Sosok yang dikenal sebagai Celestial Apostle berdiri tegap, memancarkan aura yang menakutkan. Dimas dan Amara merasakan tekanan luar biasa, seolah seluruh tubuh mereka dipaksa tunduk pada kehadiran makhluk itu.
"Aku bertanya, siapa kalian?" suara Apostle bergema, dalam dan penuh otoritas.
Dimas mencoba berdiri tegak meskipun lututnya gemetar. "Kami... kami manusia. Kami datang untuk menghentikan kekacauan yang berasal dari portal ini."
Apostle itu memandang mereka dengan mata keemasan yang bersinar. "Manusia? Kalian tidak memiliki hak untuk melangkah ke tempat ini. Sistem yang membawa kalian ke sini adalah kesalahan besar."
Amara, yang biasanya lebih pasif, akhirnya angkat bicara. "Kalau begitu, apa kau salah satu dari makhluk yang membawa kekacauan ke dunia kami?"
Mendengar itu, Apostle tertawa kecil, tetapi tawanya terdengar dingin. "Kekacauan? Bukan kami yang membawa kekacauan. Yang membuka gerbang kehancuran adalah konstelasi yang memberikan kalian kekuatan."
Dimas dan Amara saling pandang, bingung.
"Konstelasi...?" bisik Dimas.
Sebelum mereka sempat bertanya lebih jauh, Apostle mengangkat tangannya. "Kalian seharusnya tidak ada di sini. Aku akan mengirim kalian kembali."
Dalam sekejap, tubuh Dimas dan Amara dilingkupi cahaya terang. Sebelum mereka bisa melawan, mereka terseret keluar dari dungeon dan kembali ke dunia nyata.
---
Di ruang konstelasi, Kade menyaksikan semua yang terjadi melalui layarnya. Wajahnya pucat.
"Celestial Apostle... kenapa mereka muncul sekarang?" gumamnya.
Kade mencoba mencari jawaban di dalam sistemnya, tetapi layar-layar di sekitarnya terus menunjukkan gangguan. Sebelum ia sempat memahami situasi, suara berat kembali terdengar di belakangnya.
"Kau akhirnya menyadari kesalahanmu, Kade Astral."
Kade berbalik dan menemukan Zeus, the Thunder Sovereign, berdiri di hadapannya. Konstelasi tingkat tinggi itu memancarkan aura yang begitu kuat hingga membuat ruang di sekitar mereka bergetar.
"Zeus," ujar Kade dengan tenang, meskipun ia merasakan tekanan besar.
Zeus melangkah mendekat, matanya yang bersinar biru menatap langsung ke dalam mata Kade. "Sistem yang kau ciptakan telah merusak keseimbangan. Manusia kini terjebak dalam permainan yang mereka tidak pahami."
"Aku hanya memberikan mereka kesempatan untuk bertahan," jawab Kade.
Zeus menghela napas panjang, lalu berkata, "Kau berpikir dengan memberi mereka kekuatan, mereka bisa melawan kekacauan? Tidak semudah itu. Sistem ini lebih dari sekadar alat; ia adalah katalis yang bisa membuka gerbang ke dunia-dunia lain."
"Dunia-dunia lain?" Kade terdiam, mencoba mencerna ucapan Zeus.
Zeus mengangguk. "Makhluk seperti Celestial Apostle berasal dari dimensi yang lebih tinggi. Kehadiran mereka adalah peringatan bahwa apa yang kau ciptakan bisa menghancurkan lebih dari sekadar dunia manusia."
---
Di Bumi, Dimas dan Amara kembali ke kota Jakarta. Mereka muncul di tengah keramaian, terengah-engah seolah baru saja menyelesaikan perjalanan panjang.
"Amara... apa tadi itu?" tanya Dimas dengan suara gemetar.
Amara menggeleng pelan. "Aku tidak tahu... tapi dia menyebut sesuatu tentang konstelasi. Mungkin mereka yang ada di balik sistem ini."
Dimas mengepalkan tangannya. "Jika benar begitu, kita harus mencari tahu lebih banyak. Kalau tidak, kita hanya akan jadi pion dalam permainan yang lebih besar."
Amara mengangguk, meskipun dalam hatinya ada keraguan.
---
Di ruang konstelasi, Kade kembali menghadapi pertanyaan yang tak terjawab. Nyx muncul di sampingnya, seperti bayangan yang melayang tanpa suara.
"Kau melihat akibat dari tindakanmu, Kade," ujarnya lembut namun penuh sindiran. "Zeus benar, sistem ini bukan sekadar alat. Ia membuka jalan ke dimensi lain. Apa kau siap menghadapi apa yang akan datang?"
Kade menatap layar di depannya. Ia melihat wajah-wajah manusia yang telah terhubung dengan sistemnya, termasuk Dimas dan Amara.
"Kalau aku menyerah sekarang, apa yang akan terjadi pada mereka?" tanya Kade.
Nyx tersenyum kecil. "Mereka akan hancur, tentu saja. Tapi jika kau terus melangkah, konsekuensinya bisa jauh lebih buruk."
Kade mengepalkan tangannya, matanya dipenuhi tekad. "Aku tidak akan menyerah. Jika ini adalah tanggung jawabku, aku akan menemukannya hingga akhir."