Setelah mereka meninggalkan kuil angin, Kael, Thalron, dan Reyn merasakan perubahan yang mendalam. Angin, yang awalnya bisu, kini berhembus lebih kuat—tetapi tidak seperti sebelumnya. Angin yang mereka rasakan seolah penuh dengan kekuatan, namun juga menyimpan sebuah firasat yang tidak bisa dijelaskan. Di balik hembusan angin itu, ada sesuatu yang mengintai—sesuatu yang gelap dan penuh kebencian.
Mereka melanjutkan perjalanan ke arah timur, menuju hutan yang lebat dan tak berujung. Setiap langkah membawa mereka semakin dekat pada inti masalah yang melibatkan keseimbangan pulau. Namun, suasana di sekitar mereka mulai terasa asing. Pohon-pohon yang sebelumnya hijau dan segar kini tampak layu, daunnya berubah kekuningan, seperti menandakan sesuatu yang tidak sehat. Angin yang berhembus juga terasa semakin berat—seperti sesuatu yang berusaha menahan mereka.
"Matahari semakin tenggelam," Thalron berkata, melihat langit yang mulai memerah. "Ada sesuatu yang tidak biasa di tempat ini. Pulau ini seolah menjerit, berusaha memberitahukan kita sesuatu yang terancam."
Reyn mengangguk, merasakan tekanan yang semakin berat. "Ada sesuatu yang mengintai kita. Aku bisa merasakannya. Seperti bayangan yang mengikuti setiap gerak kita."
Kael menatap ke depan, mencoba merasakan kekuatan angin yang baru saja mereka bebaskan. Tetapi angin yang dulu lembut kini berubah menjadi sebuah kekuatan yang seolah penuh dengan rahasia, dan juga penuh dengan bahaya. "Angin ini... terasa seperti sebuah perangkap. Apa yang kita bebaskan tadi malam sepertinya telah memicu sesuatu yang besar."
Tiba-tiba, suara angin terdengar lagi—tetapi kali ini berbeda. Angin bukan hanya berbisik, melainkan menyerupai sebuah gema, seperti suara samar yang memanggil mereka dari kejauhan. Mereka menoleh ke belakang, tetapi yang terlihat hanya hamparan hutan yang gelap dan angin yang mulai menguat. Kael merasakan sesuatu bergerak di dalam kegelapan—sesuatu yang mengawasi mereka dari jauh.
"Berhati-hatilah," Kael memperingatkan, matanya tetap waspada. "Angin ini tidak lagi ramah. Ada sesuatu yang mencoba mengendalikannya, sesuatu yang ingin mengambil kekuatan yang telah kita bebaskan."
Thalron mengangkat pedangnya, menyiagakan diri. "Kita harus tetap waspada. Aku yakin, sesuatu atau seseorang sedang mengamati setiap langkah kita. Dan mereka tidak ingin kita mengendalikan angin ini untuk menyelamatkan pulau."
Malam itu, angin berhembus semakin kencang, membawa deras gelombang hawa dingin yang membuat mereka merinding. Di tengah angin yang bergemuruh, mereka melihat bayangan samar—sesuatu yang bergerak dengan cepat, seperti sesosok makhluk yang bersembunyi di balik pepohonan. Bayangan itu bergerak cepat, seolah ingin menangkap mereka di dalam kegelapan.
"Kita tidak sendiri," Thalron berbisik, menghunus pedangnya. "Ada makhluk yang mengikuti kita—makhluk yang ingin merebut kekuatan angin itu."
Kael menatap lurus ke arah bayangan itu, mencoba mengenali apa yang ada di baliknya. Tetapi angin terus menghilang, berganti menjadi sesuatu yang menyeramkan—semacam kekuatan gelap yang merayap di sekeliling mereka.
"Pulau ini... sedang memanggil sesuatu yang lebih besar," Kael berkata, suaranya penuh ketegangan. "Dan bayangan itu bukan hanya bayangan—mereka adalah kaki tangan dari sesuatu yang jauh lebih kuat."