Chereads / Cinta di tengah badai / Chapter 22 - Hari bersama Mama

Chapter 22 - Hari bersama Mama

Trisya membuka pintu kamar. Di lihatnya Ardi duduk bersandar di pinggiran tempat tidur sambil membaca handphonenya.

"Abang tidak mandi? Atau kita langsung pulang saja?" tanya Trisya.

"Sebentar lagi abang mandi," ucap Ardi.

Trisya duduk di pangkuan Ardi. mengalungkan lengannya di leher Ardi.

"Lupa kalau kita mendadak tidur di rumah ini? Kita tidak membawa perlengkapan. Nanti abang ke kantor pakai apa? Harus segera siap-siap dan pulang ke rumah."

"Sudah abang ambil semua perlengkapan kita. Jadi bisa berangkat dari sini untuk ke kantor."

"Kapan?"

"Tadi malam waktu kamu sudah tidur."

"Astaga.. cepat sekali gerakanmu ya, Bang?"

Ardi membelai rambut Trisya, diletakkannya handphonenya di tempat tidur

"Jam berapa?"

"15 menit lagi jam 6," jawab Trisya.

Ardi mencium bibir Trisya.

"Masih ada waktu 15 menit untuk memanjakanmu?"

"Nanti kau terlambat, bang."

"Terus kenapa duduk di pangkuan abang?"

Trisya tertawa.

"Memang ingin menggodamu," bisik Trisya di telinga Ardi.

Lelaki itu tertawa.

"Sudah, abang mau mandi. Soalnya tidak punya alasan kalau datang terlambat."

"Kan bisa bilang kalau istrimu sedang tidak enak badan."

"Lupa kalau atasan abang adalah papa?"

Trisya tertawa. Ia segera berdiri.

"Aku siapkan pakaian abang."

Ardi segera bangkit dari tempat tidur.

"Handuk, Yang.." ucap Ardi.

"Ambil saja sendiri. Nanti kalau aku yang antar, malah kau tarik masuk ke dalam."

Ardi tertawa. Ia meraih handuk dan segera masuk ke kamar mandi.

Pintu kamar itu diketuk.

"Sya.." panggil Ariana.

Trisya bergegas membuka pintu.

"Ada apa, Ma?"

"Ardi mau sarapan apa?"

"Apa saja pasti dimakan abang kok, Ma."

"Mama masakkan nasi goreng seafood ya? Kamu ke kampus?"

"Tidak."

"Nanti biar mama yang antar kamu pulang. Kita belanja dulu ke butik Rinda."

"Butik?"

"Perutmu kan sudah semakin besar. Akan butuh banyak baju hamil. Nanti mama temani. Kalau dengan Ardi, mana paham dia mana baju yang cocok untuk kamu. Yang tidak panas dan membuat kamu gerah."

"Nanti aku bilang abang. Dia sedang mandi."

"Ya sudah. Mama siapkan sarapan dulu."

"Tidak usah, Ma.. Biar aku saja."

"Mama saja," Ariana segera meninggalkan tempat itu.

Trisya menutup pintu. Ia berjalan dan merapikan tempat tidur.

Ardi keluar dari kamar Mandi.

"Mama ternyata sayang sekali denganmu, bang.." ucap Trisya.

"Kenapa?"

"Tadi manggil mau nanyain abang mau makan apa," Trisya memberikan pakaian pada Ardi.

"Bilang sama mama, tidak usah repot-repot."

"Sudah.. Tetap saja mau menyiapkan. Katanya mau masakkan nasi goreng untuk abang. Aku lihat mama ya bang?"

"Ya."

Trisya keluar. Ia berjalan menuju dapur.

Ariana terlihat sedang memasak. 1 hal yang menurut Trisya luar biasa adalah Ariana selalu menyiapkan sendiri masakan untuk suami dan anaknya. Padahal di rumah iru ada beberapa ART, namun ia tetap memilih menjadi koki untuk keluarganya.

"Aku bantu menyiapkan sarapan," ucap Trisya.

"Tidak usah.. Ini sudah selesai. Setelah ini tinggal menyiapkan minumannya. Ardi minum apa? Kopi atau teh?"

"Kopi. Biar aku saja yang menyiapkan."

Ariana tersenyum.

Ardi masuk ke ruangan itu.

"Yang.." panggil Ardi. "Ma.."

"Duduklah, Di.. Mama panggil papa dan Aldo dulu."

"Ya.."

Ariana segera keluar.

Ardi duduk di kursi. Trisya meletakkan secangkir kopi di hadapannya.

"Mama nanti mengajakku membeli baju hamil. Katanya perutku akan terus bertambah besar. Mama bilang, abang tak akan bisa membantu memilihkan pakaian yang cocok," Trisya merapikan kerah kemeja Ardi.

"Itu bagus."

"Tapi aku tidak nyaman. Aneh rasanya melihat mama bersikap baik padaku."

"Mungkin mama tak bisa menjadi ibu yang baik sebelumnya padamu. Biarkan mama membayarnya saat ini. Mungkin mama juga ingin menjadi nenek yang baik untuk cucunya nanti."

Trisya duduk di pangkuan Ardi, lalu mengalungkan lengannya di leher Ardi.

"Baik sekali suamiku ini.Selalu menjadi peredam emosiku, juga menjadi penasihat terbaikku," Trisya mencium Ardi.

"Hei, jangan disini.."

"Kenapa memangnya? Tidak bolehkah mencium suami sendiri?"

"Yang, Ini bukan di rumah kita."

"Biar saja, bukannya lebih seru jika berciuman di pagi hari dengan mencuri waktu seperti ini?" Trisya kembali mencium bibir Ardi.

Terdengar langkah kaki mendekat disusul kemunculan Richard.

"Oops.." Richard menghentikan langkahnya.

Trisya melepaskan ciumannya.

"Papa.." sapa Trisya.

Richard tersenyum tipis. Di belakangnya sudah berdiri Ariana dan Aldo.

Trisya segera berdiri.

"Ayo, makan.." kata Ariana.

"Ya.."

***

"Ada lagi yang mau dibeli?" tanya Ariana.

"Aku capek, Ma.. Lapar juga."

"Kita makan di cafe itu?"

"Ya, boleh.. Tapi sepertinya ramai sekali. Nanti tidak ada tempat duduk."

Ariana memandang Razak.

"Coba cek ke dalam ada tempat duduk di VIPnya tidak, Zak.."

"Siap,bu.."

Razak meletakkan Barang-barang belanjaan di lantai sebelum bergegas masuk ke dalam cafe itu.

Tak lama ia kembali.

"Ada 1 meja sudah dikosongkan, bu.."

"Ayo," Ariana menggandeng Trisya masuk disusul Razak yang membawa beberapa bungkusan belanjaan.

"Siang, Bu Richard.." sapa Manager cafe itu.

"Siang.. Duduk, Sya."

Trisya segera duduk di kursi yang sudah ditarikkan oleh Razak.

"Kamu disini saja, Zak.. Sekalian kita makan," ucap Ariana.

"Siap, bu.."

Ariana duduk di samping Trisya.

"Ini menunya.. Ibu dengan siapa? Mirip sekali dengan ibu. cantik."

"Ini anak sulung saya."

"Oh.. Pantesan mirip ya bu?"

"Kamu mau makan apa, Sya?"

"Aku lapar tapi tidak tahu mau makan apa.."

"Mama pesankan Chicken katsu?"

"Tidak mau.."

"Sapo tahu saja?"

"Boleh. Aku mau kwetiau goreng juga. Tapi agak basah ya?" ucap Trisya.

"Baik, kak. Minumnya?"

"Aku mau lemon tea saja."

"Saya pesan Chicken cordon bleu," ucap Ariana. "Dan strawberry milk shake.

"Baik, ada lagi bu?"

"Razak? Coba kamu tanya Razak."

"Baik, bu.." Manager itu berjalan menghampiri Razak.

Ariana memandang Trisya.

"Kamu semakin cantik saja," puji Ariana.

"Masa?" Trisya mengeluarkan cermin dari dalam tasnya. "Aku melihat pipiku tembam sekali."

"Tidak.. Kamu bahkan belum terlihat gemuk seperti wanita hamil kebanyakan."

"Padahal makanku banyak."

"Yang penting bayimu dan kamu sehat. Tidak apa kalau terlihat gemuk. Nanti pada masanya setelah melahirkan dan anakmu tumbuh, kamu akan kembali seperti sebelumnya."

"Kalau badan kita tidak kembali ke semula, apa suami akan melirik wanita lain?"

"Tidak semua suami seperti itu."

"Mantannya bang Ardi cantik. Dia dokter."

"Yang waktu itu kita bertemu?"

"Ya..Robby bilang, dia kesini memang niat untuk mencari abang."

"Tapi Ardi kan sudah menikah. Sebentar lagi juga akan punya anak denganmu. Tidak akan dia melihat wanita lain."

"Tapi kak Airin pernah dicintai."

"Masa kamu tidak percaya pada suamimu sendiri?"

"Jika dia meninggalkanmu, gampang saja..Kau tinggal menelponku dan kembali ke pelukanku," ucap seseorang.

Trisya dan Ariana menoleh.

Seorang lelaki keturunan tionghoa berdiri bersama seorang lelaki keturunan india sambil tersenyum licik pada Trisya.

"Om Steven?"

"Hallo anjing kecilku.. Apa kabar?" sapa lelaki yang di panggil steven itu.