Chereads / The Forgotten Creation / Chapter 10 - Tanda-tanda kekacauan

Chapter 10 - Tanda-tanda kekacauan

Setelah pertemuan yang penuh ketegangan, Kade kembali ke ruangannya. Ruangan itu kosong, hanya dinding hitam pekat yang dihiasi dengan titik-titik cahaya menyerupai bintang. Ini adalah tempat di mana Kade bisa merenung, jauh dari tatapan konstelasi lain yang penuh kecurigaan.

Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Sebuah suara lembut namun dingin memecah keheningan.

"Apa yang sebenarnya kau rencanakan, Kade Astral?"

Kade menoleh. Di depannya berdiri seorang konstelasi dengan rambut panjang berwarna biru tua yang menyerupai lautan malam. Poseidon, the Ocean's Wrath, menatapnya tajam, dengan tangan bersedekap.

"Aku tak memiliki rencana apa pun," jawab Kade dengan tenang.

Poseidon mendekat, auranya yang dingin terasa menusuk hingga ke tulang. "Sistem yang kau berikan kepada manusia telah mengubah dinamika dunia fana. Kau tahu apa artinya ini, bukan? Para konstelasi lain akan berebut untuk menandai manusia sebagai apostle mereka."

Kade menghela napas, lalu berbalik memandang ke dinding berbintang. "Mungkin itu yang seharusnya terjadi."

Poseidon terdiam, lalu berkata, "Aku hanya ingin memperingatkanmu. Dunia konstelasi bukan tempat untuk bermain-main. Jika kau tak berhati-hati, kau akan hancur sebelum kau sempat memahami kekuatanmu."

Setelah berkata demikian, Poseidon pergi, meninggalkan Kade sendirian. Namun, ucapan itu terngiang di benaknya.

Di sisi lain, di Bumi, sistem yang diberikan oleh Kade mulai menunjukkan dampaknya. Kota-kota besar di Indonesia mengalami perubahan drastis. Orang-orang yang telah terhubung dengan sistem mulai menemukan portal-portal yang membawa mereka ke tempat yang disebut "dungeon".

Di salah satu dungeon pertama yang muncul di Jakarta, seorang pria bernama Dimas Wijaya berdiri di depan gerbang besar yang bersinar dengan warna biru terang. Di belakangnya, sekelompok orang terlihat gelisah.

"Dimas, apa ini benar-benar aman?" tanya seorang wanita muda, Amara Putri, dengan nada cemas.

Dimas menatap gerbang itu dengan tatapan penuh keyakinan. "Ini adalah kesempatan. Jika sistem ini memberikan kita kekuatan, maka kita harus menggunakannya untuk melindungi dunia kita."

Amara mengangguk ragu, lalu mengikuti Dimas masuk ke dalam portal. Di dalam dungeon, mereka disambut oleh pemandangan yang menyerupai reruntuhan kuno. Namun, keindahan itu tak bertahan lama.

Suara gemuruh terdengar, dan seekor makhluk besar menyerupai serigala dengan tubuh api muncul di depan mereka. Mata makhluk itu berkilat merah, dan raungannya mengguncang seluruh dungeon.

"Apa itu?!" teriak Amara, panik.

Dimas mengepalkan tangannya, dan sebuah layar sistem muncul di depannya. Di layar itu tertulis:

[Skill Unlocked: Blade of Resolve]

Tanpa berpikir dua kali, sebuah pedang panjang muncul di tangannya. Dengan tatapan penuh determinasi, Dimas berkata, "Kita tidak punya pilihan selain bertarung."

Di tempat lain, di ruang konstelasi, Kade bisa merasakan pergerakan manusia yang telah terhubung dengan sistemnya. Ia melihat Dimas dan Amara melalui layar bercahaya yang muncul di depannya.

"Apa ini... keputusan yang tepat?" gumam Kade.

Namun, sebelum ia bisa merenungkan lebih jauh, suara dari konstelasi lain menggema di pikirannya.

"Kade Astral, mereka akan memburu manusia yang terhubung dengan sistemmu. Kau harus siap menghadapi konsekuensinya."