Chereads / The Forgotten Creation / Chapter 11 - Gerbang yang terbuka

Chapter 11 - Gerbang yang terbuka

Di Jakarta, kekacauan semakin menjadi-jadi. Portal yang menghubungkan dunia manusia dengan dungeon muncul di berbagai tempat, menciptakan ketakutan sekaligus peluang bagi mereka yang memiliki keberanian untuk bertarung. Para pengguna sistem mulai menyebut diri mereka Hunter, mengambil peran sebagai pelindung dunia dari ancaman makhluk yang muncul dari portal.

Di dalam salah satu dungeon terbesar, Dimas Wijaya berdiri di tengah medan pertempuran. Napasnya terengah-engah, dan tubuhnya penuh luka, namun tangannya masih menggenggam erat pedang yang bersinar dengan cahaya biru muda. Di depannya, Amara Putri dengan tubuh terbungkus perisai cahaya mencoba menahan serangan seekor makhluk berbentuk naga kecil bersisik perak.

"Amara! Mundur!" teriak Dimas.

Amara menggertakkan giginya, tapi mengikuti perintah Dimas. Ia melompat mundur tepat saat naga itu melontarkan semburan api.

Dimas melangkah maju, layar sistem muncul di depannya:

[Skill Activated: Blade of Resolve – Critical Strike]

Dalam sekejap, pedang Dimas memancarkan energi yang tajam. Ia melompat, mengarahkan serangan ke leher naga tersebut. Dengan satu tebasan, makhluk itu jatuh ke tanah, tubuhnya perlahan menghilang menjadi partikel cahaya.

"Ini belum selesai," ujar Dimas, menatap lebih dalam ke dungeon.

Sementara itu, di ruang konstelasi, Kade menyaksikan pergerakan para Hunter dengan intens. Layar yang melayang di depannya menampilkan berbagai kejadian di Bumi. Setiap gerakan manusia yang terhubung dengan sistemnya meninggalkan jejak yang bisa ia pantau.

Namun, pikirannya terganggu oleh suara dari belakang.

"Kade Astral, kau mulai menarik perhatian mereka."

Kade berbalik dan melihat seorang konstelasi tingkat tinggi berdiri di hadapannya. Helios, the Eternal Sun, memandang Kade dengan tatapan tajam yang penuh rasa ingin tahu. Rambut emasnya bersinar, menciptakan aura yang memukau.

"Mereka?" tanya Kade, meski ia tahu jawabannya.

"Para konstelasi yang haus akan kekuasaan. Mereka yang akan menggunakan sistemmu untuk tujuan mereka sendiri," jawab Helios. "Kau mungkin belum menyadari seberapa besar dampak tindakanmu. Sistem yang kau ciptakan bukan hanya memberi kekuatan, tetapi juga membuka gerbang bagi makhluk yang lebih kuat untuk memasuki dunia manusia."

Kade terdiam. Ia memikirkan kata-kata Helios, mencoba mencari jawaban dalam pikirannya sendiri.

"Apa kau tidak khawatir, Kade?" lanjut Helios. "Jika manusia tidak bisa mengendalikan kekuatan ini, mereka akan dihancurkan oleh makhluk dari luar."

Kade akhirnya berkata, "Aku percaya pada manusia. Mereka akan menemukan cara untuk bertahan... dan mungkin lebih dari itu."

Helios tersenyum kecil, tapi senyuman itu penuh teka-teki. "Kita lihat saja. Tapi ingat, kepercayaan itu bisa menjadi senjatamu sekaligus kehancuranmu."

Di Bumi, di ujung dungeon tempat Dimas dan Amara berada, sebuah gerbang besar berdiri kokoh, memancarkan cahaya emas yang menyilaukan. Dimas menatap gerbang itu dengan hati-hati.

"Ini bukan portal biasa," ujar Dimas.

Amara, yang berdiri di sampingnya, berkata, "Kau pikir apa yang ada di baliknya?"

Sebelum mereka sempat mendekat, suara berat menggema di udara:

"Beraninya kalian melangkah lebih jauh."

Dari dalam gerbang, muncul sosok besar dengan tubuh menyerupai singa bersayap dan kepala manusia. Matanya bersinar merah, dan suaranya menggetarkan seluruh dungeon.

[Boss Dungeon: The Celestial Guardian]

Dimas dan Amara terdiam sejenak, merasakan tekanan luar biasa dari makhluk itu. Tapi alih-alih mundur, Dimas menggenggam pedangnya lebih erat.

"Kita sudah sampai sejauh ini," katanya dengan suara tegas. "Kita tidak bisa berhenti sekarang."

Amara mengangguk, dan bersama-sama mereka bersiap menghadapi makhluk itu.

Di ruang konstelasi, Kade memperhatikan pertarungan itu dengan seksama. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Layar yang menampilkan dungeon tiba-tiba dipenuhi dengan gangguan, dan suara yang tak dikenal bergema di ruangan.

"Kade Astral, kau membuka jalan bagi sesuatu yang seharusnya tetap tersegel."

Suara itu menghilang, meninggalkan Kade dengan pertanyaan baru. Apa sebenarnya yang telah ia lepaskan ke dunia?