Setelah berhasil merebut SMA Utara dan mendapatkan dukungan Ivan, Kenzi menyadari bahwa perjuangannya baru dimulai. Kota Timur adalah tempat yang penuh dengan ancaman tersembunyi, dan setiap langkah maju berarti menghadapi bahaya yang lebih besar.
Di markas barunya. sebuah ruang kelas yang telah ditinggalkan. Kenzi, Kai, Si Kembar, dan Ivan berdiskusi tentang langkah berikutnya.
"Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan. Sumerman memiliki jaringan yang jauh lebih besar daripada yang kita duga," kata Ivan sambil melipat tangan di dadanya.
"Jadi apa yang kita lakukan?" tanya Kai.
Ivan menunjuk sebuah peta yang tergantung di dinding. "Ada beberapa sekolah lagi yang menjadi basis kekuatannya. Kita harus merekrut lebih banyak orang kuat sebelum menyerang langsung ke pusat kekuasaannya."
Kenzi mengangguk. "Aku setuju. Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu siapa yang mungkin menjadi mata-mata Sumerman di antara kita."
---
SMA Muda kota timur wilayah Barat menjadi target berikutnya. Sekolah ini dikenal sebagai tempat yang dihuni oleh siswa-siswa keras yang sulit diatur. Pemimpin mereka, seorang pria bernama Marco, dikenal sebagai "Taring Barat" karena kekuatan dan keberaniannya yang tak tertandingi.
"Marco bukan orang yang mudah diajak bicara," kata Ivan saat mereka bersiap-siap untuk pergi ke SMA Barat. "Tapi dia juga bukan orang yang setia pada Sumerman. Jika kita bisa meyakinkannya, dia akan menjadi aset besar."
Kai tersenyum tipis. "Kalau begitu, kita harus membawa senjata terbaik kita: Kenzi."
"Ini bukan tentang pertarungan saja," kata Kenzi sambil mengenakan jaketnya. "Kita harus memenangkan kepercayaan mereka, bukan hanya kekuatan mereka."
---
SMA itu memiliki atmosfer yang berbeda dari sekolah-sekolah lain yang telah Kenzi kunjungi. Dinding-dindingnya penuh dengan grafiti, dan setiap sudutnya dipenuhi oleh siswa yang tampak seperti tidak peduli pada aturan.
Marco menunggu mereka di aula utama, duduk di atas meja dengan kaki terjulur santai. Sosoknya besar dan karismatik, dengan rambut pendek yang acak-acakan serta tatapan tajam yang penuh dengan kewaspadaan.
"Jadi, kau adalah Kenzi yang sekarang menjadi pembicaraan di seluruh Kota Timur," kata Marco dengan nada santai namun penuh kewaspadaan. "Apa yang kau inginkan dariku?"
"Aku ingin kita bekerja sama," jawab Kenzi langsung. "Aku tahu kau tidak mendukung Sumerman. Aku juga tahu kau ingin Kota Timur berubah."
Marco tertawa kecil. "Kau pikir aku akan begitu saja percaya pada niat baikmu? Kota ini penuh dengan orang yang berjanji akan membawa perubahan, tapi akhirnya mereka hanya menjadi boneka lain."
"Aku berbeda," kata Kenzi dengan tegas. "Aku tidak mencari kekuasaan untuk diriku sendiri. Aku ingin membebaskan kota ini dari Sumerman dan semua pengaruh buruknya."
---
Marco berdiri, menatap Kenzi dengan sorot mata tajam. "Kau terdengar meyakinkan. Tapi aku tidak menerima kata-kata tanpa tindakan. Jika kau ingin aku bergabung denganmu, kau harus membuktikan dirimu."
"Bagaimana caranya?" tanya Kenzi.
"Aku punya satu syarat," jawab Marco. "Ada kelompok yang selama ini mengganggu wilayah kami. Mereka anak buah Sumerman. Jika kau bisa menyingkirkan mereka, aku akan mempertimbangkan tawaranmu."
---
Kenzi dan timnya setuju untuk menghadapi kelompok tersebut. Mereka menemukan markas kelompok itu di sebuah gudang tua di pinggiran kota.
Saat mereka tiba, suasana terasa mencekam. Lampu redup dan suara-suara kasar terdengar dari dalam gudang.
"Ini mungkin jebakan," bisik Kai.
"Kita tidak punya pilihan," jawab Kenzi sambil melangkah maju.
Di dalam, mereka disambut oleh sekelompok anak muda dengan ekspresi penuh tantangan. Pemimpin kelompok itu, seorang pria besar bernama Logan, maju ke depan dengan senyum mengejek.
"Jadi, ini Kenzi yang ingin melawan Sumerman?" katanya dengan nada meremehkan. "Kau pikir kau bisa mengalahkan kami?"
"Aku tidak di sini untuk berbicara," jawab Kenzi sambil mengambil posisi bertarung.
---
Pertarungan itu sengit. Logan adalah petarung yang tangguh, dengan kekuatan yang hampir setara dengan Ivan. Namun, Kenzi menunjukkan kecepatan dan strategi yang luar biasa, memanfaatkan setiap celah dalam pertahanan Logan untuk melancarkan serangan balik.
Kai, Si Kembar, dan Ivan menjaga agar anak buah Logan tidak ikut campur. Dengan kerja sama yang solid, mereka berhasil mengendalikan situasi.
Akhirnya, dengan satu pukulan yang kuat, Kenzi berhasil menjatuhkan Logan.
---
Keesokan harinya, Marco mendengar tentang keberhasilan Kenzi. Ia menemui Kenzi di SMA, membawa senyum tipis di wajahnya.
"Aku harus mengakui, kau benar-benar berbeda," katanya. "Kau punya kekuatan, keberanian, dan tujuan yang jelas. Aku akan bergabung denganmu."
Kenzi mengangguk. "Terima kasih. Bersama-sama, kita bisa membawa perubahan yang nyata."
Marco mengulurkan tangannya. "Tapi ingat, ini hanya awal. Sumerman tidak akan tinggal diam, dan kita harus siap menghadapi serangan baliknya."
---
Dengan Marco dan SMA Muda di sisinya, kekuatan Kenzi semakin bertambah. Namun, ia tahu bahwa setiap kemenangan hanya akan membawa ancaman yang lebih besar.
Kai mendekati Kenzi saat mereka meninggalkan SMA itu. "Kita semakin dekat dengan tujuan kita. Tapi semakin banyak orang yang kita rekrut, semakin besar tanggung jawab kita."
Kenzi menatap langit Kota Timur yang suram. "Aku siap menghadapi apa pun. Aku tidak akan berhenti sampai Sumerman jatuh."
---
Setelah berhasil merekrut Marco dan mendapatkan dukungan SMA Muda, Kenzi menyadari bahwa ia membutuhkan strategi yang lebih cerdas untuk menghadapi ancaman Sumerman. Kekuasaan Sumerman di Kota Timur tidak hanya berakar pada kekuatan fisik, tetapi juga pada jaringan yang luas dan loyalitas yang dibangun melalui rasa takut.
Di markasnya, Kenzi mengumpulkan tim intinya: Kai, Ivan, Si Kembar, dan Marco. Mereka berdiskusi tentang langkah berikutnya.
"Kita harus menargetkan SMA Mawar kota timur wilayah Selatan," kata Ivan sambil menunjuk peta di atas meja. "Mereka adalah salah satu kekuatan besar yang masih mendukung Sumerman."
Marco mengangguk. "Pemimpin mereka, Reza, adalah tipe orang yang setia karena takut. Tapi jika kita bisa menunjukkan bahwa Sumerman tidak tak terkalahkan, mungkin dia akan berpihak pada kita."
"Masalahnya adalah, bagaimana kita mendekati mereka tanpa memulai perang besar-besaran?" tanya Kai.
Kenzi termenung sejenak sebelum menjawab, "Kita perlu mengambil pendekatan yang berbeda. Bukan hanya kekuatan, tapi juga taktik. Kita harus memecah belah kekuatan mereka dari dalam."
---
Tim memutuskan untuk mengirim seseorang untuk menyusup ke SMA Selatan dan mengumpulkan informasi tentang kelemahan mereka. Kai, yang dikenal pandai berbicara dan beradaptasi, menjadi kandidat terbaik untuk tugas ini.
"Aku akan memastikan mereka tidak curiga," kata Kai sambil memasukkan buku catatan ke dalam tasnya. "Tapi aku butuh waktu untuk mendapatkan kepercayaan mereka."
"Kami akan tetap mendukungmu dari belakang," kata Kenzi. "Jangan terlalu mengambil risiko."
Kai tersenyum tipis. "Kau khawatir padaku, huh? Tenang saja, aku bukan tipe yang mudah tertangkap."
---
Kai memulai misi infiltrasi dengan mendaftar sebagai siswa pindahan di SMA itu. Dalam waktu singkat, ia berhasil berbaur dengan siswa-siswa di sana. Ia mendekati salah satu anggota inti Reza, seorang siswa bernama Bima, yang terkenal sebagai tangan kanan Reza.
"Jadi, kau orang baru yang ingin tahu tentang SMA Selatan," kata Bima sambil menatap Kai dengan curiga.
"Aku hanya ingin tahu siapa yang benar-benar memimpin di sini," jawab Kai dengan nada santai. "Kota Timur penuh dengan cerita tentang kekuatan SMA ini."
Bima tertawa kecil. "Jika kau ingin bertemu dengan Reza, kau harus menunjukkan bahwa kau layak. Tidak ada tempat bagi yang lemah di sini."
"Aku tidak di sini untuk bermain-main," kata Kai sambil melipat tangan di dada. "Kau bisa menguji aku kapan saja."
---
Kai dengan cepat membuktikan dirinya melalui serangkaian pertarungan kecil yang diatur oleh Bima. Dalam setiap pertempuran, Kai menunjukkan kemampuan bertarungnya yang luar biasa, membuat Bima dan anggota lainnya mulai menghormatinya.
Setelah beberapa minggu, Bima akhirnya membawa Kai untuk bertemu dengan Reza.
Reza, seorang pria dengan postur tubuh sedang tetapi dengan aura yang menakutkan, duduk di tengah aula utama SMA. Tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan.
"Jadi, ini orang baru yang menarik perhatian Bima," kata Reza dengan suara rendah. "Apa yang kau cari di sini?"
"Aku ingin menjadi bagian dari kekuatanmu," jawab Kai dengan tegas. "Aku tahu SMA ini adalah salah satu kekuatan terbesar di Kota Timur, dan aku ingin berada di sisi pemenang."
Reza mengamati Kai dengan cermat sebelum tersenyum tipis. "Kita lihat seberapa jauh kau bisa pergi. Tapi ingat, di sini, kesetiaan adalah segalanya."
---
Kai mulai mendapatkan informasi penting tentang struktur dan kelemahan SMA Selatan. Ia mengetahui bahwa meskipun Reza tampak kuat, ia sebenarnya bergantung pada rasa takut untuk mempertahankan kekuasaannya. Banyak anggotanya yang mulai meragukan kemampuannya, terutama setelah mendengar keberhasilan Kenzi dan timnya di sekolah lain.
Kai melaporkan temuannya kepada Kenzi melalui pesan rahasia.
"Reza tidak sekuat yang kita pikirkan," tulis Kai. "Tapi dia punya beberapa pengikut setia yang sangat berbahaya. Kita harus berhati-hati jika ingin menggoyahkan posisinya."
Kenzi membaca pesan itu dengan serius. "Bagus, teruskan usahamu. Kita akan menyusun rencana untuk mendekati mereka tanpa memulai konflik besar."
---
Saat Kai semakin dalam menyusup ke SMA Mawar, ia bertemu dengan seorang siswa yang tampaknya memiliki pengaruh besar tetapi tidak terlalu menonjol. Siswa itu, bernama Arman, diam-diam mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap Reza.
"Aku tahu kau bukan hanya siswa pindahan biasa," kata Arman kepada Kai. "Aku juga tahu kau bukan bagian dari Sumerman."
Kai terkejut tapi tetap tenang. "Lalu apa yang kau inginkan dariku?"
"Aku ingin keluar dari bayang-bayang Reza. Jika kau punya rencana untuk menggulingkannya, aku ingin ikut."
Kai melihat peluang besar dalam pernyataan Arman. Dengan dukungan dari orang dalam seperti Arman, mereka memiliki peluang lebih besar untuk merebut SMA Mawar tanpa harus menghancurkan semuanya.
---
Kai kembali ke markas Kenzi dengan berita ini.
"Kita punya sekutu di dalam," kata Kai sambil duduk di kursi. "Tapi kita harus bergerak cepat sebelum Reza mengetahui rencanaku."
Kenzi mengangguk. "Kita akan memanfaatkan ini. Dengan bantuan Arman, kita bisa menggoyahkan kekuasaan Reza dan merekrut SMA itu tanpa perlawanan besar."
Ivan tersenyum tipis. "Sepertinya kita semakin dekat dengan tujuan kita."
Namun, Kenzi tahu bahwa setiap langkah maju membawa mereka lebih dekat ke perhatian Sumerman. Perjalanan ini masih panjang, dan ancaman yang lebih besar menunggu di depan.