Chereads / Hacker's Heart / Chapter 8 - Perang Digital

Chapter 8 - Perang Digital

Keheningan di dalam markas Zayn terpecah oleh derit kursi ketika Rendra bangkit dari tempat duduknya. Felza masih menatap layar monitor besar di hadapannya, menampilkan kode-kode berwarna hijau yang meluncur tanpa henti.

Wajahnya tegang, pikirannya jelas tengah berpacu. Di sisi lain meja, Zayn sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, pandangannya sesekali beralih ke layar tambahan di sebelahnya.

"Apa yang kau temukan?" tanya Rendra, menyilangkan tangan di dadanya.

Felza tidak langsung menjawab. Ia menunjuk ke layar monitor, memperlihatkan peta jaringan sistem keamanan dari target mereka : National Data Integrity Center atau NDIC, sebuah pusat data yang menjadi tulang punggung sistem informasi pemerintah. "Ini tempat mereka menyimpan semua rahasia yang tidak ingin dunia tahu," katanya pelan, namun penuh tekad.

Zayn mengangguk, menambahkan, "Dan sekarang, setelah kalian menjadi buronan, mereka pasti sudah meningkatkan keamanan mereka. Masuk ke dalam sistem ini tidak hanya berbahaya, tapi juga hampir mustahil tanpa strategi matang."

Felza menarik napas panjang, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. "Tidak ada yang mustahil dalam dunia digital, Zayn. Yang kita butuhkan hanyalah waktu dan sedikit keberanian."

"Dan risiko besar," tambah Rendra sambil menggeleng pelan. "Mereka tidak akan tinggal diam. Begitu kita mulai meretas, mereka pasti tahu."

"Kalau begitu, kita harus bergerak cepat," potong Felza. Ia berbalik, menatap kedua temannya dengan serius. "Kalian tahu sebaik aku bahwa ini bukan hanya soal membuktikan kebenaran. Mereka sudah memburu kita. Satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan membuka apa yang mereka sembunyikan."

Zayn memulai penjelasannya dengan memproyeksikan skema NDIC ke dinding markas. "Kita tidak bisa menyerang langsung ke server utama mereka. Itu bunuh diri. Tapi..." ia menunjuk ke sebuah titik di peta, "ada celah di sini, jaringan internal yang terhubung ke gedung administrasi mereka di luar kota. Jalur ini dirancang untuk mengelola komunikasi antara pusat data dan pemerintah."

Felza menatap titik itu dengan seksama. "Kau ingin kita menembus jalur ini sebagai pintu masuk?"

Zayn mengangguk. "Tepat. Tapi ada masalah. Mereka punya sistem pertahanan otomatis yang akan langsung mendeteksi aktivitas tidak sah."

Felza tersenyum tipis. "Kabar baiknya adalah aku punya sesuatu untuk itu."

Ia membuka tasnya dan mengeluarkan perangkat kecil berbentuk kotak dengan antena pendek. "Ini adalah jammer modifikasi. Bukan hanya mengacaukan sinyal, tapi juga menyisipkan data palsu yang membuat sistem percaya bahwa semuanya berjalan normal. Kita hanya punya waktu beberapa menit sebelum mereka menyadari ada yang salah."

Rendra mendekat, memeriksa perangkat itu dengan alis terangkat. "Dan kau yakin ini akan berhasil?"

"Tidak ada jaminan," jawab Felza dengan nada datar. "Tapi ini taruhan terbaik kita."

=======

Malam itu, mereka memulai misi mereka. Felza dan Rendra berangkat menuju lokasi gedung administrasi NDIC dengan menggunakan mobil van kecil yang disediakan oleh Zayn.

Di belakang van, terdapat peralatan lengkap untuk mendukung operasi mereka. Zayn tetap tinggal di markas, memantau jalannya operasi dari jarak jauh melalui jaringan pribadi.

"Felza, kau yakin kita siap untuk ini?" tanya Rendra saat mereka mendekati gedung target.

Felza menatapnya sekilas dari kursi pengemudi. "Tidak ada waktu untuk ragu. Kita sudah terlalu jauh untuk mundur."

Mereka memarkir van di area yang cukup tersembunyi di dekat gedung. Felza segera mengaktifkan perangkat jammer-nya, memastikan bahwa sinyal di sekitar mereka mulai terganggu.

"Zayn, kami sudah di posisi," kata Felza melalui headset.

"Baik," suara Zayn terdengar di telinga mereka. "Aku akan membuka jalur aman untuk kalian. Masuklah melalui pintu samping gedung. Kode keamanannya sudah aku kirimkan ke perangkatmu."

Felza mengambil tablet kecil dari tasnya, memeriksa kode yang dikirim oleh Zayn. Dengan sigap, ia memimpin Rendra menuju pintu samping gedung.

Kode yang dimasukkan berhasil membuka pintu tanpa masalah, dan mereka masuk ke dalam koridor gelap yang dipenuhi dengan suara berdengung dari mesin pendingin udara.

Mereka tiba di sebuah ruangan kecil yang dipenuhi server. Felza segera menghubungkan laptopnya ke salah satu terminal di sana, sementara Rendra berjaga di pintu.

"Zayn, aku sudah terhubung. Berikan aku akses ke jaringan utama," kata Felza sambil mengetik cepat.

"Aku sedang memindahkan proxy untuk menyembunyikan jejak kalian. Jangan terlalu lama di sana," jawab Zayn.

Felza mulai bekerja, matanya terpaku pada layar laptop. Kode demi kode meluncur di layar, membentuk pola rumit yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang terbiasa dengan dunia peretasan.

"Aku masuk," kata Felza setelah beberapa menit. "Aku punya akses ke log aktivitas mereka."

Rendra menoleh. "Apa yang kau temukan?"

Felza mengerutkan kening. "Banyak sekali data. Transaksi rahasia, komunikasi terenkripsi, bahkan laporan operasi yang melibatkan pengawasan ilegal." Ia berhenti sejenak, matanya membesar. "Mereka memata-matai orang-orang di pemerintahan. Bahkan presiden tidak tahu soal ini."

"Ambil semuanya," kata Zayn melalui headset. "Kita butuh bukti sebanyak mungkin untuk menghancurkan mereka."

Namun, sebelum Felza sempat menyelesaikan pekerjaannya, alarm mulai berbunyi. Lampu di ruangan itu berubah menjadi merah, dan suara otomatis terdengar di seluruh gedung.

"Peringatan : Aktivitas tidak sah terdeteksi."

Rendra segera menutup pintu dan menguncinya. "Mereka tahu kita di sini!"

Felza mengetik lebih cepat, mencoba menyelesaikan pengunduhan data sebelum mereka kehabisan waktu. "Aku butuh satu menit lagi!"

Zayn menyela, suaranya terdengar cemas. "Kalian harus keluar sekarang. Pasukan keamanan mereka pasti sudah dalam perjalanan ke sana!"

Begitu data selesai diunduh, Felza mencabut perangkatnya dan memasukkannya ke dalam tas.

Ia dan Rendra segera keluar dari ruangan, berlari menyusuri koridor gelap sambil mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

"Belok ke kanan!" seru Zayn melalui headset.

Mereka mengikuti arah Zayn, menemukan tangga darurat yang membawa mereka ke lantai bawah.

Namun, saat mereka mencapai pintu keluar, sekelompok petugas keamanan bersenjata sudah menunggu di sana.

"Jangan bergerak!" teriak salah satu petugas.

Felza menatap sekeliling, otaknya bekerja cepat. Ia merogoh tasnya dan mengambil perangkat kecil lainnya. "Tutup matamu!" katanya pada Rendra sebelum melemparkan perangkat itu ke lantai.

Ledakan kecil terjadi, menghasilkan kilatan cahaya terang dan asap tebal yang memenuhi ruangan.

Dalam kekacauan itu, Felza dan Rendra berhasil menyelinap keluar dari gedung dan kembali ke van mereka.

Setelah melarikan diri dengan selamat, mereka tiba kembali di markas Zayn. Felza langsung menyerahkan data yang berhasil mereka unduh.

"Ini semua yang kita butuhkan," kata Felza, masih terengah-engah. "Bukti untuk membongkar mereka."

Zayn memeriksa data itu dengan cepat, wajahnya menunjukkan kekaguman dan kepuasan. "Kalian berhasil. Ini lebih besar dari yang kubayangkan. Dengan ini, kita bisa menghancurkan seluruh jaringan mereka."

Namun, Felza tahu bahwa ini belum selesai. Data itu adalah awal dari perang baru, perang yang tidak hanya terjadi di dunia digital, tetapi juga di dunia nyata. Perjuangan mereka baru saja dimulai.

==========