Chereads / The Forgotten Creation / Chapter 7 - Batas Kekuatan

Chapter 7 - Batas Kekuatan

Di dunia yang kini dipenuhi dungeon dan makhluk mengerikan, setiap detik membawa ancaman baru bagi manusia. Setelah menerima kontrak dengan konstelasi, mereka mulai merasakan betapa besar kekuatan yang diberikan, tetapi juga beratnya tanggung jawab yang menyertainya. Setiap pilihan yang mereka buat akan menentukan nasib mereka, dan konstelasi yang memilih mereka akan terus memantau setiap langkah mereka.

Jakarta, Indonesia

Ardi berdiri di tengah reruntuhan sebuah gedung. Pedangnya, yang kini dipenuhi dengan api merah menyala, telah mengubah bentuknya menjadi sebuah senjata yang lebih besar. Keringat membasahi tubuhnya, dan napasnya terasa sesak.

[Makhluk dungeon terdeteksi.]

Di hadapannya, muncul sekelompok makhluk berbentuk seperti iblis, dengan taring panjang dan mata yang bersinar merah. Mereka meronta-ronta, siap menyerang. Ardi memegang pedangnya erat-erat, merasakan kekuatan yang diberikan oleh Flame of the Sacred Phoenix mengalir dalam tubuhnya.

Namun, suara dari konstelasi itu terdengar di benaknya.

"Kamu sudah cukup kuat untuk mengalahkan mereka, Ardi. Tapi ingat, ini baru permulaan. Kamu harus terus berkembang."

Ardi tahu apa yang harus dilakukan. Ia mengangkat pedangnya dan mulai bergerak, menyerang dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya. Pedang apinya menyapu ke arah makhluk pertama, memotong tubuhnya menjadi dua.

"Satu turun," gumamnya, merasa sedikit lebih percaya diri.

Namun, makhluk lainnya tidak tinggal diam. Mereka menyerangnya dengan kecepatan tinggi, memaksanya untuk mundur. Ardi berusaha bertahan, tetapi ia merasa kekuatannya mulai terkuras.

[Kekuatan Anda berkurang. Harap segera pulihkan.]

"Kenapa sulit sekali?" Ardi berpikir. Rasa lelah mulai mendera, dan meskipun kekuatan Flame memberi dorongan, tubuh manusiawi Ardi masih terbatas.

Tiba-tiba, suara sistem terdengar:

[Konstelasi Flame of the Sacred Phoenix memperhatikan kinerja Anda.]

[Kemampuan baru 'Phoenix's Rebirth' tersedia.]

Tanpa ragu, Ardi mengaktifkan kemampuan tersebut. Tiba-tiba, tubuhnya dibalut api merah yang menyembuhkan luka-lukanya dan memberinya dorongan kekuatan baru. Ardi merasa seperti dilahirkan kembali.

Dengan kekuatan yang baru didapatkan, Ardi melancarkan serangan balasan yang lebih dahsyat. Pedangnya memotong makhluk-makhluk yang menyerangnya dengan mudah. Dalam beberapa menit, seluruh makhluk dungeon itu telah hancur berkeping-keping.

"Aku melakukannya," Ardi terengah-engah, tetapi senyum puas terpancar di wajahnya.

Di Realm Para Konstelasi

Para konstelasi menyaksikan pertempuran Ardi dengan penuh perhatian.

Flame of the Sacred Phoenix tersenyum lebar, puas dengan pencapaian apostle pertama-nya. "Begitu cepat berkembang. Ternyata manusia memang luar biasa."

Namun, Siren of Abyssal Depths mengernyitkan alisnya, tidak sepenuhnya setuju. "Jangan terlalu senang dulu, Flame. Manusia dengan kekuatan yang diberikan konstelasi bisa cepat berkembang, tetapi mereka juga bisa cepat hancur."

Dragon's Sovereign mengangguk setuju. "Kekuatan itu memang memikat, tapi mereka yang mengandalkan kekuatan tanpa kontrol akan terbakar habis. Ardi harus terus diuji."

Kade Astral mengamati mereka dengan tenang, tidak tergesa-gesa memberi komentar. Baginya, ini adalah pelajaran berharga.

"Semua ini adalah ujian," kata Kade, suara dingin namun tegas. "Tidak hanya untuk manusia, tapi juga untuk kita. Kita harus melihat sejauh mana mereka bisa bertahan, dan apakah mereka benar-benar layak mendapatkan kekuatan yang diberikan."

Kembali ke Bumi

Ardi melangkah keluar dari reruntuhan gedung, tubuhnya sedikit gemetar, tetapi senyumnya tidak hilang. Ia merasakan kekuatan yang baru saja ia terima memberi perubahan besar pada dirinya. Namun, ia tahu ini baru permulaan.

Makhluk dungeon lain mulai bermunculan, lebih kuat dari sebelumnya.

[Sistem mendeteksi ancaman level tinggi.]

[Misi utama: Hancurkan dungeon utama yang terdekat dalam waktu 48 jam.]

Ardi menatap langit. Ia tahu tantangan berikutnya akan jauh lebih berat. Kali ini, bukan hanya sekadar bertahan hidup. Ini adalah ujian sejati. Dan ia harus lebih kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan ini.

Namun, di hatinya, Ardi merasa tegas. Ia akan terus berkembang, tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk konstelasinya yang mempercayainya.