Chereads / berlayar di atas awan / Chapter 7 - kekuatan yang terungkap

Chapter 7 - kekuatan yang terungkap

Kael, Thalron, dan Reyn berdiri di tengah kuil yang sunyi, dikelilingi oleh bisikan angin yang semakin mendesak. Angin kini tidak hanya membisikkan, tetapi menyerupai suara yang memanggil mereka untuk memahami sesuatu yang jauh lebih besar. Kael merasakan getaran yang semakin kuat dari altar batu di depannya. Dia tahu bahwa kekuatan yang tersembunyi di balik altar ini bukanlah sekadar kekuatan angin biasa—melainkan sesuatu yang jauh lebih mendalam, sesuatu yang menghubungkan seluruh pulau ini.

"Apakah kalian merasakannya?" Kael bertanya dengan suara bergetar. "Kekuatan ini... ia menginginkan sesuatu dari kita."

Thalron mengangguk, menatap altar itu dengan penuh perhatian. "Ini adalah kunci dari segalanya, Kael. Altar ini menyimpan kekuatan angin yang telah lama terkunci, tetapi kita harus berhati-hati. Jika kita membukanya dengan salah, semuanya bisa berbalik melawan kita."

Reyn menyipitkan matanya, merasa gelisah. "Kita harus memutuskan sekarang. Apakah kita benar-benar ingin membuka altar ini dan menghadapi segala risikonya?"

Kael mengerutkan kening, memikirkan pilihan yang ada di hadapannya. Dia tahu bahwa jika mereka tidak membuka altar itu, angin yang membisu akan terus meredam kekuatan pulau ini, membuat mereka tak bisa melanjutkan perjalanan. Tetapi jika mereka membuka altar itu, ada kemungkinan besar bahwa kekuatan yang terkandung di dalamnya akan melepaskan sesuatu yang besar—sesuatu yang bisa mengubah segalanya.

"Tidak ada jalan lain," Kael berkata akhirnya. "Angin ini bukan musuh kita. Ia adalah bagian dari pulau ini, bagian dari kekuatan yang membentuknya. Kita harus membebaskan kekuatan ini agar pulau ini kembali hidup."

Thalron mengangkat pedangnya, bersiap untuk melindungi mereka. "Baiklah, jika kita harus melakukannya, maka lakukan dengan hati-hati. Jangan sampai kita menjadi korban dari kekuatan ini."

Kael menelan ludahnya, kemudian meraih salah satu simbol yang terukir di altar dengan hati-hati. Simbol itu terasa dingin di tangannya, dan getaran dari batu altar mulai terasa semakin kuat. Gelombang angin tiba-tiba berhembus di sekitar mereka, memutar-mutar dedaunan, mengguncang dinding kuil. Suara bisikan semakin jelas terdengar, seperti suara angin yang berusaha memanggil mereka lebih keras.

"Kita harus membuka ini," Kael berkata. "Kita harus percaya bahwa angin ini ingin memberikan kekuatannya kepada kita."

Dengan tekad bulat, Kael menekan simbol itu, dan perlahan altar batu mulai bergetar. Suara gemuruh lembut terdengar dari dalam, dan batu-batu di sekeliling altar itu mulai retak perlahan. Angin yang awalnya bisu kini terdengar lebih nyata, berputar-putar di dalam kuil, seolah berusaha menembus batas batu yang menghambatnya.

Thalron melangkah lebih dekat, bersiaga dengan pedangnya. "Awas, Kael! Ini bisa menjadi perangkap!"

Reyn tetap waspada, pedangnya diangkat tinggi, siap bertempur jika perlu. "Apa yang akan terjadi setelah ini? Angin... semakin kuat."

Tiba-tiba, dari balik altar, angin mulai bercahaya—cahaya putih terang yang berkilauan seperti ribuan bintang kecil berkelip-kelip. Cahaya itu memancarkan energi yang luar biasa, mengisi seluruh ruangan dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Kael merasakan angin itu masuk ke dalam dirinya, mengalir melalui tubuhnya seperti aliran listrik yang hangat.

"Kekuatan ini... terasa luar biasa!" Kael berteriak, mencoba menyerap kekuatan itu.

Thalron menatap Kael dengan cemas. "Kael, berhati-hatilah! Jangan sampai kau kehilangan kendali!"

Namun, sebelum Kael bisa merespons, sesuatu mulai muncul dari balik cahaya itu—sesuatu yang besar, berkabut, dan menyerupai sosok manusia. Sosok itu perlahan terwujud, seolah angin sendiri yang mengambil bentuk. Di hadapan mereka, berdiri seorang wanita tinggi dengan rambut putih panjang yang berkibar oleh angin. Matanya yang tajam memancarkan kekuatan yang luar biasa, seakan menembus hingga ke jantung mereka.

"Siapa... siapa kamu?" Kael bertanya, terpana oleh kehadiran sosok itu.

Wanita itu tersenyum lembut, tetapi matanya menyimpan ketegasan. "Aku adalah penjaga angin, yang selama ini menjaga kekuatan pulau ini dari tangan yang salah. Kalian telah membebaskan angin yang tertahan. Sekarang, kalian telah dipilih untuk menerima warisan ini—kekuatan angin yang sejati."

Thalron menatap dengan hati-hati, memperhatikan setiap gerak-gerik sosok itu. "Apa maksudmu, warisan angin? Apa yang sebenarnya kita lakukan?"

"Pulau ini sedang berada di ambang kehancuran," wanita itu menjelaskan. "Angin yang terhambat telah membuat keseimbangan pulau ini terguncang. Kalian adalah harapan terakhir untuk menyelamatkan pulau ini dari kehancuran yang akan datang. Kekuatan yang kalian bebaskan adalah kunci untuk mengembalikan angin ke seluruh pulau ini—tetapi itu juga akan menguji keteguhan hati kalian."

Kael menatap wanita itu dengan kagum, tetapi juga penuh rasa waswas. "Kami bukan siapa-siapa. Kami hanya tiga petualang yang terjebak di pulau ini."

"Tidak," wanita itu berkata tegas. "Kalian adalah makhluk yang dipilih untuk menjalani takdir ini. Kekuatan angin akan melindungi kalian jika kalian mampu memanfaatkannya dengan bijak. Tetapi jika kalian salah menggunakannya, angin ini bisa menghancurkan kalian lebih cepat daripada yang kalian bayangkan."

Cahaya putih mulai mereda, dan wanita itu perlahan menghilang ke dalam angin. Sebelum lenyap sepenuhnya, dia berbisik, "Gunakan angin ini untuk membangkitkan keseimbangan di pulau ini. Tetapi ingat, kalian tidak akan melawan angin saja—kalian akan melawan kekuatan yang jauh lebih gelap dari ini."

Kael, Thalron, dan Reyn saling berpandangan, tertegun oleh apa yang baru saja mereka dengar. Kekuatan angin yang baru mereka bebaskan telah memberikan mereka tanggung jawab besar—untuk menyelamatkan pulau ini dari kehancuran yang mengancam, tetapi juga untuk menghadapi musuh yang jauh lebih berbahaya.

"Kita harus kembali," Thalron berkata dengan suara penuh tekad. "Pulau ini tidak akan menunggu kita lebih lama lagi. Kita harus menggunakan kekuatan ini untuk mengembalikan keseimbangan yang telah hilang. Dan jika apa yang dikatakan penjaga itu benar, kita tidak hanya berhadapan dengan angin—tetapi juga dengan kekuatan gelap yang menginginkan angin ini untuk dirinya sendiri."

Kael mengangguk, menekan genggaman tangannya yang kini terasa lebih kuat. "Pulau ini membutuhkan kita. Kita harus melindungi angin ini, tetapi juga menjaga diri dari godaan kekuatan yang bisa merusak."

Dengan angin yang mulai bergerak kembali, Kael, Thalron, dan Reyn melangkah keluar dari kuil angin itu dengan hati yang penuh tekad. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai—perjalanan yang tidak hanya akan menguji kekuatan mereka, tetapi juga menguji keyakinan mereka terhadap angin yang membisu, yang kini telah mengisi jiwa mereka dengan kekuatan baru.

Pulau ini bergantung pada mereka. Dan angin yang telah bangkit kembali akan menjadi kunci untuk menyelamatkan atau menghancurkan semuanya.