Setelah malam di Arena Timur, nama Kenzi mulai menyebar di kalangan siswa Kota Timur. Sebagai pendatang baru yang berhasil mengalahkan "Hiu Kota Timur" hanya dalam satu pertarungan, ia mulai menarik perhatian berbagai pihak- termasuk mereka yang memiliki kekuasaan di dunia gelap.
Namun, Kenzi tidak tertarik pada popularitas. Fokusnya hanya pada satu hal: menemukan Shanszhu. la tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi langkah pertama sudah ia ambil.
Keesokan harinya, Kenzi bertemu dengan Luca di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut kota. Suasana kafe itu tenang, jauh berbeda dari hiruk-pikuk dunia luar.
"Kau datang," ujar Luca sambil menyilangkan tangannya. "Aku suka orang yang menepati janji."
Kenzi duduk tanpa banyak bicara, tatapannya fokus pada pria di depannya. "Apa kamu tahu apa yang aku cari?, Dan siapa iblis tanpa ampun itu?,"
Luca tersenyum tipis. "Langsung ke inti, ya? Baiklah. Orang yang kamu cari adalah legenda di Kota Timur. Tapi dia bukan hanya legenda. Dia ada, dan dia bekerja untuk seseorang yang jauh lebih kuat dari yang bisa kau bayangkan."
"Sumerman," potong Kenzi, mengingat nama yang pernah ia dengar dari rumor.
Luca mengangguk. "Benar. Sumerman adalah penguasa dunia bawah Kota Timur. Dia mengendalikan segalanya-arena, perdagangan ilegal, bahkan sekolah-sekolah seperti ini. Orang yang kamu cari dan Daniel adalah dua tangan kanannya."
Mendengar nama Daniel membuat Kenzi semakin penasaran. "Siapa Daniel?"
"Seseorang yang selevel dengan orang yang kamu cari," jawab Luca. "Mereka dulu adalah musuh, tapi sekarang mereka bekerja bersama. Jika kau benar-benar ingin bertemu dengan orang yang kamu cari, kau harus melewati Daniel dulu."
Luca menawarkan bantuan kepada Kenzi, tetapi dengan syarat: Kenzi harus membuktikan dirinya lebih dari sekadar petarung.
"Ada seorang siswa dari SMA akuna yang telah mengganggu bisnis kami," ujar Luca. "Namanya Rico. Dia adalah preman yang menguasai sekolahnya, dan dia memiliki kelompok besar di belakangnya. Aku ingin kau menyingkirkan dia."
Kenzi menatap Luca dengan curiga. "Aku bukan pembunuh."
"Aku tidak meminta mu untuk membunuhnya," jawab Luca dengan santai. "Hanya kalahkan dia di arena, dan buat dia berhenti mencampuri urusan kami. Dengan begitu, aku akan memberikan informasi yang lebih tentang orang yang kamu cari."
Kenzi ragu sejenak, tetapi akhirnya ia setuju.
Arena Selatan jauh lebih besar dan lebih berbahaya daripada Arena Timur. Rico adalah pria besar dengan tato di seluruh lengannya, dikelilingi oleh pengikut setianya yang tampak seperti siap menghancurkan siapa pun yang mengganggu mereka.
"Jadi, ini dia anak baru dari Timur," ejek Rico sambil berjalan ke tengah arena. "Kau terlihat seperti mainan yang mudah dihancurkan."
Kenzi hanya diam, mengamati gerak-gerik lawannya.
Ketika bel dimulai, Rico langsung menyerang dengan pukulan besar. Namun, Kenzi menggunakan kecepatan dan tekniknya untuk menghindar. la tahu bahwa Rico mengandalkan kekuatan mentah, jadi ia harus bermain cerdas.
Pertarungan berlangsung sengit. Rico beberapa kali hampir menjatuhkan Kenzi, tetapi Kenzi selalu berhasil bangkit dan menyerang balik dengan pukulan dan tendangan yang presisi.
Akhirnya, dengan gerakan cepat, Kenzi melompat dan menghantam rahang Rico dengan lututnya. Rico terjatuh, dan arena dipenuhi sorakan penonton yang terkejut.
"Aku tidak ingin menghancurkanmu," kata Kenzi sambil berdiri di atas Rico. "Tapi aku bisa. jika kau tidak berhenti mencampuri urusan orang lain."
Rico, yang tidak bisa berkata-kata karena rasa sakit, hanya mengangguk pelan.
Setelah pertarungan itu, Luca menemui Kenzi lagi, kali ini dengan ekspresi yang lebih serius.
"Kau membuatku terkesan," katanya. "Rico bukan orang biasa, tapi kau mengalahkannya. Sepertinya kau benar-benar serius."
Kenzi menatap Luca dengan dingin. "Aku tidak punya waktu untuk bermain-main. Katakan padaku di mana aku bisa menemukan orang yang aku cari."
Luca menghela napas. "Dia bukan orang yang mudah ditemukan. Tapi ada satu tempat di mana dia sering muncul: 'Gedung Hitam. Itu adalah markas Sumerman, tempat semua rencana besar dibuat. Tapi jika kau ingin masuk ke sana, kau harus menghadapi Daniel dulu."
Kenzi mengepalkan tinjunya. "Di mana aku bisa menemukan Daniel?"
Luca tersenyum tipis. "Dia akan menemukanmu, jika kau cukup menarik perhatiannya. Jadi, bersiaplah. Pertarunganmu baru saja dimulai."
Setelah mengatakan itu luca pergi.
---
Setelah pertarungan di Arena Timur dan selatan, nama Kenzi mulai terdengar di kalangan siswa SMA Kota Timur. Namun, Kota Timur bukan hanya tentang sekolah. ini adalah tempat di mana kekuasaan dan kekuatan saling bertabrakan. Tempat di mana hukum tidak banyak berarti, dan yang kuat mengendalikan segalanya.
Kenzi mulai memahami bahwa Kota Timur jauh lebih rumit dan berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan. Tapi ia sudah bertekad untuk bertahan dan menemukan orang yang dia cari, meskipun itu berarti menghadapi sisi tergelap kota ini.
---
Hari itu, di sela-sela jam pelajaran, Gracie mendekati Kenzi dengan ekspresi serius.
"Kenzi, aku dengar kamu mulai menarik perhatian di Arena Timur," katanya dengan nada khawatir. "Kamu tahu apa artinya itu, kan?"
Kenzi mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"
"Kota Timur bukan hanya tentang pertarungan antar siswa. Di balik semua ini ada kelompok-kelompok besar yang mengendalikan segalanya. Jika kamu terlalu mencolok, mereka akan memperhatikanmu, dan itu tidak akan berakhir baik," jelas Gracie.
"Aku tidak peduli," jawab Kenzi dengan tegas. "Aku di sini hanya untuk satu tujuan."
Gracie menghela napas panjang. "Kalau begitu, berhati-hatilah. Karena begitu kamu menarik perhatian mereka, tidak akan ada jalan keluar."
---
Malam itu, Kenzi berjalan sendirian di jalanan kota. Ia melihat sisi gelap Kota Timur: gang-gang sempit penuh dengan graffiti, anak-anak muda berkumpul sambil merokok, dan beberapa preman yang berdiri di sudut jalan, mengawasi setiap orang yang lewat dengan tatapan curiga.
Ia mendengar bisikan-bisikan tentang seseorang bernama Sumerman, sosok yang mengendalikan semua aktivitas ilegal di kota ini.
"Sumerman adalah orang yang paling berbahaya di Kota Timur," kata salah seorang penduduk yang ia ajak bicara. "Jika kau mendekatinya, bersiaplah untuk kehilangan segalanya."
Nama itu terus terngiang di kepala Kenzi. "Apakah kamu juga terlibat dengan orang ini?" pikirnya.
---
Keesokan harinya, di sekolah, seorang siswa baru muncul. Dia tinggi, berotot, dan memiliki aura yang mengintimidasi.
"Siapa dia?" bisik beberapa siswa di lorong.
Siswa itu berjalan langsung menuju Kenzi, tanpa ragu sedikit pun.
"Kau Kenzi, kan?" tanyanya dengan suara berat.
Kenzi hanya mengangguk.
"Namaku Kai. Aku mendengar tentangmu di Arena Timur dan selatan. Kau membuat keributan besar di sana. Tapi Kota Timur bukan tempat untuk anak baru seperti mu."
Kenzi menatap Kai tanpa gentar. "Kalau begitu, tunjukkan apa yang kau punya."
Kai tersenyum sinis. "Kau cukup berani. Tapi kita tidak akan bertarung di sini. Temui aku di Warehouse 17 malam ini. Aku akan menunjukkan kepadamu seperti apa Kota Timur yang sebenarnya."
Malam itu, Kenzi tiba di Warehouse 17. Tempat itu penuh dengan orang-orang yang tampak seperti preman. Mereka semua menatap Kenzi dengan tatapan mengejek, seolah-olah mereka sudah yakin dia akan kalah.
Kai berdiri di tengah gudang, dikelilingi oleh beberapa anak buahnya.
"Aku akan memberimu satu kesempatan," kata Kai. "Pergi sekarang, dan aku tidak akan menyakitimu."
Kenzi berjalan maju tanpa ragu. "Aku tidak datang untuk mundur."
Kai tertawa keras. "Baiklah. Jangan salahkan aku kalau kau menyesal."
Kai langsung menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan untuk tubuhnya yang besar. Tapi Kenzi sudah siap. Ia menghindari serangan itu dengan lincah, mengingat semua teknik yang diajarkan orang itu (orang yang saat ini dia cari). padanya saat kecil.
Kai mencoba memukul Kenzi lagi, tetapi Kenzi memanfaatkan momentum untuk menjatuhkannya dengan tendangan ke kaki. Kai terjatuh, tetapi dengan cepat bangkit dan menyerang lagi.
Pertarungan itu berlangsung sengit, dengan Kai menggunakan kekuatannya dan Kenzi mengandalkan kecepatan serta kecerdasannya. Akhirnya, dengan satu pukulan tepat ke rahang, Kenzi menjatuhkan Kai untuk terakhir kalinya.
Gudang itu sunyi. Semua orang menatap Kenzi dengan mata lebar, tidak percaya bahwa anak baru ini berhasil mengalahkan Kai.
---
Setelah pertarungan itu berakhir, suasana di gudang menjadi lebih tenang. Orang-orang yang sebelumnya mengejek Kenzi kini hanya bisa memandangnya dengan rasa hormat yang baru ditemukan. Namun, di antara semua itu, hanya Kai yang tampak tenang meskipun ia kalah.
"Kau menang," kata Kai sambil bangkit perlahan, wajahnya memar, tetapi ia tetap tersenyum tipis. "Tapi ini bukan kemenangan yang kau harapkan."
Kenzi memandang Kai dengan tatapan curiga. "Apa maksudmu?"
Kai menghela napas panjang, lalu mengisyaratkan kepada orang-orang di gudang untuk pergi. Dalam hitungan menit, tempat itu kosong, menyisakan hanya Kai dan Kenzi.
"Kau harus pergi dari sini, Kenzi," ujar Kai serius. "Kota Timur bukan tempat untukmu."
"Aku tidak akan pergi sampai aku menemukan orang yang aku cari," balas Kenzi tegas.
Kai menatap Kenzi dengan penuh penyesalan. "Itulah masalahnya. Jika kau terus seperti ini, kau akan menarik perhatian Sumerman. Dan percaya padaku, begitu dia tahu siapa dirimu, kau tidak akan bisa keluar hidup-hidup."
Kenzi mengerutkan kening. "Kenapa kau peduli?"
Kai terdiam sejenak, lalu duduk kembali di lantai. Ia tampak memikirkan sesuatu yang sulit untuk diungkapkan.
"Aku peduli karena aku tahu apa yang akan terjadi padamu," katanya. "Aku pernah seperti mu. Aku pikir aku bisa mengalahkan sistem ini, bertarung melawan siapa pun, dan tetap bertahan. Tapi aku salah. Kota Timur menghancurkan orang-orang seperti kita, Kenzi."
"Lalu kenapa kau tetap di sini?" tanya Kenzi.
Kai tersenyum pahit. "Karena aku tidak punya pilihan. Tapi kau masih punya. Jika kau pergi sekarang, kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri. Jangan buat kesalahan yang sama seperti aku."
Kai berdiri dan berjalan ke sudut gudang, mengambil botol air dan menyerahkannya kepada Kenzi.
"Kau ingin tahu tentang orang yang kaucari kan?" tanyanya.
Kenzi mengangguk.
Kai melanjutkan. "Orang yang kau cari bekerja untuk Sumerman. Dia dan Daniel adalah dua tangan kanan Sumerman. Jika kau ingin mendekati nya, kau harus menghadapi Sumerman terlebih dahulu. Tapi itu adalah jalan yang hanya membawa kehancuran."
Ucap Kenzi dalam hati "aku sudah tau itu. berarti benar luca juga bilang begitu .
Kenzi pun menjawab "Aku tidak peduli," kata Kenzi dengan dingin. "Aku datang ke sini untuk menemukan orang itu, dan aku akan melakukannya apa pun yang terjadi."
Kai menatap Kenzi lama, lalu menghela napas lagi. "Kau keras kepala, aku suka itu. Tapi dengar ini, Kenzi. Jika kau benar-benar ingin bertahan di Kota Timur, kau harus pintar. Jangan hanya mengandalkan ototmu. Kau membutuhkan sekutu, seseorang yang tahu bagaimana permainan ini berjalan."
Kenzi memandang Kai dengan rasa penasaran. "Apa kau mencoba menawarkan dirimu sebagai sekutu?" tanyanya skeptis.
Kai tertawa kecil. "Aku kalah darimu, jadi aku rasa itu wajar. Tapi ya, aku ingin membantumu. Aku tahu cara kerja Kota Timur, dan aku tahu cara menghindari perhatian Sumerman untuk sementara waktu."
"Kenapa aku harus percaya padamu?" tanya Kenzi.
Kai menatap Kenzi dengan serius. "Karena aku tidak ingin melihat orang lain hancur seperti aku. Kau punya tujuan, sesuatu yang aku kehilangan sejak lama. Aku ingin memastikan kau punya kesempatan untuk mencapainya."
Kenzi berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Tapi aku akan tetap bergerak dengan caraku sendiri."
Kai tersenyum. "Itu tidak masalah. Aku hanya akan memastikan kau tidak mengambil jalan yang salah."
---
Kai memberikan Kenzi informasi penting tentang jaringan Kota Timur, termasuk tempat-tempat di mana Sumerman dan anak buahnya sering berkumpul.
"Jika kau ingin menemukan orang itu, kau harus mendekati Daniel dulu," kata Kai. "Dia adalah pintu masuk ke Sumerman."
"Di mana aku bisa menemukannya?" tanya Kenzi.
Kai tersenyum tipis. "Daniel akan menemukanmu, cepat atau lambat. Kau sudah membuat cukup banyak keributan di sini. Tapi sampai saat itu, kau harus memperkuat dirimu dan memperluas jaringanmu. Kau butuh lebih dari sekadar kekuatan untuk bertahan di Kota Timur."
Kenzi mengangguk. Meskipun ia masih ragu tentang niat Kai, ia tahu bahwa pria ini memiliki informasi yang berharga.
"Terima kasih, Kai," katanya.
Kai hanya mengangguk. "Kita lihat saja ke mana jalan ini membawa kita. Tapi ingat, Kenzi. Jika kau jatuh, aku tidak akan selalu ada untuk menangkapmu."