Beberapa minggu setelah mereka memutuskan untuk tidak terlalu terbebani oleh misteri besar yang mengelilingi mereka, Kael dan teman-temannya mulai menjalani kehidupan akademi dengan lebih tenang. Meskipun mereka terus belajar dan berlatih, ketegangan yang selama ini menyelimuti mereka mulai mereda. Namun, rasa penasaran mereka tentang kekuatan waktu dan bagaimana mengendalikannya secara lebih mendalam tetap membara di dalam hati.
Suatu sore, setelah selesai dengan pelajaran mereka, Kael merasa ada sesuatu yang kurang. Meski banyak yang sudah mereka pelajari tentang kekuatan waktu, ia tahu ada banyak aspek yang belum ia pahami sepenuhnya. Ia merasa bahwa mungkin ada tempat atau sumber yang lebih dalam, yang bisa memberinya pemahaman yang lebih menyeluruh tentang waktu dan dimensi.
Kael memutuskan untuk kembali ke perpustakaan akademi, tempat yang selalu memberi banyak jawaban, meskipun terkadang jawabannya sulit didapatkan. Di sana, ia berharap bisa menemukan petunjuk atau sumber yang lebih mendalam. Setelah berkeliling beberapa waktu, Kael akhirnya menemukan Althea, penjaga perpustakaan yang bijaksana, sedang duduk di meja besar di tengah ruangan yang penuh dengan buku-buku tebal.
Althea adalah sosok yang penuh ketenangan dan selalu siap memberikan arahan kepada para pelajar yang ingin mencari pengetahuan lebih dalam. Ketika Kael mendekat, Althea tersenyum dan menyambutnya.
"Ada yang bisa kubantu, Kael?" tanya Althea dengan suara lembut namun pasti.
Kael mengangguk, sedikit ragu, tetapi penuh tekad. "Aku masih merasa ada banyak hal yang belum kutahu tentang kekuatan waktu ini. Aku ingin memahami lebih dalam, mungkin ada buku atau sumber lain yang bisa membantuku?"
Althea memandangi Kael dengan tatapan yang tajam namun penuh pengertian. "Kekuatan waktu memang kompleks. Dan tidak semuanya dapat ditemukan dalam satu buku atau di dalam satu dimensi. Namun, ada tempat yang mungkin bisa memberimu pemahaman yang lebih dalam, sebuah dunia yang lebih jauh dari yang dapat kita akses dengan mudah di sini. Tempat itu disebut Dunia Sihir dan Pedang."
Kael terkejut. "Dunia Sihir dan Pedang? Apa itu?"
Althea mengangguk dengan tenang, matanya berkilat dengan pengetahuan yang mendalam. "Dunia Sihir dan Pedang adalah sebuah dimensi terpisah yang dihuni oleh para pendekar dan penyihir, tempat di mana fisik dan kekuatan magis berinteraksi dengan cara yang sangat unik. Di sana, kekuatan waktu dipelajari tidak hanya melalui sihir atau manipulasi, tetapi juga melalui pengendalian tubuh dan pikiran."
Lysandra, yang juga mendengarkan dari kejauhan, mendekat dan bertanya, "Apakah itu tempat yang aman? Kenapa kita belum pernah mendengar tentangnya sebelumnya?"
Althea menghela napas panjang. "Dunia Sihir dan Pedang bukanlah tempat yang mudah diakses. Mereka yang ingin mengunjunginya harus memiliki tujuan yang jelas, dan mereka menguji kemampuan baik fisik maupun mental. Dunia itu memiliki sistem yang sangat ketat, hanya mereka yang benar-benar siap yang akan diterima. Mereka yang bisa mengendalikan kekuatan fisik dan mental mereka dengan baik akan dapat memahami kekuatan waktu dengan lebih dalam."
Kael, yang penasaran, bertanya lagi, "Bagaimana kita bisa pergi ke sana? Apa yang perlu kita lakukan?"
Althea tersenyum bijak. "Untuk menuju ke sana, kalian membutuhkan Portal Waktu yang hanya bisa dibuka oleh mereka yang benar-benar siap. Namun, seperti yang kutegaskan, perjalanan itu bukan untuk sembarang orang. Kalian harus mempersiapkan diri untuk tantangan yang jauh lebih besar, karena Dunia Sihir dan Pedang menguji bukan hanya kekuatan luar, tetapi juga ketahanan batin dan keseimbangan diri. Itu bukan tempat untuk mencari kekuatan semata, tetapi untuk memahami bagaimana memanfaatkan kekuatan dalam diri kalian dengan bijaksana."
Lysandra, yang selalu lebih berhati-hati, berkata, "Tapi mengapa kita harus pergi ke dunia itu? Bukankah kita bisa belajar lebih banyak di akademi ini?"
Althea menatap mereka dengan tajam, seolah menilai apakah mereka siap untuk mendengar jawaban yang lebih dalam. "Tentu, kalian bisa belajar banyak di sini. Namun, kadang-kadang untuk benar-benar memahami sesuatu, kalian harus keluar dari zona nyaman. Dunia Sihir dan Pedang akan memberi kalian wawasan tentang keseimbangan. Bukan hanya tentang kekuatan luar, tetapi tentang bagaimana mengendalikannya. Tanpa keseimbangan itu, kekuatan akan menjadi bencana."
Riven, yang sejak awal lebih tertarik pada petualangan, menyeringai dan berkata, "Tantangan, ya? Kedengarannya menarik."
Althea mengangguk. "Itulah sebabnya perjalanan ke Dunia Sihir dan Pedang bukan hanya soal sihir atau pertarungan. Itu tentang perjalanan batin. Jika kalian merasa siap untuk menghadapinya, aku akan memberikan informasi lebih lanjut tentang bagaimana membuka Portal Waktu."
Kael dan teman-temannya saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi ketertarikan mereka pada kekuatan waktu yang lebih dalam dan misteri yang mengelilinginya membuat mereka tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
"Terima kasih, Althea. Kami akan memikirkannya dengan serius," kata Kael.
Althea tersenyum lembut. "Waktu yang tepat akan datang pada kalian, Kael. Dunia itu akan menunggu. Tetapi jangan terburu-buru. Keseimbangan dalam diri kalian lebih penting dari apa pun."
Dengan itu, Kael dan teman-temannya meninggalkan perpustakaan, membawa tekad yang lebih kuat untuk mengeksplorasi kemungkinan yang baru. Dunia Sihir dan Pedang kini menjadi tujuan baru dalam perjalanan mereka, dan mereka tahu bahwa untuk memasuki dunia itu, mereka harus lebih dari sekadar siap, mereka harus menemukan keseimbangan antara kekuatan dan kebijaksanaan dalam diri mereka masing-masing.
Setelah percakapan yang mendalam dengan Althea, Kael dan teman-temannya memutuskan untuk mengambil langkah pertama menuju tujuan yang lebih besar. Dunia Sihir dan Pedang, meski masih penuh misteri, terasa seperti tempat yang tepat untuk mereka mencari pemahaman lebih dalam tentang kekuatan waktu yang mereka miliki. Namun, mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, dan mereka harus mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Selama beberapa hari berikutnya, Kael, Lysandra, Riven, dan yang lainnya mulai berlatih lebih keras, memfokuskan diri pada kemampuan mereka masing-masing. Setiap latihan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan fisik dan magis mereka, tetapi juga untuk mempersiapkan mental mereka menghadapi tantangan yang tak terduga.
Kael, yang telah mempelajari manipulasi waktu di Akademi, merasa semakin yakin dengan kemampuannya. Namun, ia tahu bahwa ini bukanlah waktu untuk meremehkan perjalanan yang akan datang. Dunia Sihir dan Pedang bukanlah tempat untuk belajar dari buku saja, tetapi untuk menguji sejauh mana mereka bisa mengendalikan kekuatan mereka di bawah tekanan yang sesungguhnya.
Hari yang telah ditunggu pun tiba. Setelah berhari-hari menyiapkan diri, Kael dan teman-temannya kembali ke perpustakaan untuk mencari petunjuk lebih lanjut tentang bagaimana membuka Portal Waktu yang menghubungkan dunia mereka dengan Dunia Sihir dan Pedang. Althea telah memberikan mereka petunjuk penting tentang cara memanfaatkan portal tersebut, tetapi jalan menuju dunia itu tetap penuh tantangan.
"Apakah kalian siap?" tanya Althea saat mereka kembali menemui penjaga perpustakaan itu. Wajahnya menunjukkan ketenangan yang mendalam, namun ada kecemasan terselip di balik matanya. "Ingat, ini bukan perjalanan yang bisa kalian sesali setelah langkah pertama diambil."
Kael mengangguk dengan tegas. "Kami sudah siap, Althea. Kami akan menghadapi apa pun yang ada di depan."
Althea memberikan senyuman lembut, namun penuh makna. "Baiklah, ingat satu hal: kekuatan yang kalian bawa dalam diri kalian bisa menjadi teman, tapi juga bisa menjadi musuh jika tidak digunakan dengan bijak. Dunia Sihir dan Pedang menguji keseimbangan. Jangan lupakan itu."
Dengan petunjuk yang telah diberikan, Kael dan teman-temannya menuju ruang bawah tanah akademi, di mana Portal Waktu tersembunyi. Tempat itu jauh dari keramaian, dan atmosfernya penuh dengan aura magis yang terasa berat. Rael, penjaga waktu yang selama ini melatih mereka, hadir di sana untuk memastikan mereka siap. Ia memandang mereka dengan tatapan penuh harapan, meskipun di matanya ada sedikit kekhawatiran.
"Kael, Lysandra, Riven, dan yang lainnya. Dunia yang kalian tuju bukan dunia biasa," kata Rael dengan suara dalam dan tegas. "Namun, aku percaya kalian sudah siap. Percaya pada diri kalian, dan pada kekuatan yang telah kalian pelajari. Perjalanan ini bukan hanya soal menguasai kekuatan, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan di dalam diri kalian."
Kael merasa hatinya berdegup kencang. Ini adalah langkah pertama yang besar, langkah ke dunia yang sama sekali baru dan tidak diketahui. Mereka telah mempersiapkan diri sebaik mungkin, namun hanya waktu yang akan mengungkapkan apa yang sebenarnya menanti di sana.
Rael memberi isyarat untuk mereka mendekati portal. "Cobalah untuk tidak terlalu fokus pada tujuan, tetapi nikmati setiap bagian dari perjalanan ini. Dunia Sihir dan Pedang akan membawa kalian ke tempat yang jauh lebih dalam, dan kalian akan bertemu dengan banyak tantangan yang tidak terduga."
Dengan ketegasan dalam langkah mereka, Kael dan teman-temannya menatap Portal Waktu yang terhampar di depan mereka. Sebuah gerbang bercahaya dengan pola yang berputar-putar seperti roda waktu, memancarkan aura yang membingungkan sekaligus mengundang. Kael merasakan getaran magis di udara, dan meskipun sedikit ragu, ia tahu mereka tidak bisa mundur sekarang.
"Apakah kita semua siap?" tanya Kael, memandang Lysandra, Riven, dan yang lainnya.
Lysandra mengangguk, wajahnya serius namun penuh tekad. "Aku siap."
Riven, seperti biasanya, tampak lebih santai, meskipun ada kilatan kegembiraan di matanya. "Sepertinya ini akan menyenangkan."
Kael tersenyum dan melangkah maju. "Mari kita lakukan."
Dengan langkah penuh tekad, mereka melangkah melalui Portal Waktu. Sebelum mereka tahu, mereka merasakan sebuah tarikan kuat yang mengubah segala sesuatu di sekitar mereka. Dunia yang mereka tinggalkan perlahan menghilang, digantikan oleh kegelapan yang penuh dengan kilatan cahaya aneh. Udara di sekitar mereka terasa lebih berat, dan setiap langkah mereka membawa getaran yang asing, seolah-olah dunia itu sendiri menguji mereka.
Akhirnya, setelah beberapa saat yang terasa seperti bertahun-tahun, mereka tiba di dunia baru. Dunia Sihir dan Pedang terbentang di depan mata mereka, sebuah tempat yang jauh lebih berbeda dari yang pernah mereka bayangkan. Langitnya berwarna ungu gelap, dipenuhi dengan bintang-bintang yang lebih terang dari dunia mereka. Tanahnya kasar dan berdebu, dengan pohon-pohon tinggi yang tampak seolah-olah telah berdiri di sana selama ribuan tahun.
Suasana di sekitar mereka terasa penuh dengan energi, seperti ada kekuatan besar yang mengalir di dalamnya. Di kejauhan, mereka bisa melihat medan pertempuran yang luas, tempat di mana para petarung terlatih berlatih dengan sihir dan pedang mereka.
"Tunggu... ini bukan apa yang kita bayangkan," kata Lysandra dengan bingung. "Ini... lebih dari sekadar dunia biasa."
Riven tersenyum. "Kita baru saja sampai. Tentu saja, ini tidak akan biasa."
Kael merasa darahnya berdesir lebih cepat. Ia tahu bahwa dunia ini akan menguji mereka lebih dari sekadar kemampuan bertarung atau sihir. Ini adalah tempat di mana mereka harus menemukan keseimbangan dalam diri mereka, tempat di mana kekuatan waktu mereka akan diuji dengan cara yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
"Mari kita temui dunia ini," kata Kael, matanya penuh semangat. "Kita akan temukan apa yang kita cari, dan lebih dari itu, kita akan tumbuh menjadi lebih kuat."
Mereka melangkah maju, siap untuk menghadapi apa pun yang datang. Dunia Sihir dan Pedang kini menjadi tempat baru di mana mereka akan menemukan jawaban, dan mungkin, takdir mereka yang sebenarnya.
Setelah beberapa hari beradaptasi dengan Dunia Sihir dan Pedang, Kael, Lysandra, Riven, Lianara, dan Varic akhirnya memutuskan untuk memulai perjalanan mereka. Dunia ini jauh lebih besar dan lebih kompleks dari yang mereka bayangkan sebelumnya. Walaupun mereka sudah berada di dunia yang penuh dengan sihir dan pertempuran, mereka tahu bahwa petualangan sejati baru saja dimulai.
Kelima sahabat itu berdiri di pinggir sebuah desa terpencil yang terletak di kaki pegunungan. Desa ini tampak sederhana, dikelilingi oleh ladang dan hutan lebat yang masih sangat alami. Atmosfernya penuh dengan kedamaian yang kontras dengan dunia yang lebih besar dan berbahaya yang baru saja mereka masuki.
Kael memandang desa kecil ini dengan penuh rasa ingin tahu. "Dari sini, kita harus mulai mencari tahu lebih banyak tentang kekuatan kita, dan bagaimana cara kita bisa menyeimbangkan waktu. Althea bilang dunia ini penuh dengan rahasia yang harus kita ungkap."
Lysandra, yang sudah mulai merasakan perubahan dalam dirinya sejak datang ke dunia ini, mengangguk. "Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang menunggu kita di luar desa ini. Mungkin kita bisa bertanya pada penduduk setempat tentang apa yang terjadi di daerah ini, atau mungkin mencari petunjuk yang lebih jelas."
Riven tampak tak sabar. "Jujur, aku lebih tertarik untuk melihat seperti apa tempat yang lebih berbahaya. Kita sudah cukup berlatih, kan? Aku siap menghadapi tantangan."
Lianara tersenyum, menenangkan teman-temannya yang penuh semangat. "Kita harus hati-hati. Jangan terlalu terburu-buru. Setiap langkah kita di sini bisa membawa kita ke dunia yang jauh lebih dalam dan lebih berbahaya."
Varic, yang selama ini lebih pendiam, akhirnya berbicara. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan kita. Kita harus memikirkan langkah kita dengan hati-hati. Apa pun yang kita cari, kita harus tahu apa yang kita hadapi. Perjalanan ini lebih dari sekadar kekuatan fisik atau sihir. Ini tentang memahami bagaimana dunia ini bekerja, dan bagaimana kekuatan kita terhubung dengannya."
Mereka pun melangkah menuju desa, memutuskan untuk mencari informasi dari penduduk setempat. Desa ini tampaknya sangat terisolasi, dan meskipun para penduduknya tampak ramah, ada sesuatu yang aneh tentang ketenangan mereka. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan kehidupan yang jauh dari keramaian, namun Kael bisa merasakan bahwa mereka menyimpan banyak rahasia tentang dunia di luar mereka.
Salah satu penduduk desa, seorang pria tua dengan janggut panjang dan mata yang tajam, mendekati mereka. "Ah, pendatang baru, ya?" katanya dengan suara berat. "Apa yang membawa kalian ke sini? Bukankah dunia luar penuh dengan bahaya?"
Kael merasa pria tua itu tahu lebih banyak dari yang terlihat. "Kami sedang mencari sesuatu. Ada yang bisa membantu kami? Tentang dunia ini, tentang sihir dan pedang, dan mungkin... perjalanan waktu?"
Pria tua itu mengamati mereka dengan seksama, lalu mengangguk perlahan. "Kalian tidak akan menemukan jawabannya di desa ini. Tapi ada tempat... sebuah reruntuhan kuno di hutan dekat sini. Konon, tempat itu pernah menjadi pusat sihir dan pedang yang kuat di zaman dahulu. Jika kalian mencari jawaban, mungkin itu adalah tempat pertama yang harus kalian kunjungi."
Lysandra bertanya lebih lanjut. "Reruntuhan kuno? Apa yang ada di sana? Siapa yang mengendalikannya?"
Pria tua itu tampak ragu sejenak, sebelum akhirnya menjawab. "Tempat itu tidak dikendalikan oleh siapa pun. Sudah lama terlupakan. Tapi banyak orang mengatakan bahwa reruntuhan itu mengandung kekuatan yang luar biasa. Kekuatan yang bisa mengubah nasib seseorang... atau menghancurkannya."
Riven tersenyum lebar, terlihat tertarik. "Tentu saja kita akan pergi ke sana. Mengapa tidak?"
Lianara mengingatkan kelompok itu dengan suara tegas. "Ingat, kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada di sana. Jangan sampai kita ceroboh hanya karena penasaran."
Kael mengangguk. "Kita akan pergi bersama-sama, dan dengan hati-hati. Tapi kita harus mencari tahu lebih banyak tentang tempat itu. Ini bisa menjadi langkah pertama untuk memahami bagaimana kekuatan kita bekerja."
Varic menatap dengan tajam ke arah hutan yang jauh di sana. "Jika kita benar-benar ingin memahami dunia ini, kita harus siap menghadapi apa pun. Tempat itu terdengar seperti titik awal yang tepat, meski penuh dengan bahaya. Tapi kita harus selalu siap, terutama jika ada yang tidak kita ketahui."
Dengan petunjuk baru itu, mereka meninggalkan desa dan menuju hutan yang lebat, menuruni jalur-jalur sempit yang tertutup oleh pohon-pohon besar dan tanaman merambat. Semakin jauh mereka berjalan, semakin gelap dan misterius suasana hutan itu. Udara terasa lebih dingin, dan angin yang berbisik melalui pepohonan seperti membawa bisikan masa lalu.
Saat mereka sampai di pinggiran hutan, Kael menghentikan langkahnya. "Kita harus hati-hati. Menurut pria tua itu, ini bukan tempat yang mudah dilalui."
Lysandra mengamati sekelilingnya. "Aku bisa merasakan sesuatu yang aneh di udara. Seperti ada kekuatan yang lebih besar yang mengawasi kita."
Riven meraih pedangnya, siap menghadapi apa pun yang akan muncul. "Jangan khawatir, Kael. Kita akan menghadapi ini bersama."
Lianara mengingatkan lagi, dengan lebih tegas. "Ingat, tidak semua yang terlihat indah itu aman. Kita harus tetap waspada."
Varic, meskipun tidak banyak bicara, tetap mengamati setiap sudut dengan cermat. "Aku lebih suka melakukan persiapan terlebih dahulu, jika ada sesuatu yang tidak kita ketahui. Waspadalah, karena apa pun bisa terjadi."
Dengan semangat yang terjaga, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju reruntuhan kuno yang dimaksudkan. Tak lama kemudian, mereka menemukan tempat yang penuh misteri itu. Tembok-tembok batu yang sudah usang dan pecah-pecah membentuk struktur yang tampak seperti bagian dari sebuah kota besar yang telah lama hilang. Sisa-sisa patung-patung kuno dan simbol-simbol magis terukir di dindingnya, sebagian sudah pudar oleh waktu, tetapi masih bisa terasa kekuatan yang tersembunyi di dalamnya.
"Ini dia," kata Kael, matanya berbinar. "Tempat yang kita cari."
Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, tanah di bawah mereka bergetar, dan sebuah suara gemuruh terdengar dari dalam reruntuhan. "Kalian tidak seharusnya datang ke sini," suara itu bergema dalam pikiran mereka, seperti sebuah peringatan yang datang dari kedalaman tanah.
Riven meraih pedangnya, siap menghadapi apa pun yang akan muncul. "Jangan khawatir, Kael. Kita akan menghadapi ini bersama."
Kael menarik napas dalam-dalam dan mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap tenang. Mereka belum tahu apa yang menanti di dalam reruntuhan itu, tetapi satu hal yang pasti: petualangan mereka baru saja dimulai, dan mereka tidak bisa mundur sekarang.
Dengan hati-hati, mereka melangkah maju ke dalam reruntuhan, siap menghadapi apa pun yang ada di depan mereka, dan mencari jawaban tentang kekuatan waktu yang telah mengubah hidup mereka selamanya.
Dengan penambahan Varic, petualangan Kael dan teman-temannya semakin berwarna dan beragam. Varic memberikan perspektif yang lebih berhati-hati, memperingatkan mereka untuk selalu siap menghadapi bahaya yang tak terduga. Reruntuhan kuno kini menjadi titik awal perjalanan mereka yang penuh dengan misteri.
Perjalanan Kael, Lysandra, Riven, Lianara, dan Varic membawa mereka jauh dari reruntuhan kuno. Setelah menjelajahi tempat yang penuh misteri itu, mereka menyadari bahwa jawaban yang mereka cari mungkin terletak di tempat yang lebih jauh. Dalam perjalanan kembali melalui hutan, mereka mendengar kabar tentang sebuah kota kerajaan yang terletak di tengah-tengah dunia sihir dan pedang. Kota ini dikenal dengan nama Aeldarion, sebuah kerajaan yang kaya akan pengetahuan tentang sihir dan pedang legendaris, serta pusat kekuatan bagi banyak aliran magis yang ada.
Kael menyarankan, "Jika kita ingin benar-benar memahami kekuatan yang kita miliki, mungkin kita harus menuju ke Aeldarion. Ada banyak petualang dan ahli sihir di sana yang mungkin bisa memberikan kita lebih banyak informasi tentang dunia ini."
Riven menyeringai, "Aeldarion... Suara itu seperti tempat yang tepat untuk mencari petualangan. Jika ada sesuatu yang bisa menantang kita, pasti ada di sana."
Lysandra tampak lebih hati-hati, namun setuju. "Kita harus lebih bijaksana. Aeldarion mungkin tempat yang penuh peluang, tapi juga penuh bahaya. Kita harus siap menghadapi apa pun yang menanti di sana."
Lianara memandang Kael dan Varic. "Sebelum kita pergi ke sana, kita perlu mempersiapkan diri. Kita harus tahu persis apa yang bisa kita harapkan."
Varic, yang masih pendiam seperti biasanya, mengangguk. "Aeldarion bukan kota biasa. Kerajaan itu dikenal dengan sejarah panjangnya yang penuh konflik. Namun, jika kita ingin memahami lebih dalam tentang dunia ini dan kekuatan kita, kita tidak bisa menghindarinya."
Dengan keputusan itu, mereka melanjutkan perjalanan, keluar dari hutan yang gelap menuju jalan yang lebih terbuka. Jalan menuju Aeldarion sangat berbeda dengan jalan yang mereka lalui sebelumnya. Ini adalah jalan utama yang menghubungkan desa-desa terpencil dengan pusat-pusat kerajaan dan kota besar lainnya. Di sepanjang jalan, mereka melewati berbagai tempat yang tampak seperti perkampungan kecil dan peternakan yang dikelilingi oleh pegunungan dan hutan lebat.
Perjalanan mereka memakan waktu beberapa hari, dan di sepanjang jalan, mereka melihat banyak tanda-tanda kehidupan sihir yang kuat. Batu-batu besar dengan simbol sihir terukir, dan tanaman berwarna aneh yang tampaknya memiliki kekuatan magis, muncul di sepanjang jalur. Semakin dekat mereka ke Aeldarion, semakin terasa aura magis yang kuat di udara.
Pada hari ketiga perjalanan mereka, mereka akhirnya sampai di pinggiran kota Aeldarion. Pemandangan kota ini luar biasa: sebuah kerajaan besar yang berdiri megah di tengah tanah yang subur dan dikelilingi oleh tembok tinggi yang terbuat dari batu hitam berkilau, mengesankan kekuatan dan kemewahan yang dimilikinya. Di luar tembok, terdapat pasar yang ramai dengan pedagang dari berbagai ras dan budaya, menawarkan barang-barang aneh dan langka, benda-benda sihir, artefak kuno, dan bahkan pedang-pedang legendaris yang berkilau.
Kael menatap kota itu dengan penuh rasa takjub. "Ini lebih besar dari yang kubayangkan. Begitu banyak sihir yang terasa di sini."
Riven mengamati pasar dengan penasaran. "Aku suka tempat seperti ini. Penuh dengan hal-hal menarik dan tantangan."
Lysandra tampak sedikit cemas. "Kita harus berhati-hati. Tidak semua orang di sini bisa dipercaya. Di tempat seperti ini, banyak yang mencari keuntungan dari orang-orang seperti kita."
Lianara mengangguk setuju. "Kita harus memastikan tujuan kita jelas. Jangan sampai kita terperangkap dalam permainan orang lain."
Varic tetap fokus pada tujuan mereka. "Kita datang ke sini untuk mencari jawaban tentang kekuatan kita. Jadi, kita harus mencari informasi dari sumber yang tepat."
Mereka berjalan melalui gerbang kota yang besar, disambut oleh penjaga kota yang memeriksa identitas mereka dengan ketat. Setelah melewati pemeriksaan, mereka masuk ke dalam kota yang penuh dengan keramaian. Jalan-jalan utama dipenuhi dengan orang-orang yang berlalu-lalang, dari para penyihir, pedagang senjata, hingga prajurit kerajaan yang berjaga. Udara di sini terasa lebih tebal, dipenuhi dengan aura sihir yang tak bisa dijelaskan. Banyak orang yang menggunakan sihir secara terang-terangan, membaca mantra, mengendalikan elemen, atau bahkan berbicara dengan makhluk-makhluk dari dunia lain.
Setelah mereka melangkah lebih dalam ke kota, Kael berbalik dan berkata, "Kita harus mencari tempat untuk tinggal sementara, dan mungkin berbicara dengan seseorang yang bisa memberi kita informasi lebih banyak. Aeldarion adalah kota yang penuh rahasia, dan kita harus menemukan jalan kita di sini."
Mereka mencari penginapan yang sederhana namun nyaman di dekat pasar utama. Setelah menyewa sebuah kamar, mereka berkumpul untuk merencanakan langkah selanjutnya.
Lysandra membuka pembicaraan. "Aeldarion memiliki banyak perpustakaan dan tempat-tempat yang menyimpan informasi kuno. Mungkin kita bisa mulai dengan mencari tempat-tempat seperti itu."
Riven menggenggam pedangnya dengan senyum. "Aku lebih suka berlatih di sini. Kota ini penuh dengan pedagang senjata dan ahli pedang. Mungkin ada tantangan yang bisa kita hadapi."
Lianara menatap peta kota yang mereka peroleh di penginapan. "Tapi, kita tidak bisa sembarangan. Kita harus mencari tahu siapa yang memegang informasi penting tentang sihir dan sejarah dunia ini. Jika kita bisa berbicara dengan orang yang tepat, kita bisa mempelajari lebih banyak tentang dunia ini."
Varic berbicara dengan tenang, "Aku setuju. Kita harus lebih fokus. Jika kita terlalu banyak mencari tantangan tanpa arah yang jelas, kita bisa tersesat. Aeldarion adalah tempat yang penuh peluang, tapi juga penuh jebakan."
Dengan tujuan yang jelas, mereka memutuskan untuk mengunjungi Perpustakaan Agung yang terkenal di Aeldarion, yang dikabarkan menyimpan pengetahuan luas tentang sihir, pedang legendaris, serta sejarah kerajaan dan dunia sihir ini. Perpustakaan ini adalah tempat yang dijaga ketat oleh penjaga sihir terkuat di kota, namun bagi orang yang tahu cara mendekat dan meminta bantuan, itu adalah tempat yang penuh dengan informasi yang tak ternilai.
Namun, perjalanan mereka ke perpustakaan bukanlah tanpa rintangan. Mereka akan segera mengetahui bahwa di Aeldarion, tidak semua orang ingin membiarkan mereka mendapatkan jawaban dengan mudah, dan kekuatan yang tersembunyi dalam dunia ini akan segera menguji ketahanan mereka.
Dengan petunjuk yang membawa mereka ke kota Aeldarion, Kael dan teman-temannya kini berada di pusat kekuatan dunia sihir dan pedang. Mereka tidak hanya harus menghadapi tantangan fisik, tetapi juga teka-teki dan misteri yang lebih dalam tentang dunia mereka, yang semakin terbuka di hadapan mereka. Kota ini menyimpan banyak rahasia, dan petualangan mereka baru saja dimulai.
Setelah beberapa hari beradaptasi dengan kehidupan di Aeldarion, Kael dan teman-temannya mulai mencari cara untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang kekuatan mereka dan tentang dunia yang baru mereka masuki. Salah satu cara yang mereka pikirkan adalah bekerja di Perpustakaan Agung Aeldarion. Kebanyakan kegiatan, digunakan untuk membaca buku.
Setelah beberapa minggu bekerja di Perpustakaan Agung Aeldarion, Kael dan teman-temannya mulai terbiasa dengan kehidupan baru mereka. Mereka telah menjalani pekerjaan rutin sebagai pustakawan, merawat dan mengorganisasi koleksi buku yang tak terhitung jumlahnya. Namun, ada satu hal yang terus mengusik pikiran Kael: meskipun perpustakaan ini sangat besar dan berisi ribuan buku, hampir semua yang ada di sini hanya berkaitan dengan dunia pedang dan sihir, sebuah dunia yang sangat berbeda dengan Aetheris.
Perpustakaan ini tidak menyimpan informasi tentang dunia lain atau teknologi tinggi seperti yang ada di Aetheris. Semua buku di sini lebih fokus pada ilmu sihir, pedang, dan sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di dunia Aeldarion. Teks-teks kuno menggambarkan peperangan besar, taktik sihir yang luar biasa, serta sejarah panjang kerajaan yang berkuasa. Di setiap sudut ruang perpustakaan, Kael dapat menemukan kisah tentang perjuangan para kesatria, legenda para penyihir hebat, dan kerajaan-kerajaan yang saling bersaing.
Kael, meskipun sangat tertarik dengan sejarah dunia ini, merasa ada kekosongan. Dunia sihir dan pedang ini sangat memikat, tetapi tidak ada yang bisa memberikan informasi lebih jauh tentang Aetheris, tempat asal mereka. Namun, ia mulai memahami bahwa untuk mencari jawaban yang lebih besar, ia perlu terlebih dahulu memahami dunia baru ini lebih dalam, sebab pengetahuan tentang dunia ini bisa jadi akan mengarah pada sesuatu yang lebih besar pada masa depan kelak.
Kael mulai mencurahkan waktu lebih banyak untuk mempelajari sejarah kerajaan-kerajaan besar yang pernah ada di dunia ini. Buku-buku yang ia temui mengungkapkan berbagai peristiwa penting, peperangan besar yang melibatkan pasukan magis, kejatuhan kerajaan-kerajaan besar akibat perebutan kekuasaan, serta pencarian artefak sihir yang mengubah jalannya sejarah.
Ternyata, banyak dari cerita ini memiliki keterkaitan dengan sejarah sihir yang berkembang di dunia pedang dan sihir ini, terutama sihir yang mengendalikan elemen-elemen alam, seperti api, air, tanah, dan angin. Beberapa buku juga menyebutkan tentang Portal Sihir, gerbang-gerbang yang menghubungkan dunia ini dengan dimensi lain, meskipun keberadaan portal ini hanya dikenal dalam legenda.
Salah satu buku yang Kael temukan berjudul "Sejarah Kerajaan Aeldarion: Penguasa Pedang dan Sihir". Buku itu berisi kisah tentang pendirian kerajaan besar Aeldarion, yang dipimpin oleh seorang Raja penyihir legendaris yang mampu mengendalikan waktu. Cerita itu menarik perhatian Kael, karena ia mendapati bahwa kekuatan yang digunakan oleh Raja tersebut sedikit banyak menyerupai kemampuan waktu yang ia dan teman-temannya pelajari di Akademi Waktu. Namun, tidak ada penjelasan yang cukup mendalam tentang bagaimana Raja itu memperoleh kekuatan tersebut, hanya dikatakan bahwa kekuatan itu datang dari "Sumber Waktu yang Hilang" yang tersembunyi di luar dimensi mereka.
Setelah berminggu-minggu menghabiskan waktu di antara tumpukan buku, Kael merasa semakin yakin bahwa pengetahuan yang ia cari tidak hanya ada di dalam koleksi Perpustakaan Agung Aeldarion. Namun, ia masih merasa bingung tentang bagaimana menghubungkan cerita tentang kekuatan waktu dengan pengetahuan yang ada di dunia ini.
Suatu sore, setelah selesai merapikan rak-rak buku, Kael mendekati Elira, penjaga perpustakaan yang sudah terbiasa dengan cara Kael yang penuh rasa ingin tahu.
"Elira," Kael memulai dengan hati-hati, "aku menemukan banyak informasi menarik tentang sejarah kerajaan ini, tetapi aku merasa ada sesuatu yang hilang. Beberapa buku menyebutkan tentang Sumber Waktu yang Hilang, tetapi tidak ada penjelasan lebih lanjut. Apakah kamu tahu apa itu atau bagaimana kita bisa menemukannya?"
Elira menatap Kael sejenak, lalu menghela napas pelan. "Kamu telah menemukan sesuatu yang sangat menarik, Kael. Sumber Waktu itu adalah legenda yang sudah lama beredar di kalangan penyihir besar. Beberapa percaya bahwa itu adalah sebuah artefak yang bisa mengendalikan waktu, sementara yang lain percaya itu adalah tempat yang dapat menghubungkan dimensi-dimensi berbeda. Namun, hampir semua catatan sejarah yang ada di dunia ini menganggapnya sebagai mitos."
Kael merasa ada potensi besar di dalam kata-kata Elira, tetapi ia tahu bahwa legenda tersebut tidak bisa hanya dipandang sebelah mata. "Ada cara untuk mencari tahu lebih lanjut, bukan? Mungkin ada petunjuk lain yang belum ditemukan."
Elira mengangguk, dan matanya yang tajam menunjukkan bahwa ia berpikir jauh lebih dalam. "Satu-satunya cara untuk mengetahui lebih banyak tentang Sumber Waktu adalah dengan melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang lebih berbahaya, mungkin mencari informasi dari dunia lain atau dari penyihir kuno yang tahu lebih banyak tentang waktu. Banyak yang mencoba mencari Sumber Waktu, tetapi hampir semuanya gagal. Namun, jika kamu ingin mencoba, aku bisa memberimu petunjuk."
Kael merasa ada sesuatu yang mendorongnya untuk terus maju. Meski dunia ini hanya penuh dengan sejarah sihir dan pedang, ia yakin bahwa petunjuk tentang Sumber Waktu ada di luar sana, tersembunyi di suatu tempat. Elira memberinya sebuah petunjuk terakhir sebelum Kael dan teman-temannya memutuskan untuk melangkah lebih jauh.
"Jika kamu ingin mencari jawaban lebih lanjut," kata Elira, "pergilah ke Perpustakaan Tertutup di utara. Itu adalah tempat yang hampir tidak pernah dikunjungi siapa pun, dan sangat sedikit yang tahu tentang keberadaannya. Namun, di sanalah banyak penyihir besar dan ksatria kuno mempelajari sihir yang berhubungan dengan waktu. Mungkin di sanalah kamu bisa menemukan lebih banyak informasi yang kamu cari."
Dengan hati yang penuh tekad, Kael mengucapkan terima kasih pada Elira. Meskipun dunia yang mereka masuki penuh dengan misteri sihir dan pedang, Kael tahu bahwa jawaban yang mereka cari, baik tentang Sumber Waktu maupun tentang dunia asal mereka, Aetheris, ada di luar sana, menunggu untuk ditemukan.
Dengan teman-temannya di sisi, Kael memutuskan bahwa perjalanan mereka selanjutnya akan membawa mereka lebih jauh lagi, menuju Perpustakaan Tertutup, di mana rahasia-rahasia kuno tentang waktu dan sihir mungkin akan mengungkapkan potongan-potongan jawaban yang sangat mereka butuhkan.
Perjalanan Kael dan teman-temannya menuju Perpustakaan Tertutup di utara tidaklah mudah. Mereka melewati medan yang keras, hutan lebat, dan pegunungan yang curam. Meskipun mereka telah mempersiapkan diri dengan baik, mereka tetap merasa ada sesuatu yang menunggu mereka di sana, sesuatu yang lebih besar dari sekadar pengetahuan sihir atau kekuatan waktu.
Akhirnya, setelah berhari-hari perjalanan, mereka tiba di sebuah lembah tersembunyi, tempat di mana Perpustakaan Tertutup seharusnya berada. Bangunannya tersembunyi di balik pepohonan raksasa, dengan pintu yang tampak seperti sudah lama tidak dibuka. Dinding-dindingnya tertutup lumut dan tumbuhan merambat, dan udara di sekitar tempat itu terasa sejuk dan penuh dengan aura misterius.
Saat mereka melangkah lebih dekat, sebuah suara lembut terdengar di telinga Kael. Itu adalah suara wanita yang memanggilnya dengan nada lembut, namun penuh dengan kekuatan.
"Kau akhirnya datang, Kael."
Kael terkejut, melihat ke sekitar untuk mencari sumber suara tersebut, namun tidak ada siapa pun. Hanya angin yang berhembus dan suara gemericik air di kejauhan.
"Si-siapa itu?" Kael bertanya, suaranya sedikit gemetar.
"Dengarkan baik-baik," suara itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas, namun tetap misterius. "Aku adalah Roh Peri Perpustakaan Tertutup. Tempat ini bukan hanya tempat penyimpanan buku, tetapi juga tempat yang menyimpan pengetahuan yang lebih dari sekadar sihir biasa. Aku menjaga dunia ini, menjaga rahasia-rahasia yang telah terlupakan."
Teman-temannya, yang juga terkejut, memandang satu sama lain. "Apakah ini benar-benar terjadi?" bisik Lysandra.
Roh Peri itu muncul perlahan, bentuknya transparan dan berkilauan, seperti selarik cahaya biru yang memancarkan kelembutan dan kekuatan pada saat yang bersamaan. Wujudnya seperti peri kuno, dengan sayap transparan yang berkilauan di bawah cahaya matahari yang mulai meredup.
"Kael, Lysandra, Riven, Lianara, Varic," Roh Peri itu menyebut nama mereka satu per satu, seolah-olah dia telah menunggu mereka sejak lama. "Aku tahu tujuan kalian. Kalian mencari Sumber Waktu yang hilang. Namun, tidak sembarang orang dapat menemuiku. Hanya mereka yang dipilih oleh waktu yang bisa memasuki ruang ini."
Kael merasa kakinya seperti terpaku di tempatnya. "Apa maksudmu? Kami hanya... mencari jawaban tentang waktu, tentang bagaimana dunia ini bisa berhubungan dengan dimensi lain. Aku ingin tahu lebih banyak."
Roh Peri itu tersenyum, meskipun senyumnya hanya tampak sekejap dan kabur. "Waktu, Kael, bukan hanya sesuatu yang bisa dikendalikan begitu saja. Waktu adalah kekuatan yang lebih tua daripada dunia kalian, lebih misterius daripada yang kalian bayangkan. Kalian datang ke sini dengan harapan untuk mengubah sesuatu, namun kalian harus tahu bahwa setiap perubahan yang terjadi pada waktu akan mempengaruhi segalanya, dimensi ini, dunia kalian, dan bahkan keberadaan kalian sendiri."
"Apakah itu artinya kami harus menyerah pada pencarian kami?" tanya Lysandra dengan suara penuh kebingungan.
"Tidak, tidak," jawab Roh Peri dengan nada lembut. "Tapi kalian harus tahu bahwa ada harga yang harus dibayar untuk menguasai pengetahuan tentang waktu. Tidak semua orang siap menerima konsekuensinya. Dunia ini penuh dengan keseimbangan. Apa yang kalian cari, Sumber Waktu, dapat memberi kalian kekuatan besar. Namun, kalian harus memilih dengan hati-hati, karena kekuatan itu bisa menjadi kutukan."
Kael mencerna kata-kata itu dalam diam. "Kami siap menghadapinya," kata Kael, suaranya penuh tekad.
Roh Peri itu terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Sebelum kalian melangkah lebih jauh, aku akan memberi kalian sebuah ujian. Hanya setelah ujian ini kalian akan layak melanjutkan pencarian kalian. Jika kalian gagal, maka Perpustakaan Tertutup ini akan menutup gerbangnya untuk selamanya, dan semua pengetahuan yang kalian cari akan hilang."
"Ujian?" tanya Riven dengan ragu. "Apa yang harus kami lakukan?"
Roh Peri itu menggerakkan tangan lembutnya, dan seketika sebuah gerbang cahaya terbuka di depan mereka. "Lakukan ujian ini dengan hati yang murni, dan kalian akan menemukan jalan. Jika kalian gagal, kalian akan terjebak dalam lingkaran waktu yang tak terputus."
Tanpa ada pilihan lain, Kael mengangguk, dan mereka semua melangkah masuk ke dalam gerbang cahaya itu.
Setelah melewati gerbang cahaya yang terbuka, Kael dan teman-temannya menemukan diri mereka berada di sebuah ruang yang sangat berbeda dari ruang perpustakaan sebelumnya. Ruang ini terasa seperti berada di dimensi lain, dengan dinding yang berkilau dan lantai yang memantulkan cahaya lembut.
Di tengah ruang tersebut, terdapat sebuah jam besar yang tak bergerak, namun memiliki cahaya yang berputar-putar di dalamnya. Pada tiap sisi jam terdapat gambar-gambar yang melambangkan berbagai peristiwa penting dalam sejarah waktu.
Roh Peri itu muncul lagi, kali ini dengan tampak lebih jelas. "Inilah ujian kalian. Waktu itu seperti jam ini. Ia tidak pernah berhenti, tetapi selalu berubah. Kalian harus memilih salah satu jalur waktu yang ada. Setiap pilihan akan membawa kalian ke masa depan yang berbeda, namun kalian hanya bisa kembali ke masa kini setelah memilih jalan yang benar."
Kael melihat gambar-gambar yang berputar di sekitar jam, beberapa menunjukkan pertempuran besar, beberapa menunjukkan kerajaan yang jatuh, dan lainnya menunjukkan gambaran masa depan yang tidak pasti.
"Jadi," Kael berkata dengan hati-hati, "kami harus memilih satu dari jalur waktu ini?"
"Betul," jawab Roh Peri. "Namun, pilihannya tidak hanya berkaitan dengan waktu kalian. Setiap pilihan akan mempengaruhi tidak hanya masa depan kalian, tetapi juga masa depan dunia ini. Pilih dengan bijaksana."
Kael menatap teman-temannya. Mereka tahu bahwa ujian ini tidak akan mudah. Dan keputusan yang mereka buat akan menentukan tidak hanya nasib mereka, tetapi juga keseimbangan dunia waktu itu sendiri.
Setelah beberapa saat terdiam, Kael mengangguk. "Kami siap."
Dengan langkah mantap, mereka semua mendekati jam besar, siap untuk memilih jalan mereka, dan menjalani ujian yang akan mengubah takdir mereka selamanya.