renn berbeda.

---

Setelah Layla pergi, Renn mulai berlatih lagi. Sistem di kepalanya memberikan instruksi yang lebih rinci hari ini.

"Pengguna sekarang memiliki akses ke kemampuan dasar sihir elemen. Langkah berikutnya adalah memperkuat tubuh fisik Anda agar dapat menahan aliran energi magis yang lebih besar."

"Bagaimana caranya?" tanya Renn dalam hati.

"Latihan pernapasan dan meditasi akan membantu. Anda juga harus mencari sumber makanan bergizi untuk memperbaiki kondisi tubuh."

Renn menghela napas. Itu mudah diucapkan, tetapi makanan adalah sesuatu yang sulit didapatkan di sini. Dia hanya bisa mengandalkan kemampuan barunya untuk mengubah keadaan.

Dia mencoba latihan pernapasan seperti yang diajarkan oleh sistem. Dengan perlahan, dia menarik napas dalam-dalam dan memusatkan pikirannya pada aliran energi magis dalam tubuhnya. Kali ini, dia bisa merasakan aliran itu lebih jelas, seperti arus kecil yang bergerak melalui nadinya.

Saat dia sedang berkonsentrasi, pintu gubuk tiba-tiba terbuka. Layla kembali lebih cepat dari biasanya. Wajahnya penuh kegembiraan.

"Renn, lihat ini!" serunya sambil menunjukkan beberapa buah kecil yang dia bawa di dalam keranjang. "Aku menemukannya di hutan! Mungkin kita bisa makan malam ini!"

Namun, Renn memperhatikan sesuatu yang aneh. Buah-buah itu tampak terlalu cerah, hampir bersinar. Sistem di kepalanya segera memberikan peringatan.

"Buah ini mengandung racun tingkat rendah. Konsumsi dapat menyebabkan mual dan kelemahan."

"Layla, jangan makan itu!" Renn berteriak.

Layla terkejut. "Kenapa? Ini terlihat segar dan enak."

"Itu beracun," kata Renn dengan tegas.

Layla memandang buah-buah itu dengan ragu. "Bagaimana kau tahu, Renn? Tidak mungkin kau bisa tahu hal seperti itu."

Renn terdiam sejenak. Dia tahu dia harus memberi alasan yang masuk akal. "Aku… aku merasa itu tidak baik. Tolong percaya padaku, Layla."

Layla memandang adiknya dengan bingung, tetapi akhirnya dia mengangguk. "Baiklah, aku akan membuangnya. Tapi kalau begitu, apa yang akan kita makan?"

Renn memandang Layla dengan penuh tekad. "Aku akan mencari makanan untuk kita."

Layla tertawa kecil. "Kau tidak bisa berjalan, Renn. Bagaimana caramu mencari makanan?"

Namun, Renn tidak menjawab. Dia menutup matanya dan memanggil sistem.

"Sistem, apakah ada cara untuk menemukan makanan di sekitar sini?"

"Fungsi deteksi energi aktif. Terdapat sumber daya alam terdekat yang dapat dimanfaatkan. Lokasi: 200 meter ke arah barat dari gubuk ini."

Renn membuka matanya. Dia tahu itu berisiko, tetapi dia tidak bisa membiarkan keluarganya kelaparan.

"Layla, bantu aku keluar. Aku ingin mencoba sesuatu," kata Renn.

Layla menatapnya dengan curiga. "Kau mau apa? Renn, kau masih terlalu kecil!"

"Tolong percaya padaku," jawab Renn.

Dengan enggan, Layla menggendong Renn keluar dari gubuk. Dia membawa adiknya ke arah yang diminta Renn, meski dengan langkah penuh keraguan.

---

Setelah berjalan beberapa menit, mereka tiba di sebuah sungai kecil yang tersembunyi di balik semak-semak. Di sekitar sungai, tumbuh tanaman liar dengan daun lebar dan bunga kecil berwarna ungu.

"Tanaman ini aman untuk dikonsumsi setelah dimasak. Kandungan nutrisinya cukup tinggi untuk meningkatkan daya tahan tubuh."

"Layla, kita ambil tanaman ini," kata Renn.

Layla menatap tanaman itu dengan bingung. "Tanaman ini? Aku tidak pernah melihat orang memakannya."

"Tapi aku yakin ini aman," kata Renn.

Layla akhirnya memetik beberapa daun dan bunga, lalu membawa Renn kembali ke gubuk. Setelah mereka tiba, Layla mulai merebus tanaman itu dengan air seadanya. Bau harum mulai memenuhi ruangan, membuat perut mereka keroncongan.

Ketika makanan itu matang, Layla mencicipinya lebih dulu. Wajahnya terkejut.

"Ini… enak, Renn!" serunya.

Mereka akhirnya makan bersama malam itu. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, mereka merasa kenyang. Renn merasa puas. Ini adalah langkah kecil, tetapi dia tahu bahwa dia berada di jalur yang benar.

Di dalam hatinya, dia bersumpah untuk terus melindungi keluarganya, apa pun yang terjadi. Dia tidak hanya ingin bertahan hidup—dia ingin mereka hidup dengan layak.

---

Malam itu, saat semua orang tertidur, Renn memanggil sistem lagi.

"Sistem, aku ingin tahu lebih banyak tentang dunia ini. Apa yang harus kulakukan untuk menjadi lebih kuat?"

"Dunia ini memiliki energi magis yang luas, tetapi hanya mereka yang memiliki kekuatan besar yang bisa bertahan. Pengguna harus melatih tubuh dan sihir Anda untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Namun, Anda juga harus berhati-hati. Ada banyak yang akan memanfaatkan kekuatan Anda jika mereka mengetahuinya."

Renn mengangguk pelan. Dia tahu jalan di depannya akan sulit, tetapi dia siap menghadapi semuanya. Dengan tekad yang membara, dia kembali berlatih, melangkah lebih dekat ke tujuannya untuk mengubah nasib keluarganya.

---

Malam itu terasa sunyi. Hanya suara serangga malam yang menemani Renn saat dia duduk di sudut gubuk, mencoba mengolah energi magis di tubuhnya. Cahaya remang dari bulan yang masuk melalui celah-celah dinding kayu menerangi wajah kecilnya yang penuh konsentrasi.

"Sistem," bisiknya dalam hati, "seberapa kuat aku bisa menjadi?"

"Potensi Anda tidak terbatas, tetapi perkembangan bergantung pada latihan, pengalaman, dan pengetahuan yang Anda peroleh di dunia ini. Fokus pada penguasaan elemen dasar terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh."

Renn menghela napas. Meski tubuhnya kecil, semangatnya besar. Dia mulai memusatkan energinya, mencoba mengendalikan api kecil di tangannya seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya. Kali ini, dia berhasil membuat nyala api bertahan lebih lama, bahkan cukup untuk menerangi ruangan kecil itu.

Namun, suara langkah kaki di luar membuat Renn segera memadamkan api itu. Jantungnya berdegup kencang. Dia tidak ingin Layla atau ibunya tahu tentang latihannya, setidaknya belum.

Pintu terbuka perlahan, dan Layla masuk sambil membawa beberapa kayu bakar yang dia kumpulkan tadi sore. Wajahnya tampak lelah, tetapi dia tersenyum melihat Renn terjaga.

"Renn, kau belum tidur?" tanyanya sambil menaruh kayu di pojok ruangan.

Renn menggeleng pelan. "Aku hanya tidak bisa tidur."

Layla mendekat dan duduk di sampingnya. Dia memandang adiknya dengan lembut, lalu berkata, "Kau tahu, aku tidak tahu bagaimana kau bisa selalu tenang seperti ini. Kau baru saja lahir, tapi rasanya kau sudah seperti orang dewasa."

Renn tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan rahasianya. "Aku hanya ingin membantu, Layla."

Layla terdiam sejenak, lalu memeluk Renn dengan erat. "Kau sudah membantu lebih dari yang kau tahu. Terima kasih, Renn."

Pelukan itu membuat Renn merasa hangat. Dia berjanji dalam hati bahwa dia akan melindungi Layla apa pun yang terjadi.

---

Keesokan harinya, Layla memutuskan untuk pergi ke desa untuk mencari pekerjaan. Meski kecil kemungkinannya, dia tidak ingin menyerah. Renn, di sisi lain, memanfaatkan waktu untuk melatih sihirnya di belakang gubuk.

Dia mencoba mengingat pelajaran dari sistem tentang elemen dasar. Api sudah dia kuasai sedikit, tetapi elemen lainnya seperti air dan angin masih menjadi tantangan.

"Sistem, apa yang harus kulakukan untuk mempelajari elemen lain?" tanyanya.

"Setiap elemen memiliki resonansi dengan kondisi di sekitar Anda. Untuk mempelajari elemen air, pengguna harus terhubung dengan sumber air. Fokus pada alirannya dan biarkan energi Anda menyatu dengannya."

Renn menatap sungai kecil di belakang gubuk. Dia mendekatinya, duduk di tepi, dan menutup matanya. Dia mencoba merasakan aliran air seperti yang diajarkan oleh sistem.

Awalnya, tidak ada yang terjadi. Namun, setelah beberapa saat, dia mulai merasakan sesuatu—seperti getaran lembut yang bergerak melalui tubuhnya. Dia membuka matanya dan melihat bahwa permukaan air di depannya mulai beriak, meski tidak ada angin.

Renn tersenyum tipis. "Aku berhasil."

Namun, kegembiraannya tidak berlangsung lama. Dari arah desa, terdengar suara ribut. Renn segera berdiri, merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Layla…" gumamnya, merasa cemas.

Dia berlari secepat mungkin ke arah suara itu. Meski tubuhnya kecil dan lemah, kekhawatirannya pada kakaknya memberinya kekuatan.

Ketika dia tiba di desa, dia melihat Layla dikelilingi oleh sekelompok pria besar. Salah satu dari mereka memegang keranjang kecil milik Layla dan membuang isinya ke tanah.

"Berani sekali kau mencoba menjual barang di sini tanpa izin!" teriak salah satu pria.

"Aku hanya ingin menjual beberapa akar untuk mendapatkan makanan…" jawab Layla dengan suara gemetar.

"Di desa ini, kau harus membayar kami kalau mau berjualan. Kau pikir bisa seenaknya?" pria itu mengangkat tangan, siap menampar Layla.

Namun sebelum tangannya menyentuh Layla, sebuah suara kecil memotong udara.

"Berhenti!"

Semua orang menoleh, termasuk Layla. Renn berdiri di sana, napasnya terengah-engah, tetapi matanya memancarkan tekad yang kuat.

"Apa ini?" pria itu tertawa melihat tubuh kecil Renn. "Bayi ini mau melindungi kakaknya?"

Renn tidak menjawab. Dia hanya mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, bola api kecil muncul di telapak tangannya. Semua orang terdiam.

"Apa-apaan itu?" salah satu pria berseru.

"Lepaskan kakakku, atau aku akan membakar kalian," kata Renn dengan suara dingin.

Meski tubuhnya kecil, ada sesuatu dalam suaranya yang membuat para pria itu merasa gentar. Mereka saling pandang, ragu untuk melawan.

"Bocah ini penyihir…" gumam salah satu dari mereka.

Pria yang memimpin kelompok itu akhirnya meludah ke tanah. "Kita tidak punya waktu untuk melawan penyihir kecil. Ayo pergi."

Setelah mereka pergi, Layla segera memeluk Renn.

"Renn, apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanyanya, matanya penuh dengan kekhawatiran dan kebingungan.

Renn tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya berkata, "Aku hanya ingin melindungimu, Layla."

Layla memandangnya lama, lalu mengangguk pelan. "Terima kasih, Renn. Tapi… hati-hati. Orang-orang tidak akan selalu takut padamu. Mereka mungkin mencoba sesuatu yang lebih buruk."

Renn tahu Layla benar. Dunia ini tidak aman, terutama bagi seseorang seperti dia. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak akan pernah membiarkan keluarganya menderita lagi.

Hari itu, Renn mengambil langkah pertama sebagai pelindung keluarganya, meski dia tahu perjalanan ke depan masih panjang dan penuh bahaya.