Chereads / Hacker's Heart / Chapter 4 - Bayangan Yang Mengintai

Chapter 4 - Bayangan Yang Mengintai

Felza melangkah keluar dari ruang pertemuan rahasia itu, jantungnya berdegup kencang.

Informasi yang baru saja ia terima dari Rendra seharusnya membuka peluang besar untuk mengungkapkan siapa yang berada di balik korupsi besar ini, namun di sisi lain, perasaan khawatir yang mendalam mulai menguasai dirinya.

Mereka bukan hanya menghadapi kelompok besar yang tersembunyi, tetapi kini terasa seolah-olah mereka sudah memasuki wilayah yang sangat berbahaya, tempat yang penuh dengan jebakan yang tak terlihat.

Rendra, yang berjalan beberapa langkah di belakangnya, mendekat dan berkata dengan suara rendah, "Felza, kita tidak bisa terlalu lama di sini. Ada orang yang pasti sedang mengawasi kita. Aku tahu, karena aku juga sudah dipantau selama beberapa minggu terakhir."

Felza mengangguk, matanya menyapu sekeliling ruangan seolah mencari sesuatu yang mencurigakan. "Mereka sudah tahu kita ada di sini, bukan? Jika benar mereka mengetahui keberadaan kita, kita harus bergerak lebih cepat."

Mereka berada di sebuah gedung yang terletak di tengah kota Jakarta, jauh dari keramaian dan sangat tersembunyi.

Namun, meskipun tampaknya aman, Felza tahu bahwa ada banyak cara untuk memantau pergerakan mereka. Selama ini, ia hanya bisa bergerak dalam bayang-bayang, tetapi sekarang ia merasa semakin terpojok.

"Masalahnya," lanjut Rendra dengan nada serius, "sistem yang kita hadapi bukan hanya sekadar pemerintah atau korporasi besar. Ini lebih dari itu. Mereka memiliki jaringan global. Jika kita tidak hati-hati, kita bisa jatuh ke dalam jebakan mereka."

Felza berhenti sejenak, menatap Rendra dengan penuh perhatian. "Apa maksudmu dengan jebakan?"

Rendra menarik napas panjang. "Mereka punya cara untuk mengendalikan informasi. Mereka bisa memanipulasi siapa saja, bahkan kita sekalipun. Itu sebabnya kita harus hati-hati dengan siapa yang kita percayai. Ada orang-orang yang bahkan tidak kita kenal yang mungkin terlibat."

Felza menatap Rendra, merasakan kegelisahan yang semakin dalam. Ia sudah terbiasa hidup dalam dunia yang penuh dengan risiko, tetapi kali ini semuanya terasa berbeda.

Setiap langkah yang diambil, setiap keputusan yang dibuat, semakin terasa seperti permainan berbahaya yang sulit dimenangkan.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan Felza berusaha untuk tetap tenang. Ia harus fokus pada tujuan utamanya, menemukan siapa yang ada di balik konspirasi ini dan mengungkapkan kebenaran kepada dunia.

Namun, saat mereka menuju pintu keluar gedung, tiba-tiba sebuah suara keras terdengar di belakang mereka.

"Felza Wellian!"

Felza berhenti dan menoleh dengan cepat. Suara itu datang dari seorang pria yang berdiri di ujung lorong, mengenakan jas hitam dengan rambut yang sedikit berantakan. Pria itu memiliki tatapan tajam yang langsung menyentak perhatian Felza.

"Siapa kamu?" tanya Felza, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatiannya berdegup kencang.

Pria itu tersenyum tipis. "Aku bekerja untuk mereka. Aku tahu apa yang sedang kamu lakukan, dan aku tidak bisa membiarkanmu terus maju."

Rendra bergerak cepat dan berdiri di depan Felza. "Jangan coba-coba menghalangi kami. Kami tidak takut."

Pria itu tertawa pelan, namun tatapannya penuh ancaman. "Kalian sudah terlalu jauh. Mungkin sudah waktunya untuk kalian berhenti mencari kebenaran, atau konsekuensinya akan sangat buruk."

Felza menilai pria itu dari atas hingga bawah, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Tidak ada keraguan, pria ini bukan orang sembarangan. Dia adalah bagian dari jaringan yang mereka cari, dan kali ini, pertemuan mereka tidak bisa dihindari.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Felza, mencoba mendapatkan informasi lebih lanjut.

Pria itu tidak menjawab dengan segera. Ia hanya mengamati mereka berdua dengan seksama, seolah menimbang apakah akan melanjutkan percakapan ini atau tidak. Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, ia akhirnya berbicara.

"Jika kalian tidak menghentikan pencarian ini, kalian akan kehilangan lebih banyak dari sekadar data. Kalian akan kehilangan orang-orang yang kalian cintai."

Kata-kata itu menggema di dalam kepala Felza. Ia menatap pria itu dengan penuh perhatian, mencoba menanggapi ancaman ini dengan hati-hati.

Namun, sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, suara langkah kaki terdengar semakin dekat, dan seorang wanita muncul di balik pria itu.

Wanita tersebut mengenakan setelan bisnis hitam dengan ekspresi serius. Di tangannya, ia memegang sebuah tas kecil, yang sepertinya berisi sesuatu yang sangat penting.

"Dia benar," kata wanita itu dengan suara tegas. "Kebenaran yang kamu cari bisa menghancurkan lebih banyak hal daripada yang kamu bayangkan. Kami tidak akan membiarkan kalian terus melangkah tanpa konsekuensi."

Rendra melangkah maju, namun Felza menahannya dengan tangan. "Tidak, Rendra. Kita harus tahu siapa mereka sebelum bertindak."

Wanita itu mengamati mereka berdua dengan senyuman sinis. "Kalian berani melawan, dan itulah kesalahan terbesar kalian. Tidak ada yang bisa melawan mereka yang mengendalikan semuanya."

Felza merasakan ancaman yang nyata dalam kata-kata itu. Ini bukan hanya ancaman kosong. Mereka benar-benar terjebak dalam jaringan yang lebih besar dari yang pernah mereka duga. Namun, satu hal yang pasti, Felza tidak akan mundur.

"Kami akan melanjutkan pencarian kami, apapun yang terjadi," kata Felza dengan suara penuh tekad.

Rendra menatapnya dan kemudian berpaling kepada pria serta wanita di depannya. "Kami tidak akan takut dengan ancaman seperti ini. Kami sudah tahu terlalu banyak, dan kami akan terus maju."

Pria itu dan wanita tersebut saling bertukar pandang, seolah-olah mengukur seberapa jauh mereka bisa membiarkan percakapan ini berlangsung.

Akhirnya, pria itu berbicara lagi, suara penuh dengan ketegangan.

"Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi. Dunia ini bukanlah tempat yang ramah bagi orang-orang seperti kalian. Dan jika kalian terus melangkah, kalian akan membawa malapetaka yang lebih besar daripada yang kalian bayangkan."

Wanita itu mendekat, menatap Felza dengan penuh tantangan. "Kalian masih punya pilihan untuk berhenti. Kembali ke kehidupan kalian yang dulu, dan lupakan semuanya. Jika tidak, kalian akan menjadi musuh dari sistem yang tidak bisa dihancurkan."

Felza memandang mereka dengan penuh keyakinan. "Kami tidak akan berhenti. Kebenaran lebih besar daripada ancamanmu."

Kedua pria dan wanita itu hanya tersenyum sinis dan kemudian berbalik pergi, meninggalkan mereka di lorong yang kosong.

Suasana di sekitar Felza dan Rendra terasa sangat mencekam, seolah-olah mereka baru saja mengambil langkah yang lebih dalam ke dalam dunia yang sangat berbahaya.

Setelah beberapa saat, Felza berbalik kepada Rendra. "Kita harus bergerak cepat. Mereka tahu lebih banyak tentang kita daripada yang kita kira. Ini bukan hanya soal korupsi lagi. Ini tentang sistem yang lebih besar, dan kita harus menghentikannya."

Rendra mengangguk. "Aku setuju. Tidak ada waktu lagi untuk ragu. Kita harus siap menghadapi apapun yang datang."

Felza menghela napas panjang dan memandang ke arah gedung tempat mereka berdiri.

Ia tahu, perjalanan mereka baru saja dimulai. Namun, apapun yang menanti di depan, mereka tidak akan mundur.

=========