Chereads / Hacker's Heart / Chapter 14 - Pukulan Balik

Chapter 14 - Pukulan Balik

Malam itu, di kamar sederhana rumah keluarganya, Felza duduk di depan laptop yang menyala.

Layar menampilkan deretan kode yang rumit, bagai benang kusut yang ia coba urai. Di luar, suara jangkrik menjadi pengiring setia kesunyiannya.

Setelah tiga hari menyelidiki, ia akhirnya berhasil menemukan pintu masuk ke sistem keuangan Sudirman Prasetya, sang pebisnis korup yang berkolaborasi dengan mafia.

Felza menarik napas panjang. "Ini dia, waktunya membayar dosa-dosa mereka."

Sudirman bukan orang sembarangan. Sebagai seorang pengusaha besar sekaligus dalang di balik banyak skandal, ia memiliki lapisan keamanan digital yang tidak main-main.

Akun-akun banknya tersebar di berbagai negara, menggunakan server yang dilindungi oleh protokol keamanan tingkat tinggi.

Langkah pertama Felza adalah melacak server utama yang digunakan Sudirman untuk mengelola uangnya.

Dengan keahlian yang sudah terasah, ia memanfaatkan metode man-in-the-middle attack untuk menyusup ke komunikasi antara perangkat Sudirman dan bank yang ia gunakan.

Felza mengetik dengan kecepatan luar biasa, memasukkan kode untuk menciptakan jalur akses yang memungkinkan ia menyuntikkan data palsu ke server target.

Setelah beberapa menit, ia berhasil masuk ke dashboard akun salah satu bank internasional milik Sudirman.

"Lapisan pertama selesai," gumamnya. Namun, ia tahu pekerjaan sebenarnya baru dimulai.

Setiap transaksi besar di akun Sudirman dilindungi oleh multi-factor authentication (MFA).

Sistem ini dirancang untuk memastikan hanya pengguna asli yang dapat mengakses akun. Tapi bagi Felza, ini hanya tantangan kecil.

Ia memanfaatkan celah dalam SMS hijacking, sebuah teknik yang memungkinkan peretas untuk mencegat kode verifikasi yang dikirimkan melalui pesan teks.

Dengan alat khusus yang ia modifikasi sendiri, ia berhasil mendapatkan akses ke kode yang dibutuhkan untuk membuka lapisan keamanan kedua.

Namun, itu belum cukup. Bank internasional sering menggunakan teknologi biometrik untuk mengonfirmasi identitas pemilik akun.

Felza dengan tenang memanfaatkan data yang sudah ia kumpulkan tentang Sudirman, termasuk rekaman suaranya dari panggilan telepon yang ia temukan sebelumnya.

Dengan menggunakan perangkat lunak pengubah suara berbasis AI, ia menciptakan sampel suara yang hampir sempurna untuk melewati pengamanan biometrik tersebut.

"Dua lapisan lagi," katanya sambil menatap layar yang kini menunjukkan saldo fantastis milik Sudirman.

Sistem keamanan Sudirman juga dilengkapi dengan AI threat detection, yang mampu mendeteksi aktivitas mencurigakan dalam waktu nyata. Felza harus bertindak cepat untuk memastikan keberadaannya tidak terdeteksi.

Ia meluncurkan serangan pengalihan ke server lain yang digunakan oleh sindikat mafia. Dengan menciptakan pola serangan palsu di lokasi tersebut, ia berhasil membuat AI pengawas fokus pada ancaman lain. Hal ini memberikan waktu yang cukup bagi Felza untuk melanjutkan operasinya.

"Ini lebih mudah dari yang kukira," ujarnya sambil tersenyum kecil.

Begitu ia berhasil mendapatkan kontrol penuh atas akun-akun Sudirman, Felza mulai mentransfer dana secara diam-diam.

Namun, ia tahu bahwa mengirim uang dalam jumlah besar sekaligus akan memicu alarm di sistem bank. Karena itu, ia membagi transferannya menjadi ratusan transaksi kecil, masing-masing dengan jumlah yang tampak wajar.

Ia sudah menyiapkan daftar panjang nomor rekening yayasan amal di seluruh Yogyakarta, mulai dari panti asuhan, rumah sakit, hingga lembaga pendidikan untuk anak-anak kurang mampu.

Dengan algoritma yang ia buat sendiri, Felza memastikan bahwa uang tersebut tersebar merata dan sulit dilacak kembali ke sumbernya.

"Setiap sen dari uang ini akan menjadi berkah bagi mereka yang membutuhkan," pikirnya dengan penuh kepuasan.

Sementara proses transfer berlangsung, Felza menyembunyikan jejaknya dengan menggunakan multi-layer encryption dan jaringan virtual private network (VPN) yang terhubung melalui beberapa negara.

Hal ini membuatnya hampir mustahil untuk dilacak, bahkan oleh tim keamanan siber terbaik sekalipun.

Keesokan paginya, desa tempat tinggal Felza kembali hidup seperti biasa. Namun, di dunia maya, dampak dari aksi Felza mulai terasa.

Beberapa yayasan amal di Yogyakarta menerima pemberitahuan tentang dana besar yang tiba-tiba masuk ke rekening mereka.

"Ini seperti keajaiban!" seru salah seorang pengelola panti asuhan dalam sebuah wawancara televisi lokal.

Uang tersebut digunakan untuk membeli makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya bagi anak-anak di panti.

Rumah sakit kecil di daerah terpencil juga melaporkan bahwa mereka kini mampu membeli peralatan medis yang sangat dibutuhkan.

Namun, di sisi lain, Sudirman Prasetya mulai panik. Akun-akun banknya menunjukkan saldo yang kosong, dan ia tidak bisa mengakses uangnya sama sekali.

Ia segera menghubungi tim IT dan pakar keamanan digital untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.

Di tempat lain, Sudirman duduk di ruang kerjanya yang mewah. Wajahnya merah padam saat menerima laporan bahwa semua uangnya telah lenyap.

"Siapa yang melakukan ini?" teriaknya kepada salah satu anak buahnya.

"Sepertinya seseorang telah meretas sistem Anda, Pak," jawab sang kepala keamanan dengan nada gugup.

Sudirman mengepalkan tinjunya. "Cari mereka. Aku tidak peduli berapa biayanya. Temukan orang yang berani melawan aku ini!"

Namun, jejak yang ditinggalkan Felza terlalu rapi. Bahkan dengan tim keamanan terbaik yang Sudirman miliki, mereka hanya menemukan jejak yang berakhir di server palsu di negara lain.

Di rumahnya, Felza menatap layar laptop yang kini menampilkan layar kosong. Ia sudah menghapus semua data operasinya, memastikan tidak ada jejak yang bisa mengarah padanya.

"Uang kotor itu akhirnya menemukan tempat yang lebih baik," pikirnya dengan lega.

Namun, ia tahu bahwa aksinya tidak akan berlalu tanpa konsekuensi. Sudirman dan orang-orangnya pasti tidak akan tinggal diam.

Tapi Felza tidak takut. Ia sudah menghadapi banyak bahaya sebelumnya, dan ia tahu bahwa keahliannya adalah senjatanya yang paling ampuh.

Untuk saat ini, Felza hanya ingin menikmati kemenangan kecilnya. Ia keluar ke teras, menikmati sinar matahari pagi sambil melihat keluarganya yang sibuk dengan aktivitas harian mereka.

"Ini baru awal," gumamnya. "Masih banyak yang harus dilakukan."

Felza tahu bahwa perjuangan melawan korupsi dan ketidakadilan adalah jalan panjang. Tapi dengan setiap langkah kecil yang ia ambil, ia yakin bahwa dunia bisa menjadi tempat yang lebih baik.

==========