Di atas atap rumah kecil di Lumina Automata, Kira duduk dengan punggung yang bersandar pada dinding. Langit malam tampak gelap, meski kota itu terkenal dengan cahayanya yang selalu menyilaukan. Tetapi kini, lampu-lampu di jalan-jalan mulai tampak redup, seperti kehilangan nyawanya.
"Kota ini semakin kehilangan cahayanya," gumam Kira sambil mengamati riak cahaya dari panel surya yang menempel di dinding rumah.
Axel, robot kecil sahabatnya yang berbentuk seperti bola dengan lengan ramping, melompat ke sisinya sambil bersuara penuh keprihatinan. "Kira, lihat… lampu-lampu di sekitar kita tidak lagi bekerja dengan baik. Apa yang sedang terjadi dengan Lumina Automata?"
Kira menghela napas. "Aku tidak tahu. Rasanya seperti sesuatu tengah berubah, tetapi aku tidak bisa menjelaskannya."
Perasaan aneh mulai merambat di tubuh Kira. Setiap malam, mimpi-mimpinya semakin intens, seperti melihat tempat asing yang penuh dengan cahaya indah. Tetapi mimpi itu terasa terlalu nyata, seolah-olah memanggilnya ke suatu tempat yang jauh dari kota.
Tiba-tiba, suara misterius bergema di dalam pikirannya. "Cahaya itu mulai meredup… Jika kau ingin menyelamatkan kota, temukan jalan ke sumbernya."
Kira menatap Axel, yang juga tampak terkejut mendengar bisikan tersebut. "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi di kota ini. Aku merasa seperti ada sesuatu yang memanggilku… ke tempat lain."
Axel mengangguk dengan serius. "Kita harus menyelidiki, Kira. Mungkin ada jawaban di tempat yang lebih dalam dari Lumina Automata—tempat yang mungkin hanya sedikit orang yang tahu keberadaannya."