Chereads / AKADEMI WAKTU / Chapter 36 - CHAPTER 36

Chapter 36 - CHAPTER 36

Saat mereka melangkah mendekat ke jam besar, suara Roh Peri terdengar kembali, lembut namun tegas. "Ingat, kalian hanya akan diberikan satu kesempatan. Pilihlah jalur waktu yang kalian rasa benar, tetapi jangan khawatir jika pilihan kalian terasa sulit. Setiap jalan akan mengajarkan kalian pelajaran yang berharga, baik atau buruk."

Kael memandang gambar-gambar yang berputar di sekitar jam. Di satu sisi, ia melihat gambaran kerajaan yang hancur, dengan langit merah menyala dan api yang membakar seluruh kota. Di sisi lain, ia melihat sebuah dimensi baru, dunia yang terlihat lebih maju dan penuh kedamaian, dengan teknologi yang jauh melampaui apa yang pernah mereka lihat. Di sisi lainnya lagi, ada gambaran pahlawan besar yang berjaya, namun dengan bayang-bayang kehancuran di belakangnya, sebuah pertempuran besar yang tampaknya mengubah segalanya.

Roh Peri itu mengamati mereka dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Pilihlah dengan hati yang jernih. Setiap pilihan akan membawa dampak pada dunia ini. Kalian tidak hanya mengubah masa depan kalian sendiri, tetapi juga garis waktu yang ada."

Lysandra yang biasanya cerdas dan penuh perhitungan, merasa gelisah. "Bagaimana kami tahu mana yang benar? Semua gambar ini sepertinya mengarah ke kehancuran."

Roh Peri tersenyum lembut. "Karena, waktu tidak pernah hanya tentang kebaikan atau keburukan. Waktu adalah perjalanan yang rumit. Apa yang terlihat sebagai kehancuran mungkin adalah awal dari perubahan besar, dan apa yang tampak sebagai kedamaian bisa jadi adalah ilusi yang rapuh. Kalian harus memilih berdasarkan apa yang kalian percayai."

Riven menghela napas, merasa beban keputusan itu semakin berat. "Jika kita memilih yang salah, apakah itu berarti kita akan terjebak di sini selamanya?"

Roh Peri itu mengangguk pelan. "Setiap keputusan memiliki konsekuensinya. Namun, kalian adalah anak-anak waktu. Hanya kalian yang bisa mengubah jalan yang ada."

Varic melangkah maju, menyentuh salah satu sisi jam yang menampilkan kerajaan yang hancur. "Kehancuran... apakah itu yang harus kita pilih? Terkadang, dari kehancuran datang kebangkitan yang lebih besar."

Lianara menggeleng. "Tidak semua kehancuran berujung pada kebangkitan. Lihatlah ini," ia menunjuk ke sisi lain yang menunjukkan dimensi baru penuh kedamaian. "Mungkin kita bisa membangun masa depan yang lebih baik tanpa harus melalui penderitaan."

Kael merasa hatinya berat. Semua pilihan di depan mereka seolah memberikan janji yang berbeda tentang masa depan, namun mereka tahu satu hal: keputusan ini bukan hanya tentang mereka.

"Apakah kita akan memilih jalan yang akan memberi kita kekuatan untuk mengubah dunia? Atau apakah kita akan memilih jalan yang lebih berisiko, yang bisa mengorbankan segala yang kita kenal?" Kael berkata, sambil menatap gambar-gambar yang terus berputar.

Roh Peri itu mengangguk. "Keputusan ada di tangan kalian. Pilihan kalian akan membentuk dunia, dan dunia itu tidak akan pernah kembali seperti semula. Tetapi ingat, keberanian bukan hanya memilih jalan yang aman—tapi memilih jalan yang benar meskipun penuh dengan risiko."

Kael menarik napas dalam-dalam. Ini adalah ujian untuk mengukur tekad mereka, bukan hanya kemampuan mereka untuk memahami waktu, tetapi juga kesiapan mereka untuk menghadapi konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka pilih. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berbicara.

"Aku rasa kita harus memilih jalan yang bisa memberi kita kesempatan untuk memperbaiki dunia tanpa harus melalui penderitaan yang lebih banyak lagi. Kita tidak bisa membiarkan kehancuran menguasai masa depan," kata Kael, dengan penuh keyakinan. "Aku memilih jalan yang penuh harapan, meskipun itu mungkin membawa tantangan besar."

Lysandra mengangguk setuju. "Aku juga. Jika kita memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang lebih baik, maka itu adalah jalan yang seharusnya kita ambil."

Riven, meski sedikit ragu, akhirnya mengangguk. "Kalau begitu, aku akan memilih jalan yang sama. Kita tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang kehancuran."

Lianara memandang mereka satu per satu, dan dengan senyuman kecil, ia berkata, "Aku percaya pada pilihan kita. Kita akan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik."

Varic yang biasanya penuh dengan pertimbangan, mengangguk tegas. "Masa depan yang lebih baik. Itu yang kita pilih."

Mereka semua menatap Roh Peri dengan tekad yang sama. "Kami memilih jalan menuju masa depan yang lebih baik," kata Kael, mewakili suara kelompok itu.

Roh Peri itu tersenyum lembut. "Baiklah. Pilihan kalian telah dibuat. Sekarang, jalankan keputusan itu. Tapi ingat, jalan ini akan membawa kalian ke masa depan yang penuh ujian. Tidak ada yang mudah dalam perjalanan ini. Kalian harus siap untuk menghadapi segala yang akan datang."

Dengan satu gerakan lembut dari tangan Roh Peri, jam besar itu mulai bergerak, dan satu jalur waktu muncul di hadapan mereka. Sebuah gerbang cahaya terbuka, mengarah ke dunia yang belum mereka kenal, sebuah dunia penuh potensi dan kemungkinan, tetapi juga ancaman dan tantangan.

"Perjalanan kalian baru saja dimulai," kata Roh Peri terakhir kali. "Semoga kalian siap untuk menghadapi dunia yang baru."

Tanpa ragu, Kael melangkah pertama kali memasuki gerbang cahaya, diikuti oleh teman-temannya. Mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi selanjutnya, mereka tidak akan mundur. Mereka telah memilih jalannya, dan takdir mereka sekarang ada di tangan mereka sendiri.

Saat mereka melangkah ke dalam cahaya, perasaan aneh menguasai diri mereka. Ada sensasi waktu yang terdistorsi, seolah-olah mereka terlempar ke dalam dunia yang lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan. Namun, di balik ketakutan itu, ada harapan, harapan bahwa pilihan yang mereka buat akan membawa mereka ke dunia yang lebih baik, lebih adil, dan penuh dengan peluang baru.

Begitulah, perjalanan Kael dan teman-temannya memasuki babak baru. Dunia sihir dan pedang menanti mereka, dengan tantangan yang lebih besar, namun juga kesempatan untuk mengubah nasib dunia mereka selamanya.

Namun, mereka tidak akan melakukannya sendirian. Mereka sudah memilih bersama-sama, dan sebagai satu kesatuan, mereka siap menghadapi apapun yang datang.

Setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan dan pertempuran, Kael dan teman-temannya akhirnya tiba di sebuah desa kecil yang berada di wilayah kerajaan. Dunia yang mereka masuki ini terasa begitu damai, namun juga... membosankan. Kehidupan yang tenang, dengan langit biru dan udara yang segar, namun tidak ada pertempuran besar atau konflik yang bisa menguji keberanian mereka.

Mereka merasa seperti berada dalam sebuah dunia yang stagnan, terlalu damai, terlalu sempurna, dan tanpa tantangan nyata. Kael yang biasanya penuh dengan rasa ingin tahu, mulai merasakan kebosanan yang menggerogoti dirinya. Dunia baru ini mungkin menawarkan kedamaian, tetapi kedamaian itu terasa kosong tanpa adanya konflik atau tujuan yang jelas.

Lysandra menghela napas, merasakan hal yang sama. "Mungkin dunia ini memang lebih damai daripada Aetheris, tapi aku merasa seperti ada yang hilang. Aku lebih suka dunia yang penuh dengan pergerakan, perubahan... dan tantangan."

Riven mengangguk. "Terlalu tenang. Tidak ada perang, tidak ada perjuangan, tidak ada yang menguji kita. Aku merindukan ketegangan itu."

Varic yang cenderung lebih pragmatis juga merasakan hal serupa. "Kehidupan yang terlalu stabil memang bisa membuat kita merasa kehilangan arah. Tapi kita harus mencari cara untuk menemukan arti dari kedamaian ini."

Namun, tepat saat mereka merenung tentang kehidupan yang terlalu damai ini, sebuah berita mengejutkan tiba-tiba terdengar dari penjaga desa yang mendatangi mereka.

"Apakah kalian mendengar kabar terbaru? Kerajaan di utara sedang dilanda krisis! Raja dan keluarga kerajaan dilaporkan sedang terlibat dalam skandal besar yang bisa merubah segalanya. Ada rumor bahwa seorang pangeran yang hilang tiba-tiba muncul kembali, dan ia memiliki klaim yang kuat atas takhta."

Kael menoleh ke teman-temannya dengan mata yang berbinar. Drama kerajaan, sesuatu yang tidak asing bagi mereka, apalagi mengingat peran penting keluarga bangsawan di dunia Aetheris yang sering terlibat dalam intrik dan perebutan kekuasaan. Kael merasakan dorongan rasa ingin tahu yang tak bisa dibendung lagi. Konflik ini akan menjadi petualangan yang mereka cari-cari selama ini.

"Sepertinya, kedamaian ini segera berakhir," kata Kael dengan senyum tipis. "Ini mungkin kesempatan untuk menggunakan kekuatan waktu kita untuk mengetahui lebih banyak."

Lysandra yang sudah mulai tertarik, menambahkan, "Pasti ada lebih banyak di balik skandal ini. Dunia kerajaan selalu penuh dengan misteri dan ketegangan tersembunyi."

Riven memandang mereka dengan antusias. "Jadi, kita akan pergi ke kerajaan itu dan menyelidiki? Sepertinya itu bisa jadi lebih menarik daripada terus tinggal di desa ini."

Varic mengangguk setuju. "Kita punya kekuatan waktu. Kita bisa melihat apa yang terjadi di masa lalu, mungkin kita bisa mengetahui lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi di kerajaan itu."

Dengan seiring berjalannya waktu, keputusan mereka semakin bulat. Menggunakan kekuatan waktu yang mereka pelajari di Akademi Waktu, mereka dapat menjelajahi masa lalu dan melihat apakah skandal kerajaan itu benar-benar mengarah ke konspirasi besar atau hanya sekadar rumor.

Mereka pun memutuskan untuk mengaktifkan kemampuan waktu mereka.

Kael mengangkat tangannya, mengarahkan kekuatan waktunya pada jam kecil yang selalu dibawanya. "Mari kita lihat apa yang tersembunyi di balik tirai kerajaan ini."

Mereka merasa getaran kuat saat kekuatan waktu mulai mengalir. Dalam sekejap, dunia di sekitar mereka berubah. Bayangan masa lalu mulai muncul di udara, menampilkan kejadian-kejadian yang telah terjadi di kerajaan tersebut. Mereka dapat melihat kehidupan sehari-hari para bangsawan, percakapan rahasia yang penuh dengan kebohongan, dan tentunya, drama politik yang menyelubungi kerajaan tersebut.

Mereka menyaksikan sebuah pesta kerajaan di mana para anggota keluarga kerajaan terlibat dalam perdebatan sengit tentang warisan takhta. Seorang pangeran yang telah lama hilang—yang tak dikenal banyak orang, tiba-tiba muncul di hadapan keluarga kerajaan, mengklaim haknya atas takhta yang sebelumnya diperebutkan. Ternyata, sang pangeran ini bukan hanya sekadar pewaris biasa, ia memiliki kekuatan yang mampu mengguncang seluruh kerajaan.

"Jadi, ini dia," Kael berbisik, menatap gambar yang mulai kabur. "Pangeran yang hilang itu mungkin jauh lebih penting daripada yang kita kira. Apakah ia musuh? Atau sekadar alat dalam permainan kekuasaan yang lebih besar?"

Lysandra menatap dengan cermat. "Ada banyak pihak yang terlibat dalam permainan ini. Raja yang tampaknya lemah, seorang pangeran yang muncul begitu saja, dan tentu saja... ada beberapa tokoh misterius yang sepertinya mengendalikan semuanya dari bayangan."

Riven memandang gambar-gambar itu dengan penuh perhatian. "Ini semakin menarik. Sepertinya kerajaan ini sedang berada di ambang kehancuran."

Varic menambahkannya dengan serius, "Namun, kita harus berhati-hati. Terlalu banyak rahasia, terlalu banyak permainan yang sedang berlangsung. Dunia ini tidak jauh berbeda dengan Aetheris, selalu ada pengkhianatan dan tipu daya yang tersembunyi."

Kael mengangguk. "Kita harus lebih dekat untuk memahaminya. Menggunakan kekuatan waktu kita hanya memberi kita gambaran umum. Untuk tahu lebih banyak, kita perlu melangkah ke dalamnya. Menyusup lebih dalam ke istana, berinteraksi dengan para tokoh utama, dan mengetahui siapa yang sebenarnya menarik tali kekuasaan di belakang layar."

"Baiklah," kata Lysandra dengan senyuman tipis. "Sepertinya kita sudah menemukan petualangan yang kita cari. Mari kita lihat bagaimana dunia kerajaan ini akan berkembang."

Dengan keputusan bulat, mereka mempersiapkan diri untuk berangkat ke kerajaan. Dengan kemampuan mereka untuk melihat masa lalu dan mungkin merubah masa depan, mereka siap menyelidiki drama politik yang sedang mengancam kerajaan ini.

Kehidupan yang damai dan membosankan telah berakhir. Drama kerajaan yang penuh dengan tipu daya dan kekuatan tersembunyi kini menjadi ajang petualangan baru bagi Kael dan teman-temannya.

Kael dan teman-temannya memutuskan untuk segera menuju istana kerajaan, tempat di mana semua drama politik dan intrik kekuasaan sedang berkembang. Dengan kemampuan mereka untuk melihat masa lalu melalui kekuatan waktu, mereka tahu bahwa setiap gerak-gerik di dalam istana penuh dengan rahasia yang hanya bisa mereka ungkap jika mereka menyelidiki lebih dalam.

Namun, perjalanan menuju istana bukanlah hal yang mudah. Mereka harus melintasi desa yang telah mereka tinggalkan, melewati jalan-jalan berbatu dan hutan lebat yang mengelilingi wilayah kerajaan. Walaupun perjalanan ini cukup menantang, semangat mereka untuk menemukan kebenaran mendorong mereka untuk terus maju.

Malam sudah tiba ketika mereka akhirnya tiba di gerbang utama istana. Cahaya redup dari lentera yang tergantung di sepanjang jalan mengarah pada sebuah gerbang besar yang terbuat dari besi hitam. Pasukan penjaga berdiri tegap, namun mereka tampaknya tidak mencurigai kedatangan Kael dan kelompoknya. Dengan penampilan mereka yang sederhana, mereka terlihat seperti wisatawan yang datang untuk mengunjungi tempat yang tenang.

"Sepertinya kita perlu lebih berhati-hati," kata Lysandra, melirik pasukan penjaga yang berada di pintu masuk. "Kita tidak bisa langsung masuk begitu saja. Mereka akan curiga jika kita tidak tahu banyak tentang istana ini."

Kael berpikir sejenak. "Kita bisa menyelinap masuk menggunakan kemampuan waktu kita. Kita bisa melihat pergerakan penjaga, mencari celah untuk masuk tanpa ketahuan."

Riven mengangguk. "Baik, kita harus hati-hati. Tidak ada yang tahu kita berasal dari dunia lain, jadi kita harus menjaga identitas kita."

Dengan hati-hati, Kael mengaktifkan kemampuan waktu yang dimiliki mereka. Dunia di sekitar mereka mulai bergerak lambat, sementara mereka bisa melihat gerak-gerik penjaga yang tampak seolah bergerak dalam gerakan lambat. Mereka menyelinap melalui celah yang ada, bergerak dengan tenang menuju halaman istana yang lebih dalam.

Mereka akhirnya sampai di bagian belakang istana, tempat di mana mereka dapat masuk tanpa terlihat. Pintu belakang terhubung langsung dengan ruang bawah tanah yang gelap. Kael dan teman-temannya melangkah masuk, berhati-hati dengan setiap langkah yang mereka ambil. Mereka tidak tahu apa yang menunggu mereka di dalam istana ini, namun mereka tahu bahwa jawaban tentang pangeran yang hilang dan skandal kerajaan tersembunyi di dalamnya.

Di dalam ruang bawah tanah, suasana terasa sangat berbeda dengan kemewahan yang biasa mereka lihat di permukaan istana. Dinding-dinding batu yang gelap, langit-langit yang rendah, dan bau lembap menyelimuti udara. Namun, Kael dan kelompoknya tidak terhenti di sana. Mereka terus berjalan melalui lorong-lorong sempit yang sepertinya tidak pernah terlihat oleh pengunjung biasa.

Lysandra menatap sekitar dengan cermat. "Ini terasa seperti tempat yang tersembunyi. Bisa jadi ada sesuatu yang penting di sini."

"Tunggu," kata Riven sambil berhenti di depan sebuah pintu besi yang terkunci. "Aku merasakan sesuatu. Seperti ada aura sihir di balik pintu ini."

Kael mendekat dan menempatkan tangannya di atas pintu. Memusatkan kekuatan waktunya, ia mulai merasakan gelombang energi yang berasal dari dalam ruang tersebut. "Ada sesuatu di dalam sini. Ini lebih dari sekadar penyimpanan biasa."

Dengan hati-hati, mereka membuka pintu itu. Begitu pintu terbuka, mereka mendapati sebuah ruang yang penuh dengan gulungan-gulungan dan buku-buku tua yang tampaknya menyimpan sejarah kerajaan. Di tengah ruangan itu, ada sebuah meja besar yang tertutup dengan kain merah, di bawahnya, mereka menemukan sebuah kotak kayu tua yang tertutup rapat.

"Lihat ini," Kael berkata, mengangkat kotak itu dengan hati-hati. "Sepertinya ini lebih dari sekadar buku. Apa yang bisa disembunyikan di sini?"

Saat kotak itu dibuka, mereka menemukan sebuah buku kecil dengan sampul kulit yang usang, tertulis dengan tinta emas yang sudah memudar. Kael membuka halaman pertama dengan hati-hati. Di sana, tertera sebuah nama yang membuat jantungnya berdegup kencang: "Pangeran Aleron". Itu adalah nama pangeran yang hilang, yang dikabarkan memiliki klaim atas takhta kerajaan.

"Buku ini berisi lebih dari sekadar sejarah," kata Kael dengan suara yang hampir berbisik. "Ini bisa jadi kunci untuk mengungkap apa yang terjadi dengan pangeran tersebut."

Lysandra menatapnya serius. "Ada yang aneh di sini. Mengapa buku ini disembunyikan? Apa yang sebenarnya terjadi dengan Pangeran Aleron?"

Kael melanjutkan membalik halaman, menemukan bagian yang lebih mengarah pada kejadian-kejadian yang aneh. Dalam tulisan itu, tercatat bahwa Pangeran Aleron telah menghilang setelah peristiwa yang dikenal sebagai "Perebutan Takhta", di mana beberapa anggota keluarga kerajaan bersaing untuk mendapatkan posisi sebagai raja. Namun, ada catatan yang lebih gelap: dikatakan bahwa Pangeran Aleron memiliki kemampuan luar biasa dalam mengendalikan sihir waktu, sebuah kemampuan yang sangat langka dan berbahaya.

"Ini... bisa jadi salah satu alasan kenapa dia hilang," kata Kael, matanya terbelalak. "Pangeran Aleron tidak hanya memiliki klaim atas takhta, tetapi juga kekuatan yang bisa mengubah segalanya."

Varic menyeringai. "Maka, tak heran jika kerajaan ini terlibat dalam konspirasi besar. Sihir waktu sangat berbahaya, bisa jadi ada yang berusaha merebut kekuatan itu darinya."

Mereka mulai memahami lebih dalam, bahwa keberadaan Pangeran Aleron bukan hanya soal warisan atau takhta, tetapi juga soal kontrol atas kekuatan yang bisa mengubah alur waktu itu sendiri.

Lysandra bertanya, "Jika Aleron benar-benar memiliki kemampuan itu, maka siapa yang sedang mengendalikannya sekarang? Dan kenapa kita baru mengetahui hal ini sekarang?"

Kael menatap buku itu dengan serius, seolah mencoba menemukan jawaban yang tersembunyi di antara kata-kata. "Kita perlu menemui seseorang yang tahu lebih banyak tentang sihir ini, tentu saja, tanpa mengungkapkan siapa kita sebenarnya."

Riven mengangguk. "Pangeran Aleron bisa jadi kunci dari seluruh konspirasi ini. Kita harus berhati-hati. Dunia ini penuh dengan tipu daya, dan jika ada seseorang yang ingin mengendalikan sihir waktu, mereka pasti tidak akan berhenti untuk mendapatkannya."

Dengan tekad baru, Kael dan teman-temannya memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh. Mereka tahu bahwa kerajaan ini menyimpan banyak rahasia yang lebih besar dari yang mereka duga sebelumnya. Perjalanan mereka baru saja dimulai, dan meskipun dunia ini penuh dengan kebingungan dan bahaya, mereka siap menghadapinya. Karena satu hal yang pasti: mereka tidak akan berhenti sampai kebenaran terungkap.

Setelah menemukan petunjuk pertama tentang Pangeran Aleron dan kekuatan luar biasanya, Kael dan teman-temannya sepakat untuk membagi tugas mereka. Mereka tahu bahwa untuk mengungkap lebih banyak tentang konspirasi besar yang mengancam kerajaan ini, mereka harus memperdalam penyelidikan mereka dari berbagai sisi.

"Jika kita ingin tahu siapa yang sebenarnya mengendalikan Pangeran Aleron, kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang kelemahan masing-masing pangeran," kata Kael dengan tegas. "Kita juga harus tahu apakah ada rahasia lain yang bisa meruntuhkan klaim mereka, seperti kemungkinan adanya anak haram atau pewaris yang tersembunyi."

Lysandra mengangguk. "Aku setuju. Jika ada anak haram atau pewaris yang tidak sah, itu bisa mengubah seluruh peta perebutan takhta. Kita harus menyelidiki semua kemungkinan."

Dengan begitu, mereka membagi diri menjadi dua kelompok. Kael, Lysandra, dan Riven akan menyelidiki lebih dalam tentang kelemahan masing-masing pangeran yang berkompetisi untuk takhta. Sementara Varic dan Lianara akan menyelidiki kemungkinan adanya anak haram atau pewaris tersembunyi yang mungkin dapat mempengaruhi klaim mereka terhadap takhta.

Kelompok Pertama: Mencari Kelemahan Pangeran

Kael memimpin kelompok pertama menuju berbagai tempat yang dapat memberi mereka informasi lebih lanjut tentang pangeran-pangeran yang terlibat dalam perebutan takhta. Pencarian mereka dimulai dengan mencari bukti-bukti tentang kehidupan pribadi masing-masing pangeran. Mereka harus menemukan sesuatu yang dapat menggoyahkan klaim mereka atau memberi mereka leverage dalam pertempuran politik yang semakin rumit.

"Untuk memulai, kita harus fokus pada Pangeran Aleron," kata Kael. "Jika dia benar-benar memiliki kekuatan untuk mengubah alur waktu, maka bisa jadi itu adalah kelemahan yang bisa dimanfaatkan."

Riven, yang lebih terbiasa dengan penyamaran dan infiltrasi, mengusulkan untuk mendekati para pelayan istana dan beberapa kontak yang mereka miliki di kalangan orang-orang biasa. "Pangeran Aleron pasti punya musuh di dalam istana. Kita bisa mencari tahu apa yang mereka sembunyikan, baik itu kelemahan fisik, mental, atau mungkin hubungan gelap yang bisa dijadikan senjata."

Lysandra, yang lebih fokus pada analisis dan strategi, menambahkan, "Kita juga bisa mencari tahu siapa saja yang paling diuntungkan dengan kehilangan Aleron. Jika dia benar-benar mengendalikan sihir waktu, bisa jadi ada pihak yang lebih kuat yang ingin mengendalikannya atau bahkan menghancurkannya."

Dengan rencana tersebut, mereka menyusuri lorong-lorong tersembunyi di istana, bertanya-tanya kepada pelayan dan pengawal yang tampaknya tahu lebih banyak daripada yang mereka tunjukkan. Beberapa mengatakan bahwa Pangeran Aleron dikenal sebagai sosok yang cerdas, namun juga sangat tertutup dan penuh rahasia. Ada rumor bahwa ia sering bersembunyi di ruang rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang dalam keluarga kerajaan.

"Ada yang mengatakan dia sering berbicara dengan seseorang yang bukan anggota keluarga kerajaan, entah itu seorang penasihat atau seorang ahli sihir," kata salah seorang pelayan tua yang mereka temui di kantin istana. "Tak ada yang tahu pasti siapa dia. Tapi ada yang bilang, Pangeran Aleron sedang merencanakan sesuatu yang besar."

"Apakah ada hubungan pribadi yang bisa dimanfaatkan?" tanya Riven dengan tajam.

Pelayan itu tampak ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ada... sebuah hubungan terlarang dengan seorang wanita dari keluarga biasa. Namun, itu sudah berlangsung lama, dan tidak banyak yang tahu."

Lysandra mencatat informasi itu dalam pikirannya. "Ini bisa jadi kelemahan. Jika benar ada wanita dari keluarga biasa yang terlibat, bisa jadi anak dari hubungan itu akan menjadi masalah besar jika diketahui."

Mereka melanjutkan penyelidikan mereka, bertanya lebih banyak kepada orang-orang di sekitar istana. Mereka mendapati bahwa Pangeran Aleron lebih sering bersembunyi dari pandangan publik, dan pertemuannya dengan para anggota keluarga kerajaan pun selalu diatur dengan sangat hati-hati. Sebuah gambaran yang mulai memberi petunjuk bahwa ia tidak sepenuhnya dapat dipercaya, bahkan di kalangan keluarganya sendiri.

Kelompok Kedua: Menyusuri Jejak Anak Haram

Di sisi lain, Varic dan Lianara memutuskan untuk memeriksa kemungkinan adanya anak haram atau pewaris takhta yang tidak sah. Mereka tahu bahwa dalam sejarah kerajaan, sering kali ada pihak yang berusaha menyembunyikan hubungan gelap yang bisa memengaruhi takhta. Dengan menggunakan kemampuan mereka untuk mengakses dokumen-dokumen lama dan mencari tahu lebih banyak tentang silsilah keluarga kerajaan, mereka berharap menemukan petunjuk yang bisa membalikkan keadaan.

"Jika ada anak haram atau seseorang yang di luar garis keturunan yang punya hak atas takhta, kita harus menemukannya sekarang," kata Varic sambil membuka salah satu buku genealogis tua yang mereka temukan di perpustakaan kerajaan. "Kerajaan ini penuh dengan kebohongan, dan jika kita ingin mengungkap semuanya, kita perlu menggali sejarah lebih dalam."

Lianara lebih tertarik pada aspek rahasia istana yang sering terlupakan. "Aku mendengar ada dokumen-dokumen yang disembunyikan di ruang arsip rahasia. Bisa jadi mereka menyembunyikan sesuatu di sana, entah itu surat-surat atau catatan-catatan penting yang tidak pernah dicatat secara resmi."

Mereka bergerak cepat dan hati-hati menuju arsip kerajaan yang tersembunyi di balik dinding rahasia. Setelah beberapa saat, mereka berhasil menemukan pintu yang tersembunyi di belakang sebuah rak buku besar. Pintu itu membuka ke ruang yang sangat gelap dan penuh dengan debu, namun di dalamnya, mereka menemukan banyak dokumen yang terlihat sangat tua dan rapuh.

Varic mulai memeriksa satu per satu, membuka gulungan-gulungan yang disegel rapat. "Lihat ini," katanya akhirnya. "Sebuah catatan yang menyebutkan seorang wanita bernama Elara, yang diduga memiliki anak dari raja sebelumnya. Namun, keberadaan anak ini disembunyikan begitu saja. Tidak ada catatan resmi tentang kelahirannya, dan semuanya dipadamkan dari sejarah kerajaan."

Lianara menatap dokumen itu dengan penuh perhatian. "Apakah anak itu bisa jadi pewaris yang sah? Jika iya, dia bisa mengubah segalanya."

Varic mengangguk. "Ini bisa jadi anak yang dilupakan oleh sejarah. Dan jika kita dapat menemukan lebih banyak informasi tentangnya, kita mungkin bisa membalikkan arus perebutan takhta ini."

Malam semakin larut saat kedua kelompok itu berkumpul kembali. Mereka berbagi informasi yang mereka temukan, dengan Kael dan Lysandra membawa bukti tentang hubungan gelap Pangeran Aleron, sementara Varic dan Lianara mengungkapkan potensi adanya anak haram yang bisa menjadi ancaman bagi klaim takhta keluarga kerajaan.

"Jika ada anak dari Elara yang benar-benar memiliki darah kerajaan, dia bisa jadi pesaing yang jauh lebih kuat dari yang kita kira," kata Kael dengan serius. "Kita harus menemukan lebih banyak informasi tentang anak itu, siapa dia, di mana dia berada, dan apa yang sebenarnya terjadi dengan kelahirannya."

Lysandra menambahkan, "Sementara itu, kita juga harus menyelidiki Pangeran Aleron lebih dalam. Jika kekuatan sihir waktu benar-benar ada dalam dirinya, itu bisa menjadi kunci untuk merubah segala sesuatu."

Riven mengangguk. "Tapi kita harus berhati-hati. Terlalu banyak orang yang berusaha mengendalikan takhta ini, dan kita tidak tahu siapa yang bisa dipercaya."

Varic menyeringai. "Tentu saja, kita harus terus bergerak dengan hati-hati. Tidak ada yang bisa kita percayai di istana ini."

"Benar," kata Kael dengan tekad yang semakin menguat. "Sekarang, kita punya dua petunjuk besar: Pangeran Aleron dan anak yang hilang. Salah satunya pasti akan mengarah pada kebenaran."

Dengan langkah penuh tekad, mereka bersiap untuk melangkah lebih jauh ke dalam misteri yang semakin rumit ini. Tak hanya tentang kerajaan, tetapi juga tentang masa depan mereka yang semakin bergantung pada keputusan yang mereka buat.

Malam semakin larut saat Kael dan teman-temannya berkumpul di sebuah ruangan tersembunyi di dalam istana, tempat mereka menyembunyikan diri dari pandangan umum. Sebuah meja besar terletak di tengah ruangan, dipenuhi dengan gulungan kertas, catatan, dan berbagai dokumen yang telah mereka kumpulkan selama pencarian mereka. Masing-masing anggota kelompok membawa informasi yang mereka dapatkan, dan sekarang saatnya untuk menganalisis semuanya dengan cermat.

Kael berdiri di depan meja, menghadap teman-temannya dengan ekspresi serius. "Kita telah mengumpulkan banyak informasi, tapi sekarang kita harus memutuskan langkah kita selanjutnya. Semua petunjuk ini memberi kita gambaran yang lebih jelas, tapi juga membuka banyak pertanyaan baru."

Lysandra membuka gulungan pertama yang dia temukan, berisi rincian tentang hubungan terlarang antara Pangeran Aleron dan seorang wanita bernama Elara. "Pangeran Aleron tampaknya memiliki kelemahan yang bisa dimanfaatkan, sebuah hubungan yang disembunyikan dengan sangat hati-hati. Tapi apakah itu cukup untuk menggoyahkan klaimnya terhadap takhta?"

Riven mengangguk, menatap catatan-catatan yang lebih banyak lagi. "Dia bukan satu-satunya pangeran yang punya rahasia. Jika kita mencari lebih dalam, pasti ada lebih banyak hal yang bisa kita ungkap. Setiap langkah yang diambil oleh para pangeran ini tampaknya sangat dihitung, dan semua orang memiliki permainan mereka sendiri."

Varic, yang berada di sisi lain meja, membuka dokumen-dokumen yang dia dan Lianara temukan tentang anak haram yang mungkin memiliki klaim sah atas takhta. "Tapi ini lebih rumit. Anak yang hilang dari Elara, jika dia benar-benar ada, bisa saja menjadi ancaman lebih besar dari yang kita duga. Tidak hanya karena darah kerajaan yang mengalir dalam dirinya, tetapi juga karena kita tidak tahu siapa yang membesarkannya atau di mana dia sekarang."

Lianara menambahkan, "Jika anak itu benar-benar ada, dia pasti telah disembunyikan dengan tujuan tertentu. Mungkin ada orang yang berusaha membesarkannya dalam bayang-bayang untuk tujuan mereka sendiri. Bisa jadi dia adalah alat dalam permainan besar ini, atau bahkan, dia adalah calon penguasa yang sengaja dilupakan."

Kael menyandarkan diri ke meja, menatap teman-temannya dengan penuh perhatian. "Jadi ini yang perlu kita pahami: apakah seorang anak haram, yang memiliki darah kerajaan, bisa jadi penguasa? Atau apakah mereka hanya akan dianggap sebagai anak yang tidak sah, seperti yang kita duga sebelumnya?"

Lysandra menghela napas. "Itu tergantung pada pandangan masyarakat. Di satu sisi, jika anak itu diketahui dan dianggap sah oleh rakyat, maka dia akan menjadi ancaman besar bagi siapa saja yang ingin memegang takhta. Tapi jika klaimnya dipertanyakan atau disangkal, dia bisa saja dijadikan alat politik untuk mencapai tujuan lain."

Varic mengangguk setuju. "Tapi kita tahu, dalam permainan politik ini, klaim sah tidak selalu bergantung pada darah. Terkadang, yang penting adalah siapa yang mengendalikan kekuatan—baik itu militer, sihir, atau bahkan dukungan dari para bangsawan dan rakyat."

"Jadi," kata Kael sambil berjalan mondar-mandir, "kita perlu mencari tahu siapa yang mendukung anak haram ini, jika dia benar-benar ada. Jika ada orang yang ingin menjadikannya penguasa, kita harus tahu siapa mereka dan apa tujuan mereka."

Lianara berpikir sejenak sebelum berbicara. "Kita juga perlu memeriksa lebih dalam hubungan antara Elara dan keluarga kerajaan. Jika memang ada anak dari hubungan itu, ada kemungkinan besar keluarga kerajaan, terutama para bangsawan yang ingin menjaga status quo—akan berusaha menutupi keberadaannya. Mereka pasti memiliki alasan untuk menyembunyikan anak ini."

"Betul," kata Kael, "dan kita juga harus ingat bahwa ini bukan hanya tentang klaim takhta. Jika anak haram ini bisa memanfaatkan fakta bahwa dia adalah keturunan raja, dia bisa memobilisasi dukungan dari pihak yang tidak puas dengan pemerintahan yang ada sekarang. Ini akan membuka peluang besar bagi kita untuk memanipulasi situasi sesuai keinginan kita."

Lysandra, yang semakin tertarik dengan dinamika politik ini, menyarankan, "Mungkin kita harus membuat sebuah permainan, menguji sejauh mana klaim sang anak haram bisa diterima oleh keluarga kerajaan dan bangsawan. Jika kita bisa memanipulasi bukti dan menciptakan keraguan tentang siapa yang berhak atas takhta, kita bisa menggoyahkan kekuasaan mereka. Mungkin ini saatnya untuk melibatkan kekuatan kita dalam permainan ini."

"Bagaimana caranya?" tanya Kael, ingin memastikan bahwa setiap langkah mereka dipikirkan dengan matang.

Lysandra tersenyum tipis. "Dengan memanipulasi informasi yang kita miliki, kita bisa mulai menyebarkan desas-desus. Jika kita bisa menciptakan kebingungan tentang siapa yang berhak atas takhta, kita bisa mendorong para bangsawan dan pihak-pihak yang berkuasa untuk bertindak. Dengan begitu, kita bisa memicu konfrontasi antara pihak-pihak yang bersaing untuk mendapatkan dukungan rakyat."

Riven menambahkan, "Kita juga bisa memanfaatkan Pangeran Aleron, jika dia benar-benar memiliki kekuatan yang kita kira, kita bisa membuatnya terperangkap dalam permainan ini. Sebuah taktik untuk memanipulasi keyakinan orang-orang tentang siapa yang paling layak memimpin."

Varic tampak berpikir keras. "Tapi kita harus hati-hati. Terlalu banyak pihak yang bermain, dan kita belum tahu siapa yang akan menang jika permainan ini berlanjut. Kita bisa jadi terjebak dalam kekacauan ini, atau malah diperalat."

Kael akhirnya mengangguk, merasa bahwa mereka semua telah sampai pada kesimpulan yang penting. "Jadi kita mulai permainan ini dengan mengungkapkan klaim sang anak haram, juga dengan memberi tekanan pada Pangeran Aleron dan rahasia-rahasia gelapnya. Kita buat semua orang merasa tidak aman, meragukan siapa yang benar-benar pantas memerintah, dan biarkan konflik ini mengarah ke pertarungan terbuka untuk mendapatkan dukungan."

Lysandra tersenyum lebar, senang dengan rencana yang telah terbentuk. "Itulah yang disebut permainan kekuasaan."

Dengan rencana yang telah mereka sepakati, kelompok itu mulai bergerak. Kael, Lysandra, Riven, Varic, dan Lianara semua memiliki peran yang jelas dalam skema besar ini. Mereka tahu bahwa jalan yang mereka pilih penuh dengan risiko, dan keputusan yang mereka buat akan mempengaruhi bukan hanya takhta kerajaan, tetapi juga takdir dunia yang baru mereka masuki.

Malam itu, mereka berpisah untuk menjalankan misi mereka. Setiap langkah mereka sekarang akan dihitung, dan mereka harus siap menghadapi segala konsekuensi yang akan datang. Sebuah permainan besar baru saja dimulai, sebuah permainan yang akan menentukan siapa yang benar-benar layak menguasai kerajaan ini.

Beberapa hari setelah Kael dan teman-temannya mulai menjalankan rencana mereka, ada sesuatu yang semakin jelas tentang anak haram yang mereka perhatikan, Aeron, pewaris takhta yang hilang. Tidak seperti yang mereka duga, Aeron bukan hanya sekadar sosok yang terjebak dalam permainan politik dan intrik kerajaan. Ada sesuatu yang lebih aneh tentang dirinya, sesuatu yang mulai terungkap saat mereka menyelidiki lebih dalam.

Pada suatu malam, saat Kael dan teman-temannya mengintip Aeron dari balik bayang-bayang, mereka menyaksikan perubahan yang mencolok. Aeron, yang semula tampak cemas dan bingung, tiba-tiba terhanyut dalam sebuah keadaan yang tidak bisa mereka jelaskan. Dengan mata tertutup dan tubuh yang kaku, Aeron seolah-olah terjatuh ke dalam mimpi atau kenangan yang sangat jauh. Ketika dia membuka matanya lagi, tidak ada lagi kecemasan di wajahnya. Sebaliknya, ada keyakinan yang dalam dan kedamaian aneh yang datang dengan sikapnya.

"Dia... berubah," bisik Lysandra, matanya mengikuti setiap gerakan Aeron. "Seperti ada yang mengalir dalam dirinya—seperti dia tidak berada di sini, di waktu ini."

Riven menyipitkan matanya, merasakan ketegangan yang menguar dari situasi tersebut. "Apakah dia sedang berhalusinasi? Atau... apakah ada sesuatu yang lebih besar terjadi di dalam dirinya?"

Kael mengerutkan kening, melihat sosok Aeron yang kini tampak lebih tua, lebih bijaksana, dan lebih penuh tujuan. Tidak hanya itu, Aeron mulai berbicara dengan dirinya sendiri dalam bisikan yang terputus-putus, namun suaranya jelas dan penuh tekad. "Aku tahu apa yang harus dilakukan... mereka tidak akan tahu apa yang akan datang."

"Ini lebih dari sekadar permainan politik," gumam Kael, perasaan aneh mulai menyelimuti dirinya. "Dia tidak hanya sekadar tahu apa yang terjadi, dia merasakan masa depan, seolah-olah dia kembali ke masa lalu."

"Regresi..." kata Varic perlahan, menyadari adanya hubungan dengan fenomena yang telah mereka baca tentang sihir kuno. "Dia mengingat waktu yang lebih jauh, seperti dia kembali ke masa lalu, atau bahkan masa depan yang belum terjadi. Apa yang sedang terjadi dengan dirinya?"

Seiring waktu, semakin jelas bahwa Aeron tidak hanya terjebak dalam keinginan untuk merebut takhta, tetapi ia juga mengalami semacam regresi, sebuah fenomena yang tidak biasa di dunia mereka. Regresi ini bukanlah sekadar kenangan masa lalu yang terjaga, melainkan sebuah proses di mana ingatannya kembali ke periode waktu sebelumnya, seolah-olah dia pernah hidup dalam berbagai zaman atau dimensi yang berbeda.

Lianara, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang sihir, akhirnya memahami fenomena ini. "Regresi bukan hanya sekadar mimpi atau kenangan. Itu adalah perjalanan mental ke masa lalu, atau bahkan ke masa depan yang belum terjadi. Dia bukan hanya mengingat kehidupan sebelumnya, dia terhubung dengan banyak periode waktu, seolah-olah waktu itu tidak bergerak secara linier baginya."

Kael mengerutkan kening, mencoba memahami. "Jadi, dia tidak hanya melihat masa depannya, tapi... mengingat seluruh garis waktu yang saling berhubungan, meskipun itu belum terjadi?"

Lianara mengangguk. "Tepat. Dan ini menjelaskan kenapa Aeron tampaknya tahu banyak hal yang akan terjadi. Regresi semacam ini bisa merusak kestabilan pikirannya, dan bisa mempengaruhi cara dia bertindak. Itu mungkin juga alasan mengapa dia merasa tidak ada yang bisa menghalangi rencananya, dia tahu langkah-langkah yang harus diambil karena dia sudah melihat semuanya sebelumnya."

Namun, ada sesuatu yang lebih aneh lagi. Dalam regresinya, Aeron tidak tampak mengenali Kael dan teman-temannya. Mereka, yang sudah terlibat dalam intrik kerajaan dan sihir waktu, merasa asing bagi dirinya. Ketika Kael secara langsung menghadapinya dalam penyamaran, Aeron bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mengenal mereka.

"Apa yang terjadi?" tanya Kael, terkejut. "Kenapa dia tidak mengenali kita? Bukankah kita sudah bertemu sebelumnya?"

Lysandra mengerutkan kening. "Ini semakin membingungkan. Jika dia bisa melihat masa depan dan mengingat banyak peristiwa, kenapa kita tidak ada dalam gambaran itu? Apakah kita tidak mempengaruhi takdirnya? Atau... apakah kita hanya bagian kecil dari takdir yang lebih besar?"

Riven menggigit bibirnya, merasa ada yang sangat salah. "Kita seolah tidak pernah ada dalam ingatannya. Seolah-olah kita hanyalah bayangan yang tidak penting. Apakah ada kemungkinan dia sudah melihat kita dan memilih untuk tidak melibatkan kita dalam rencananya?"

Kael menggelengkan kepala. "Tidak, ini lebih dari sekadar memilih. Sepertinya... kita benar-benar tidak ada dalam ingatannya. Seperti kita tidak ada di dalam jalur waktu yang dia alami."

Semakin mereka menyelidiki, semakin mereka menyadari bahwa Aeron tidak hanya mengingat masa depan, dia menjalani masa depan itu. Regresi yang dia alami lebih dari sekadar kemampuan untuk merasakan peristiwa yang akan datang. Sepertinya, dia telah hidup dalam banyak realitas waktu, terjebak di antara periode-periode yang berulang.

Kael menyadari satu hal penting. "Aeron mengalami banyak kehidupan yang berulang, seperti sebuah lingkaran waktu yang tanpa henti. Apa yang kita lihat sekarang, mungkin hanya satu dari banyak kemungkinan jalur yang pernah dilaluinya."

Lianara mengangguk. "Tapi dalam setiap periode waktu itu, dia selalu berakhir dengan satu tujuan yang sama, balas dendam pada keluarga kerajaan. Hanya saja, dalam beberapa versi waktunya, dia mungkin sudah tahu bahwa kita akan datang, dan itu sebabnya kita tidak ada dalam ingatannya. Kita mungkin tidak terlibat dalam takdir yang sudah dia pilih."

Riven menambahkan, "Mungkin kita hanya sebuah gangguan dalam jalur waktu yang sudah dia pilih. Sesuatu yang tidak penting, karena dia sudah menjalani setiap kemungkinan yang ada."

Kael merasa terjebak dalam dilema yang lebih besar. "Tapi jika itu benar, lalu bagaimana kita bisa mengubah takdir ini? Jika dia terus kembali ke masa lalu dan mengingat segalanya, apakah kita akan terus mengikuti jalur yang sama? Bagaimana kita bisa menghentikan balas dendamnya, jika kita tidak ada dalam rencananya?"

Varic, yang telah diam sepanjang diskusi, akhirnya berbicara dengan suara rendah, "Mungkin bukan tentang mengubah takdirnya. Mungkin kita harus mencari cara untuk mengubah kita sendiri, untuk memahami kenapa kita terabaikan dalam ingatannya. Apakah kita adalah bagian dari rencana yang lebih besar? Atau apakah kita hanya bagian dari masa depan yang belum sepenuhnya terbentuk?"

Aeron, dengan regresinya yang terus berlanjut, menjadi semakin gelap dan berbahaya. Setiap kali dia kembali ke waktu yang berbeda, dia semakin kuat, semakin penuh dengan pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang akan datang. Dan dalam setiap perjalanan kembali itu, satu hal tetap jelas, tujuan utamanya adalah balas dendam pada keluarga kerajaan. Namun, apakah dia benar-benar bisa menghindari pertemuan dengan Kael dan teman-temannya? Atau apakah mereka memang hanya sebuah bayangan yang akan selalu mengikutinya?

Takdir mereka kini terhubung dalam lingkaran yang penuh ketidakpastian, apakah mereka akan mengubah jalur waktu ini, atau apakah mereka hanya akan terperangkap dalam takdir yang sudah ditentukan oleh seseorang yang tahu terlalu banyak tentang masa depan?