Setelah diamati oleh Pendam, tiba-tiba robot itu memperingatkan mereka dan membiarkan mereka pergi dengan syarat tertentu. Kira dan Axel terus menyusuri lorong itu hingga mereka menemukan sebuah pintu besar yang tertutup, terbuat dari logam tua. Pintu itu tampak seperti rahasia yang tersembunyi, tetapi tidak ada cara jelas untuk membukanya.
Di tengah keputusasaan, cahaya kecil muncul dari senter yang Kira bawa. Di dekat pintu, ada pola-pola kuno yang mulai memancarkan simbol-simbol terang.
"Lihat ini," kata Kira sambil menyentuh simbol tersebut.
Tiba-tiba, dari balik bayangan muncul seorang robot tua dengan cahaya yang memancarkan biru samar dari matanya—Eon.
"Kalian tidak boleh berada di sini tanpa petunjuk yang benar," Eon berkata dengan suara lembut tetapi penuh kewaspadaan. "Kota ini sedang menghadapi ancaman besar. Dan Cahaya Abadi mulai meredup karena ketidakseimbangan antara manusia dan robot."
"Kami sedang mencari jawaban untuk menyelamatkan Lumina Automata," Kira menjelaskan dengan tekad. "Apa yang sedang terjadi dengan cahaya di kota ini?"
Eon menatap Kira dengan penuh makna. "Cahaya yang meredup bukanlah kebetulan. Keseimbangan antara teknologi dan manusia telah rusak. Dan hanya kau, Kira, yang bisa memperbaiki itu—jika kau menemukan jalannya."
"Jalan menuju apa?" Axel bertanya, penuh curiga.
Eon menjelaskan bahwa kunci dari semua ini ada di tempat yang jauh lebih dalam—tempat asal dari Cahaya Abadi, yang telah lama tersembunyi dari pandangan manusia dan robot.
"Kita harus pergi ke tempat itu sebelum semuanya terlambat," kata Eon dengan serius. "Tapi berhati-hatilah. Zerion akan menghadang kalian. Dia adalah robot yang menginginkan kekuasaan atas Cahaya Abadi."