Perjalanan ke berbagai tempat yang telah dipersiapkan untuk study tour terus berlanjut, namun ada satu hal yang tak terduga, kecepatan para siswa dalam menyerap ilmu. Meskipun mereka datang dengan pengetahuan terbatas mengenai fisika, kimia, biologi, dan sosiologi, banyak dari mereka mulai menunjukkan kemampuan luar biasa dalam memahami konsep-konsep dasar yang sebelumnya tampak rumit dan asing bagi mereka.
Setiap kali Kael dan teman-temannya mengajarkan suatu topik baru, banyak dari para siswa yang mulai berpikir lebih kritis. Di Kota Dalroth, misalnya, ketika Riven mengajarkan dasar-dasar fisika, seperti hukum gerak dan penggunaan energi untuk meningkatkan efisiensi pertanian, beberapa siswa dengan cepat menghubungkan konsep-konsep itu dengan sihir yang mereka pelajari di akademi. Mereka mulai melihat persamaan antara bagaimana energi bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mereka menggunakan magia dalam kehidupan mereka.
"Jika energi dapat diubah bentuknya melalui mesin, apakah itu berarti sihir bisa memanipulasi energi dalam bentuk lain?" salah seorang siswa bertanya, namanya Dorian, seorang anak dari keluarga bangsawan yang seringkali terlibat dalam studi sihir.
Riven tersenyum. "Tepat. Kalian bisa melihat adanya hubungan. Ilmu pengetahuan dan sihir mungkin tampak terpisah, tetapi keduanya berhubungan erat. Sihir kalian bekerja melalui pengaturan energi, dan fisika menjelaskan bagaimana energi itu dapat berubah bentuk."
Di sisi lain, Lysandra juga melihat kemajuan yang pesat dalam pelajaran biologi. Para siswa yang awalnya tampak bingung tentang konsep dasar seperti sistem peredaran darah atau proses fotosintesis, kini mulai bertanya tentang konsep-konsep lebih lanjut, seperti evolusi atau bagaimana keanekaragaman hayati berperan dalam keseimbangan ekosistem.
"Jadi, apa yang kita pelajari tentang fotosintesis ini bisa membantu kita memahami bagaimana tanaman dapat tumbuh di berbagai lingkungan, bahkan lingkungan yang sangat ekstrem?" salah seorang siswa bertanya, matanya berbinar-binar saat ia merenungkan konsep tersebut.
Lysandra mengangguk dengan penuh semangat. "Ya, benar sekali. Ini adalah dasar yang bisa digunakan untuk mengembangkan teknik pertanian yang lebih baik, atau bahkan menemukan cara baru untuk bertahan hidup di tempat-tempat yang sulit dijangkau."
Para siswa yang awalnya merasa terasing dengan pelajaran semacam ini kini mulai melihatnya bukan hanya sebagai teori yang sulit, tetapi sebagai alat yang berguna dalam kehidupan mereka, baik untuk memperbaiki dunia sihir mereka maupun untuk kehidupan sehari-hari mereka.
Namun yang lebih mencengangkan adalah kemajuan yang dicapai oleh para siswa dalam sosiologi. Meskipun subjek ini awalnya tampak tidak terkait langsung dengan sihir atau pertarungan, Kael dan teman-temannya berhasil menunjukkan pentingnya memahami struktur sosial, interaksi antar individu, dan pola-pola masyarakat.
"Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara individu dan kelompok dalam sebuah masyarakat, kita bisa memahami bagaimana sebuah kerajaan atau bahkan negara berfungsi?" tanya Elena, yang sebelumnya lebih fokus pada sihir daripada ilmu sosial.
"Betul sekali," jawab Kael, mengangguk. "Pemahaman tentang sosiologi bisa membantu kalian mengelola masyarakat dengan lebih baik, memahami bagaimana kebijakan publik atau perubahan sosial dapat mempengaruhi hidup orang banyak. Dan ini sangat penting untuk para pemimpin, seperti kalian, yang akan memimpin kerajaan di masa depan."
Lianara, yang sebelumnya cukup pendiam, kini mulai menunjukkan minat yang lebih besar dalam ilmu sosial. "Apa yang kita pelajari tentang sosiologi dapat membantu kita memahami bagaimana berbagai kelompok dalam masyarakat berinteraksi, dan mengapa beberapa kelompok bertindak dengan cara tertentu," katanya, sambil memimpin diskusi tentang ketimpangan sosial di antara masyarakat dan bagaimana perubahan sosial dapat terjadi.
Para siswa mulai merasakan betapa pentingnya sosiologi dalam mengelola dan mengatur masyarakat. Mereka tidak hanya melihatnya sebagai ilmu yang membosankan atau tidak relevan, tetapi sebagai alat yang berguna untuk memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di tingkat pribadi maupun dalam tatanan sosial yang lebih luas.
Menyadari bahwa para siswa mulai lebih cepat memahami dan menguasai materi-materi dasar, Kael dan teman-temannya memutuskan untuk mempercepat materi mereka, melangkah lebih jauh dari sekadar konsep dasar dan mengarah ke tingkat yang lebih menengah.
"Sepertinya kita harus melangkah lebih jauh," kata Kael kepada teman-temannya, saat mereka berkumpul di salah satu camp mereka di tengah perjalanan. "Jika mereka sudah cukup memahami konsep dasar ini, mungkin sudah saatnya kita mengenalkan lebih banyak topik yang lebih kompleks."
Riven setuju. "Kita bisa mulai dengan memperkenalkan konsep-konsep lebih dalam dalam fisika, seperti energi kinetik yang lebih rumit, atau hukum termodinamika. Untuk biologi, kita bisa berbicara tentang genetika dan ekologi. Dan dalam sosiologi, kita bisa membahas tentang struktur kekuasaan dan bagaimana perubahan dalam masyarakat bisa mempengaruhi negara."
Lysandra, dengan antusias, menambahkan, "Dalam kimia, kita bisa mulai mengenalkan pada mereka konsep reaksi kimia yang lebih rumit dan bagaimana mereka berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Bagaimana obat bekerja dalam tubuh kita, atau bagaimana perubahan kimia terjadi dalam alam."
Lianara, yang biasanya lebih tenang, ikut memberikan pendapat. "Jika kita mulai dengan topik-topik seperti itu, para siswa akan lebih siap untuk memahami kompleksitas dunia nyata yang mereka hadapi, baik dalam dunia sihir maupun dalam kehidupan sehari-hari."
Dengan pemikiran ini, mereka mulai menyesuaikan rencana pengajaran mereka. Dalam waktu singkat, para siswa mulai terpapar pada materi yang lebih rumit. Banyak dari mereka merasa sedikit kewalahan, tetapi mereka tidak mundur. Sebaliknya, mereka semakin bersemangat untuk mempelajari lebih banyak.
Meskipun kemajuan yang dicapai luar biasa, masih ada tantangan. Sebagai contoh, ketika mereka memulai topik termodinamika di kelas fisika, sebagian besar siswa merasa kesulitan untuk memahami hukum pertama dan kedua termodinamika, yang menyatakan tentang perubahan energi dan entropi dalam sistem tertutup.
"Saya... saya tidak sepenuhnya mengerti," kata Ariel, seorang siswa cerdas namun sedikit tertinggal, sambil memandang rumus-rumus yang tertulis di papan tulis. "Bagaimana energi bisa mengalir seperti itu?"
"Begini," kata Kael dengan sabar, "energi itu tidak bisa dihancurkan, hanya bisa berubah bentuk. Hukum pertama mengatakan itu. Namun, dalam setiap perubahan, ada kehilangan energi dalam bentuk panas, yang disebut entropi. Misalnya, ketika kalian menggunakan sihir untuk melemparkan api, energi sihir yang kalian keluarkan berubah bentuk, tapi ada juga energi yang hilang dalam proses itu."
Setelah penjelasan Kael, akhirnya sebagian besar siswa mulai memahami, meskipun konsep-konsep tersebut membutuhkan waktu untuk diserap sepenuhnya.
Namun, meski ada tantangan, semangat para siswa tetap tinggi. Mereka terus bekerja keras untuk memahami dan memperdalam pengetahuan mereka, tidak hanya karena mereka ingin mengikuti pelajaran, tetapi karena mereka mulai merasakan manfaat nyata dari ilmu yang mereka pelajari—baik dalam kehidupan pribadi mereka, maupun dalam persiapan mereka untuk masa depan sebagai pemimpin dan pelopor di dunia mereka.
Kini, mereka tahu bahwa pemahaman ilmu pengetahuan bukanlah hal yang sepele. Ini adalah fondasi yang akan membentuk mereka menjadi pemimpin yang lebih bijaksana, lebih terinformasi, dan lebih siap menghadapi dunia yang kompleks, baik dengan pedang di tangan, atau dengan ilmu di pikiran mereka.
Study tour telah selesai, kael dan temannya kembali ke akademi kerajaan dengan memberikan laporan hasil yang memuaskan bagi pihak akademi maupun kerajaan.
Hari itu, ketika Kael dan teman-temannya tengah mengajar di Akademi Kerajaan, suasana di ruang kelas terasa berbeda dari biasanya. Mereka memang telah sepakat untuk mengambil pekerjaan mengajar demi mengisi waktu kosong setelah menyelesaikan tugas yang mereka rasa kurang menantang. Sambil terus mencari cara untuk belajar lebih banyak tentang dunia sihir dan pedang, mereka menikmati tantangan baru dalam berbagi pengetahuan yang mereka bawa dari dunia Aetheris. Namun, tak lama setelah mereka selesai dengan kelas fisika dan kimia tingkat dasar, sebuah kejadian tak terduga terjadi.
Rael, penjaga waktu yang terkenal, muncul di tengah akademi. Kael, Lysandra, Riven, Lianara, dan Varic yang tengah bersantai di ruang pertemuan, langsung menyadari kehadirannya, tidak hanya karena Rael adalah sosok yang penuh misteri, tetapi juga karena kedatangan penjaga waktu selalu berarti ada sesuatu yang sangat penting.
"Kael, Lysandra, Riven, Lianara, Varic," suara Rael yang dalam dan tenang menggema di ruang tersebut, membuat mereka langsung menatapnya dengan rasa hormat. Rael tidak pernah datang tanpa alasan yang jelas, dan kali ini, kehadirannya membuat mereka curiga akan sesuatu yang besar.
"Rael, ada apa?" tanya Kael dengan suara yang tenang, meskipun ia merasa sedikit cemas. Tujuan mereka di dunia ini memang sederhana, belajar dan bersenang-senang, tetapi mereka tahu bahwa ketika penjaga waktu datang, itu bukanlah pertanda biasa.
Rael menatap mereka satu per satu, dan kemudian berbicara dengan serius, "Aku datang untuk memberi peringatan. Apa yang kalian ajarkan di sini, ilmu yang kalian bawa dari dunia Aetheris, bukan hanya sekadar pengetahuan biasa. Kalian telah membuka pintu yang tidak bisa ditutup begitu saja, dan ini bisa memiliki dampak yang lebih besar daripada yang kalian bayangkan."
Kael dan teman-temannya saling bertukar pandang, bingung dengan kata-kata Rael. Mereka tahu bahwa apa yang mereka ajarkan memang baru bagi dunia ini, ilmu yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, mereka tidak menyangka bahwa hal tersebut bisa menimbulkan masalah sebesar yang Rael katakan.
"Apa yang kalian ajarkan tentang fisika, kimia, biologi, dan sosiologi, itu bisa mengubah jalannya sejarah, bahkan memengaruhi aliran waktu itu sendiri," lanjut Rael, mengamati reaksi mereka. "Pengetahuan ini, jika digunakan dengan salah, bisa menghancurkan dunia ini. Bahkan bisa mengubah tatanan waktu dan ruang."
Lysandra mengernyitkan alisnya. "Tapi kami hanya mengajarkan dasar-dasar. Ini pengetahuan dasar yang seharusnya bisa dipahami oleh siapa pun yang belajar."
"Dan itulah masalahnya," jawab Rael. "Ilmu ini sangat kuat. Kalian mengajarkan hal yang sangat mendasar, tetapi di dunia ini, pengetahuan itu belum ada. Jadi meskipun kalian hanya mengajarkan dasar-dasar, efeknya bisa jauh lebih besar dari yang kalian kira."
Varic, yang biasanya cenderung tenang dan berpikir rasional, menatap Rael dengan serius. "Jadi, apa yang seharusnya kami lakukan? Apakah kami harus menghentikan pengajaran?"
Rael menggelengkan kepalanya. "Tidak. Ilmu ini tetap perlu diajarkan. Dunia ini membutuhkan pengetahuan ini untuk berkembang. Tapi kalian harus lebih berhati-hati. Kalian harus memastikan bahwa pengetahuan ini dipahami dengan bijaksana dan hanya disebarkan kepada mereka yang siap menggunakannya. Jangan sampai jatuh ke tangan yang salah, atau dunia ini bisa terguncang."
Kael mengangguk pelan, memahami beratnya tanggung jawab yang kini mereka hadapi. "Kami akan berhati-hati. Kami tidak akan membiarkan ilmu ini disalahgunakan."
Rael menatap mereka sejenak, memastikan bahwa mereka mengerti konsekuensi dari pengajaran ini. "Ingat, ilmu pengetahuan adalah kekuatan besar. Gunakanlah dengan hati-hati, dan jangan pernah meremehkan apa yang bisa terjadi jika kalian salah langkah."
Dengan peringatan itu, Rael menghilang begitu saja, seolah-olah disedot kembali oleh waktu yang ia jaga. Kael dan teman-temannya terdiam sejenak, merenungkan apa yang baru saja mereka dengar. Tidak ada kata-kata lebih lanjut yang perlu diucapkan, mereka tahu bahwa tugas mereka kini jauh lebih berat dari yang mereka bayangkan.
Setelah kedatangan Rael, suasana di Akademi Kerajaan berubah. Meskipun tujuan mereka awalnya hanya untuk mengajar dan mengeksplorasi dunia baru ini, kini mereka harus memikul tanggung jawab yang lebih besar. Pengetahuan yang mereka bawa dari dunia Aetheris, yang mereka anggap sebagai hal biasa, ternyata memiliki potensi untuk mengubah aliran waktu itu sendiri.
Rael telah memberi mereka peringatan yang jelas, dan meskipun Kael dan teman-temannya tidak berniat untuk menghentikan pengajaran mereka, mereka kini lebih waspada. Mereka tahu bahwa pengajaran mereka akan memengaruhi banyak hal, baik di dunia ini, maupun mungkin di dunia-dunia lain yang terhubung melalui aliran waktu.
Namun, meskipun mereka harus berhati-hati, mereka tidak bisa berhenti begitu saja. Ilmu ini perlu diteruskan. Dunia ini membutuhkan pengetahuan untuk berkembang, dan mereka memiliki kesempatan untuk membawanya ke sini, ke dunia yang belum siap untuk itu. Mereka hanya perlu memastikan bahwa pengetahuan itu dipahami dan digunakan dengan kebijaksanaan, agar tidak ada yang disalahgunakan.
Kael dan teman-temannya memutuskan untuk melanjutkan tugas mereka dengan lebih hati-hati, dan mulai lebih selektif dalam memilih siapa yang akan menerima pengajaran mereka. Mereka juga berjanji untuk menjaga keseimbangan antara memberikan ilmu dan memastikan bahwa pengetahuan ini tidak jatuh ke tangan yang salah.
Dengan segala peringatan yang datang dari Rael, mereka tahu satu hal pasti: tugas mereka di dunia ini belum selesai, dan tantangan yang lebih besar mungkin baru saja dimulai.
Hari-hari berlalu, dan meskipun Kael dan teman-temannya terus menjalankan tugas mereka di Akademi Kerajaan, perasaan yang mereka miliki mulai berubah. Mereka menyadari bahwa waktu mereka di dunia ini, meskipun bermanfaat, tidak bisa berlangsung selamanya. Tanggung jawab yang mereka emban, terutama setelah peringatan dari Rael, semakin berat dan mereka merasa seakan dunia ini sedang menarik mereka ke arah yang lebih dalam dan lebih kompleks daripada yang mereka inginkan.
Sementara mereka telah menikmati mengajar dan berbagi pengetahuan dengan para siswa di akademi, rasa kebebasan yang mereka nikmati di awal perjalanan mereka mulai memudar. Setiap hari, mereka berurusan dengan keputusan yang harus mereka buat, dengan perasaan cemas akan dampak dari ilmu yang mereka ajarkan, dan dengan ketegangan dari dunia yang mereka tempati. Bahkan, ada perasaan seolah-olah mereka sedang merintis jalan yang tak bisa mereka hentikan, jalan yang bisa membawa mereka ke dalam konflik atau pergeseran yang tak terduga.
Pada suatu pagi, ketika Kael dan teman-temannya sedang berkumpul di ruang makan setelah kelas, Kael akhirnya membuka percakapan yang sudah lama mengendap dalam pikirannya.
"Apa kita sudah terlalu lama di sini?" tanya Kael, menatap teman-temannya satu per satu. "Aku rasa kita sudah melakukan banyak hal, tapi ada sesuatu yang terasa hilang. Aku mulai merasa, seperti kita sedang terjebak di sini."
Lysandra yang duduk di samping Kael mengangguk, mengerti perasaan Kael. "Aku juga merasakannya. Dunia ini memang penuh dengan kemungkinan, tetapi aku merasa kita sudah cukup lama berdiam di satu tempat. Dan, " dia berhenti sejenak, " aku juga merasa kita tidak bisa terus menerus mengajar di sini, terutama dengan apa yang kita bawa dari Aetheris. Ada banyak hal yang harus kita pertimbangkan."
Riven, yang lebih sering diam dan mengamati, akhirnya berbicara. "Kita datang ke sini dengan tujuan untuk belajar dan menjelajahi dunia ini, bukan untuk menjadi guru. Dan setelah peringatan Rael, aku merasa seperti kita telah melangkah terlalu jauh. Dunia ini bukan dunia kita."
Varic, yang biasanya tenang dan penuh pertimbangan, juga mengungkapkan pandangannya. "Mungkin sudah saatnya kita kembali. Kembali ke kampung halaman kita di dunia Aetheris. Dunia ini... kita sudah memberikan banyak, dan mungkin sekarang waktunya untuk melangkah mundur."
Setelah mendengar pendapat teman-temannya, Kael menarik napas panjang dan mengangguk. "Kita telah memberikan banyak ilmu di sini, tapi kita juga tahu batasan kita. Tanggung jawab kita terhadap dunia ini bisa berakhir, dan kita harus mengingat tujuan kita yang sebenarnya: belajar, bermain, dan mencari cara untuk memahami lebih banyak tentang aliran waktu dan dunia sekitar kita."
Dengan keputusan yang bulat untuk kembali ke dunia Aetheris, Kael dan teman-temannya memutuskan untuk berbicara dengan Raja Eldarion, yang selama ini memberi mereka izin dan wewenang untuk mengajar di Akademi Kerajaan. Mereka tahu bahwa permintaan mereka akan membuat raja merasa kecewa, tetapi mereka merasa bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk mereka.
Keesokan harinya, Kael dan teman-temannya menuju ruang audiensi istana, tempat mereka pertama kali bertemu dengan Raja Eldarion. Ketika mereka tiba, raja sudah menunggu dengan ekspresi serius, meskipun di balik matanya tersirat rasa hormat yang dalam terhadap mereka.
"Kael, Lysandra, Riven, Lianara, Varic," Raja Eldarion menyapa mereka dengan suara yang penuh kehangatan. "Apa yang membawamu ke sini hari ini?"
Kael berdiri di depan meja kerja raja dan berbicara dengan mantap. "Raja Eldarion, kami ingin mengajukan permohonan untuk meninggalkan akademi. Kami merasa sudah cukup lama berada di dunia ini, dan meskipun kami sangat menghargai kesempatan yang telah diberikan, kami harus kembali ke kampung halaman kami di Aetheris."
Raja Eldarion terdiam sejenak, memandang Kael dan teman-temannya. "Aku mengerti, tapi aku harus mengakui bahwa aku merasa kecewa. Kalian telah membawa banyak perubahan di akademi ini, dan banyak siswa yang sangat terbantu dengan pengajaran kalian. Kehilangan kalian pasti akan sangat terasa."
"Raja," lanjut Kael, "kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan, tetapi kami juga merasa bahwa kami harus kembali ke tujuan kami yang sesungguhnya. Dunia ini telah memberi kami banyak pengalaman, tapi kami perlu waktu untuk melanjutkan perjalanan kami."
Raja Eldarion menghela napas dan akhirnya mengangguk. "Aku tidak bisa menahan kalian jika itu keputusan kalian. Kalian telah melakukan banyak hal baik di sini, dan aku tahu bahwa pengetahuan yang kalian bawa akan terus memberikan dampak positif. Namun, jika itu keputusan kalian, aku akan menghormatinya."
Setelah beberapa menit, Raja Eldarion melanjutkan, "Aku akan mencabut semua wewenang yang telah kuberikan, namun aku ingin kalian tahu bahwa pintu istana ini selalu terbuka untuk kalian jika kalian membutuhkan bantuan atau ingin kembali suatu hari nanti."
Kael dan teman-temannya mengucapkan terima kasih dengan tulus. Mereka menghormati keputusan Raja Eldarion, meskipun mereka tahu bahwa meninggalkan dunia ini bukanlah hal yang mudah. Mereka telah meninggalkan jejak mereka di Akademi Kerajaan, dan meskipun mereka akan kembali ke Aetheris, dunia ini tidak akan pernah sama lagi bagi mereka.
Beberapa hari setelah pertemuan dengan Raja Eldarion, Kael dan teman-temannya mulai mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia sihir dan pedang. Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada para siswa di Akademi Kerajaan, yang telah belajar banyak dari mereka. Sebagian besar siswa merasa kehilangan, namun mereka juga mengerti bahwa Kael dan teman-temannya memiliki perjalanan mereka sendiri yang harus dilanjutkan.
Dengan hati yang berat namun penuh dengan harapan, Kael dan teman-temannya kembali ke tempat pertama kali mereka datang ke dunia ini, sebuah portal tersembunyi yang menghubungkan dunia Aetheris dengan dunia sihir dan pedang. Dengan sekali langkah, mereka meninggalkan dunia yang telah mereka tinggalkan sementara dan kembali ke kampung halaman mereka.
Kembali ke dunia Aetheris terasa seperti menghirup udara segar setelah lama berada di bawah tekanan yang tak terlihat. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir—masih banyak hal yang harus dipelajari, banyak dunia yang harus dijelajahi. Tetapi untuk sementara, mereka akan kembali ke tempat yang mereka kenal, dengan pengetahuan baru yang mereka bawa, dan dengan pengalaman yang akan terus membentuk perjalanan mereka ke depan.
Ketika Kael dan teman-temannya melangkah kembali ke dunia Aetheris melalui portal yang membawanya keluar dari dunia sihir dan pedang, mereka merasakan ketenangan yang luar biasa. Seakan dunia mereka kembali ke bentuknya yang lebih familiar dan aman. Namun, di tengah-tengah kebahagiaan mereka, sebuah pemikiran penting muncul di benak Kael.
"Hei," kata Kael dengan suara yang sedikit terkejut, "Kita hampir lupa tentang Seraphis."
Lysandra mengangkat alis, seolah baru menyadari hal yang sama. "Seraphis! Kita belum melaporkan apa yang terjadi di dunia itu kepada Kepala Akademi. Seharusnya kita mengirimkan laporan tentang semua yang kita lakukan di dunia sihir dan pedang."
Varic, yang tampaknya paling tenang di antara mereka, mengangguk pelan. "Benar, kita memang terlalu fokus pada perjalanan kita sendiri. Seraphis pasti menunggu informasi tentang apa yang kita pelajari di sana. Tugas kita belum selesai."
Riven menatap mereka semua, tampaknya lebih tertarik dengan hal lain, tetapi akhirnya ikut bicara. "Mungkin kita bisa mengirimkan laporan melalui portal waktu. Tidak perlu kita kembali ke Akademi Waktu langsung, kan?"
Kael mengangguk setuju. "Itu ide yang baik. Kita bisa menyampaikan laporan singkat melalui aliran waktu, tanpa harus kembali ke sana. Tapi kita tetap harus menyampaikan apa yang terjadi, agar tidak ada yang merasa kita meninggalkan tugas tanpa alasan."
Mereka semua sepakat dan memutuskan untuk segera menyusun laporan yang jelas dan terperinci mengenai apa yang telah mereka lakukan di dunia sihir dan pedang. Ini bukan hanya soal melaporkan hasil perjalanan mereka, tetapi juga tentang menghormati kepala akademi mereka, Seraphis, yang selama ini memberikan izin kepada mereka untuk menjelajahi dunia asing itu.
Malam itu, setelah sedikit berdiskusi dan merumuskan apa yang akan mereka sampaikan, Kael dan teman-temannya mulai menyusun laporan mereka. Mereka menyebutkan hal-hal penting yang mereka temui di dunia sihir dan pedang, dari pengajaran ilmu pengetahuan dasar yang berasal dari dunia Aetheris, hingga interaksi mereka dengan para pangeran, bangsawan, dan juga Raja Eldarion. Mereka mencatat setiap pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang penuh tantangan.
Varic, dengan kemampuannya untuk melihat aliran waktu, mengatur waktu pengiriman laporan mereka. Ia memanfaatkan portal waktu untuk mengirimkan pesan kepada Seraphis melalui saluran yang aman, tanpa mengganggu keseimbangan atau aliran waktu di dunia lain. Meskipun mereka tidak berada di Akademi Waktu secara langsung, mereka tahu laporan ini penting, terutama untuk menjaga hubungan baik dengan Seraphis dan memastikan bahwa keputusan mereka tidak membingungkan atau menimbulkan pertanyaan yang tidak perlu.
"Pesan sudah terkirim," kata Varic setelah beberapa saat, matanya masih fokus pada benang-benang waktu yang mengalir di depannya. "Seraphis pasti akan menerima laporan ini dalam waktu dekat. Sekarang, kita bisa beristirahat sejenak."
Lysandra tampak lega. "Akhirnya selesai juga. Aku merasa lebih tenang setelah mengirimkan laporan ini."
Kael tersenyum, merasa ada rasa tanggung jawab yang sudah dipenuhi. "Memang, kita tidak boleh lupa dengan siapa kita berasal dan apa yang telah memberikan kita izin untuk berada di sana."
Beberapa hari setelah laporan dikirimkan, Kael dan teman-temannya menerima balasan dari Seraphis. Tanggapan itu datang melalui portal waktu yang sama, dan mereka segera berkumpul untuk membacanya bersama.
Seraphis menulis:
"Kael dan teman-teman, saya menerima laporan kalian dengan penuh perhatian. Apa yang telah kalian lakukan di dunia sihir dan pedang menunjukkan dedikasi kalian untuk memahami dunia lain dan membawa pengetahuan baru kepada mereka yang membutuhkan. Saya menghargai cara kalian mengajar di Akademi Kerajaan dan dampak yang telah kalian buat. Saya juga memahami bahwa kalian telah merasa tugas kalian selesai di sana, dan saya menghormati keputusan kalian untuk kembali ke dunia Aetheris."
"Namun, ada satu hal yang perlu saya tekankan. Dunia sihir dan pedang bukanlah tempat yang mudah, dan meskipun kalian telah kembali ke tempat yang lebih nyaman, ingatlah bahwa ada banyak hal yang bisa dipelajari dari dunia yang telah kalian tinggalkan. Kapan pun kalian merasa siap untuk kembali ke sana, kami di Akademi Waktu akan selalu mendukung kalian."
Kael membaca surat itu dengan hati-hati, dan setelah selesai, ia mengangkat pandangannya kepada teman-temannya. "Seraphis tahu bahwa kita telah kembali, dan sepertinya dia juga memahami alasan kita. Tapi dia juga mengingatkan kita tentang potensi yang masih ada di dunia sihir dan pedang."
Lysandra tersenyum, meski ada sedikit rasa nostalgia di matanya. "Sepertinya dunia itu masih memiliki banyak hal yang bisa kita pelajari, meskipun kita sudah merasa cukup. Tapi sekarang, saatnya kita fokus pada perjalanan kita berikutnya."
Riven mengangguk. "Tapi tidak ada salahnya untuk kembali lagi suatu hari nanti, jika kita merasa perlu. Mungkin kita bisa belajar lebih banyak tentang dunia itu dan potensi yang belum kita gali."
Varic menambahkan, "Dunia Aetheris tetap menjadi tempat kita, tetapi dunia lain itu juga memiliki sisi yang menarik. Seraphis tidak salah dalam mengatakan itu."
Kael merasa lebih ringan setelah membaca tanggapan Seraphis. "Kita sudah selesai dengan bagian ini, dan kini saatnya untuk melanjutkan perjalanan kita. Meskipun kita kembali ke dunia ini, kita tidak pernah benar-benar meninggalkan dunia yang telah memberikan begitu banyak pengalaman berharga."
Dengan senyuman, mereka semua sepakat untuk melanjutkan perjalanan mereka, tak hanya sebagai murid dari Akademi Waktu, tetapi sebagai orang-orang yang terus belajar dari setiap dunia yang mereka temui.
Setelah selesai dengan urusan mereka di dunia sihir dan pedang, Kael dan teman-temannya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman mereka di dunia Aetheris. Meskipun tujuan utama mereka adalah untuk belajar dan bereksperimen dengan dunia baru, mereka tak bisa menghindari kenyataan bahwa perjalanan mereka meninggalkan dampak yang tak bisa diabaikan.
Namun, sebelum mereka melanjutkan ke tempat tinggal mereka yang tenang, Kael dan teman-temannya merasa teringat akan sekelompok prajurit bayaran muda yang mereka temui sebelumnya. Kelompok itu, meskipun berjuang dalam dunia yang keras dan penuh persaingan, menyimpan potensi yang belum tergali. Mereka berasal dari dunia Aetheris, tempat di mana perang dan peperangan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dan pilihan hidup mereka terbatas pada profesi sebagai tentara bayaran. Kael dan teman-temannya merasa ada sebuah tugas yang belum tuntas, untuk memberikan mereka kesempatan lebih dari sekadar menjadi alat kekerasan.
Sesampainya di kampung halaman mereka, suasana yang mereka temui sangat berbeda dengan dunia yang mereka tinggalkan. Desa yang dulu hidup dengan penuh warna kini terasa lebih sepi, dengan banyak rumah yang tampak tidak terawat dan orang-orang yang tampak lebih lelah daripada biasanya. Namun, yang paling menarik perhatian Kael adalah beberapa jejak langkah yang dikenalnya—prajurit bayaran muda itu. Mereka mungkin berasal dari dunia yang berbeda, tapi mereka memiliki kisah dan impian yang sebanding dengan milik Kael dan teman-temannya.
"Mungkin mereka ada di sana," kata Kael, menunjuk ke arah lapangan terbuka di luar desa, tempat yang sering digunakan oleh para prajurit untuk berlatih.
Lysandra mengangguk. "Ayo kita lihat."
Kael dan teman-temannya menuju lapangan terbuka itu, tempat yang dulu menjadi medan latihan para prajurit bayaran muda. Begitu sampai, mereka melihat kelompok yang familiar, tetapi kali ini mereka tampak berbeda. Beberapa di antara mereka masih mengenakan pelindung yang sudah usang dan berdebu, sementara lainnya tampak lusuh dan kelelahan. Wajah mereka yang biasanya keras kini dipenuhi keletihan dan keraguan. Mereka tidak lagi tampak seperti prajurit yang penuh semangat; ada sesuatu yang hilang dalam mata mereka.
Ardin, salah satu dari prajurit bayaran muda yang pertama kali bertemu dengan Kael dan teman-temannya, melihat mereka datang. Wajahnya seketika berubah, dari keheranan menjadi senyum tipis. "Kael? Lysandra? Kalian kembali?" katanya, suaranya menunjukkan kebingungan, tetapi juga sedikit kegembiraan.
Kael tersenyum dan mendekat. "Kami kembali, Ardin. Apa yang terjadi di sini? Mengapa semuanya tampak begitu... berbeda?"
Ardin menarik napas panjang dan menunduk sejenak. "Situasinya sulit, Kael. Sejak kalian pergi, banyak dari kami yang mulai ragu. Tidak ada lagi pekerjaan, dan kami kesulitan bertahan hidup. Beberapa dari kami mulai kembali ke desa asal atau mencoba mencari hidup lain, tapi tak ada yang mudah."
Lysandra memperhatikan dengan seksama, matanya penuh empati. "Kalian masih berlatih seperti dulu? Atau ada perubahan?"
"Latihan masih ada, tetapi sekarang tidak banyak yang datang," jawab Ardin. "Sepertinya kami mulai kehilangan arah. Beberapa teman-teman kami bahkan mulai berpikir untuk meninggalkan dunia ini dan mencoba kehidupan yang lebih tenang."
Varic, yang sejak tadi diam dan mengamati dengan penuh perhatian, akhirnya membuka mulut. "Apakah kalian pernah berpikir untuk mencari jalan lain? Mungkin ada cara yang lebih baik untuk hidup selain bertarung dan menjadi prajurit bayaran."
Ardin menatap Varic, tampak sedikit bingung. "Bagaimana maksudmu? Kami tahu hanya satu cara untuk bertahan hidup—bertarung. Itulah yang diajarkan kepada kami sejak kecil."
Kael mengangguk, lalu berkata dengan penuh keyakinan. "Kami telah belajar banyak dalam perjalanan kami di dunia sihir dan pedang ini. Kami belajar bahwa ada banyak cara untuk hidup—bukan hanya melalui kekerasan. Kami belajar tentang ilmu pengetahuan yang dapat mengubah cara pandang kita terhadap dunia. Misalnya, fisika, kimia, biologi, dan sosiologi. Semua itu dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dunia, dan mungkin membantu kalian menemukan jalan lain."
Lysandra menambahkan, "Kami bisa mengajarkan kalian beberapa hal yang telah kami pelajari. Jika kalian bersedia untuk belajar, ada banyak hal yang bisa kalian lakukan selain bertarung."
Prajurit bayaran muda itu terdiam, beberapa di antaranya tampak terkejut dengan apa yang Kael dan teman-temannya katakan. Mereka telah terbiasa dengan kehidupan keras dan tak kenal ampun, di mana kekuatan fisik dan keterampilan bertarung adalah hal yang paling dihargai. Namun, kata-kata Kael dan teman-temannya mulai membuka pikiran mereka. Mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar kekuatan yang bisa mereka andalkan.
Ardin akhirnya berbicara, suaranya lebih tenang dan penuh pemikiran. "Kami tidak pernah memikirkan hal seperti itu. Selama ini, yang kami tahu hanya bertarung. Tapi mungkin... mungkin kalian benar. Kami sudah terlalu lama hidup seperti ini. Jika ada cara lain untuk hidup, kami ingin mencobanya."
Kael tersenyum, merasa lega mendengar itu. "Kami tidak bisa menjanjikan semuanya akan mudah. Tetapi kami bisa membantu kalian memulai perjalanan baru. Kami akan mengajarkan kalian dasar-dasar ilmu pengetahuan yang kami pelajari. Itu bisa membuka banyak peluang baru untuk kalian."
Varic menambahkan dengan tenang, "Tidak ada yang salah dengan memulai dari awal. Kami akan mendampingi kalian dalam perjalanan ini."
Prajurit bayaran muda itu saling memandang, beberapa tampak ragu, tetapi ada secercah harapan yang muncul di mata mereka. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka akan sulit, tetapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, mereka merasa ada kemungkinan untuk berubah.
Kael dan teman-temannya berjanji untuk membantu mereka memulai perjalanan baru—untuk memberi mereka keterampilan yang lebih berguna daripada sekadar bertarung. Dalam waktu yang singkat, mereka mulai merencanakan bagaimana mereka bisa mengajarkan para prajurit muda ini tentang ilmu pengetahuan dasar, memberikan mereka kesempatan untuk memilih jalan yang lebih baik, bukan hanya hidup dalam bayang-bayang kekerasan.
Dengan penuh harapan, mereka mulai membimbing para prajurit muda ini keluar dari kegelapan, memberi mereka cahaya untuk menemukan jalan yang lebih terang dan lebih bijaksana di masa depan.
Hari-hari berlalu, dan Kael serta teman-temannya terus melatih para prajurit bayaran muda yang mereka temui. Mereka telah mulai mengajarkan dasar-dasar ilmu pengetahuan, meskipun prajurit bayaran muda ini, yang berasal dari dunia mereka sendiri, merasa kebingungan dengan materi yang diajarkan. Namun, Kael dan teman-temannya tidak menyerah, percaya bahwa pengetahuan ini akan membuka jalan baru bagi masa depan mereka. Mereka tahu bahwa apa yang mereka ajarkan tidak hanya akan memperluas wawasan para prajurit, tetapi juga akan memperlengkapi mereka untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.
Suatu sore yang tenang, ketika mereka tengah berlatih di luar desa, sebuah kejadian yang sangat tak terduga terjadi. Langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah, disertai dengan kilatan cahaya yang sangat terang. Cahaya itu begitu intens, hampir seperti sebuah portal yang terbuka di langit. Semua orang, termasuk para prajurit bayaran muda yang sedang berlatih, menoleh ke atas dengan rasa takjub dan khawatir.
"Apa itu?" tanya Lysandra, matanya tertuju pada langit yang kini dipenuhi cahaya yang semakin menyilaukan.
Kael mengerutkan kening, merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. "Itu... bukan fenomena alam biasa. Itu datang dari luar dunia ini."
Varic, yang biasanya tenang, menunjukkan ekspresi lebih serius dari biasanya. "Itu bukan sihir biasa. Itu... seperti energi yang datang dari dimensi lain."
Tiba-tiba, di tengah cahaya yang membanjiri langit, sebuah sosok mulai turun perlahan. Sebuah cahaya biru yang terang melingkupi tubuhnya, dan ketika sosok itu mendarat dengan anggun, cahaya itu mereda, memperlihatkan wajah yang sudah tidak asing lagi bagi Kael dan teman-temannya.
"Rael..." Kael berbisik, mengenali sosok penjaga waktu yang mereka temui di Akademi Waktu.
Rael menatap Kael dan teman-temannya dengan tatapan penuh perhatian. "Kael, Lysandra, Varic, saya datang untuk memberi tahu kalian sesuatu yang penting. Saya tahu kalian sedang sibuk mengajarkan pengetahuan baru di dunia ini, tetapi ada peristiwa besar yang sedang menunggu."
Lysandra melangkah maju, rasa penasaran di matanya. "Peristiwa besar? Apa maksudmu, Rael?"
Rael mengangguk, dan suaranya terdengar lebih serius. "Cahaya ini adalah tanda bahwa waktu di dunia ini sedang terganggu. Sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, dan kalian semua, termasuk para prajurit bayaran muda yang kalian latih, memiliki peran penting dalam kejadian yang akan datang."
Varic tampak berpikir keras. "Apa yang harus kami lakukan? Apa yang bisa kami bantu?"
Rael menjelaskan, "Kalian harus membawa mereka, para prajurit muda itu, ke Akademi Waktu. Di sana, mereka akan diajarkan lebih banyak lagi, bukan hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga pemahaman tentang waktu itu sendiri. Mereka akan dilatih untuk menghadapi ancaman yang sedang berkembang, dan kalian semua akan menjadi bagian dari perjalanan yang lebih besar."
Kael terkejut. "Maksudmu, mereka akan pergi ke Akademi Waktu? Tapi mereka hanya prajurit biasa, mereka tidak tahu apa-apa tentang ilmu ini."
Rael tersenyum tipis. "Mereka mungkin belum tahu banyak, tetapi mereka memiliki potensi yang belum tergali. Mereka adalah bagian dari keseimbangan yang sedang terganggu. Kalian yang akan membantu mereka memahami bagaimana mereka bisa berperan dalam menjaga waktu dan dunia ini."
Lysandra, meskipun masih ragu, berkata, "Jika mereka pergi ke Akademi Waktu, mereka akan belajar lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi, kan?"
"Benar," jawab Rael. "Di Akademi Waktu, mereka akan belajar lebih dari sekadar sihir atau pedang. Mereka akan mempelajari konsep waktu, dimensi, dan bagaimana keduanya saling terkait. Jika dunia ini ingin selamat, mereka perlu tahu lebih banyak dari apa yang telah kalian ajarkan kepada mereka."
Setelah percakapan dengan Rael, Kael dan teman-temannya mulai merencanakan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa membawa para prajurit muda ke tempat yang lebih besar adalah keputusan yang penting, tapi juga penuh risiko. Walau para prajurit muda ini bukanlah siswa akademik yang terlatih, mereka memiliki potensi besar yang dapat membuka banyak kemungkinan baru.
Malam itu, mereka mengumpulkan semua prajurit bayaran muda di kamp mereka. Kael berdiri di depan mereka dengan ekspresi serius, sementara Lysandra, Varic, dan Riven berdiri di sisinya, siap untuk memberikan penjelasan.
"Kami ingin berbicara dengan kalian tentang masa depan kalian," kata Kael, suaranya penuh keyakinan. "Kami telah mengajarkan banyak hal yang kami ketahui, tetapi ada hal yang lebih besar yang sedang menanti kalian. Kami akan membawa kalian ke tempat yang lebih jauh, tempat di mana kalian akan belajar lebih banyak tentang dunia ini, tentang kehidupan, tentang ilmu pengetahuan, dan tentang diri kalian sendiri."
Lianara, salah satu prajurit muda yang paling percaya diri, mengangkat tangannya. "Tempat apa itu, Kael? Dan apa yang akan kami pelajari di sana?"
Kael tersenyum, meskipun ada sedikit kecemasan di hatinya. "Itu adalah tempat yang disebut Akademi Waktu. Di sana, kalian akan belajar hal-hal yang tak hanya terbatas pada pedang atau sihir. Kami akan mengajarkan kalian tentang konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan yang baru untuk dunia ini, konsep-konsep yang berasal dari dunia kami. Kalian akan belajar tentang fisika, kimia, biologi, dan sosiologi, sesuatu yang belum ada di dunia ini."
Varic mengangguk. "Kami tahu itu tidak mudah. Ilmu yang akan kalian pelajari jauh berbeda dengan apa yang biasa kalian temui, tapi ini penting. Kalian akan belajar bagaimana dunia ini bekerja, dari hal yang paling dasar hingga yang paling kompleks. Tidak hanya untuk kekuatan, tetapi juga untuk pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana segala sesuatu di sekitar kalian berinteraksi."
Rael, yang sudah menunggu di luar dengan cemas, menambahkan dengan serius, "Ilmu yang akan kalian pelajari di sana akan membekali kalian dengan pengetahuan yang lebih daripada yang pernah kalian bayangkan. Kalian akan memahami bukan hanya cara untuk bertarung, tapi juga cara memahami dunia di sekitar kalian, cara melihat pola, bagaimana segala sesuatu berhubungan, dan dengan pemahaman itu, kalian akan punya kekuatan lebih besar dari sekadar sihir atau pedang."
Setelah beberapa hari persiapan, Kael, Rael, dan teman-temannya memimpin rombongan prajurit bayaran muda yang siap berangkat menuju Akademi Waktu. Mereka menyiapkan perjalanan yang panjang, dengan harapan bahwa prajurit-prajurit muda ini akan siap untuk mempelajari hal-hal yang lebih besar daripada yang mereka pelajari sebelumnya.
Di pagi hari keberangkatan, para prajurit muda tampak bingung, namun juga bersemangat. Beberapa dari mereka merasakan ketegangan karena ini adalah perjalanan yang jauh dan penuh misteri. Mereka belum sepenuhnya memahami apa yang akan mereka pelajari dan bagaimana hal itu akan mengubah hidup mereka.
"Akademi Waktu bukanlah tempat biasa," kata Kael sambil mengamati wajah-wajah prajurit yang penuh rasa penasaran. "Kalian akan belajar bukan hanya tentang hal-hal yang bisa dilihat, tapi juga tentang prinsip-prinsip yang mengatur dunia ini. Kami akan memulai dengan konsep dasar, tentang bagaimana alam semesta ini bekerja, bagaimana kalian bisa menggunakan pengetahuan untuk menjadi lebih kuat, lebih bijaksana."
Lysandra menambahkan, "Kalian akan mempelajari dasar-dasar ilmu yang mungkin terasa asing di awal, seperti bagaimana materi dan energi berinteraksi, bagaimana organisme hidup berkembang dan beradaptasi, serta bagaimana manusia dan masyarakat berinteraksi satu sama lain."
Varic mengangguk. "Mungkin beberapa dari kalian merasa itu sulit, bahkan aneh. Tapi percayalah, pengetahuan ini akan memberi kalian kekuatan yang lebih besar. Kalian akan bisa melihat dunia dengan cara yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya."
Dengan langkah penuh tekad, mereka mulai menempuh perjalanan menuju Akademi Waktu. Keberangkatan ini bukan hanya langkah untuk mengajarkan para prajurit bayaran muda tentang ilmu pengetahuan dunia Aetheris, tetapi juga untuk mempersiapkan mereka menghadapi perubahan besar yang mungkin datang.
Dalam perjalanan panjang itu, Kael dan teman-temannya sesekali berbicara dengan prajurit muda, memberi mereka gambaran tentang apa yang akan mereka pelajari dan bagaimana kehidupan mereka akan berubah begitu mereka tiba di Akademi Waktu. Meskipun masih ada banyak keraguan dan kebingungan di antara para prajurit, mereka mulai merasa lebih percaya diri saat mengetahui bahwa mereka tidak hanya akan diajarkan ilmu baru, tetapi juga diberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia ini.
Tiba-tiba, beberapa hari setelah mereka memulai perjalanan, mereka memasuki wilayah yang sangat berbeda. Meskipun tidak jauh dari desa mereka, udara terasa lebih berat, seperti ada perubahan di dalamnya. Para prajurit muda mulai merasa ada sesuatu yang mengintai, sesuatu yang lebih besar dari dunia yang mereka kenal. Kael, meskipun merasa hal yang sama, tidak berbicara banyak tentang itu.
Saat mereka tiba di batas hutan besar yang mengarah ke Akademi Waktu, Rael, yang memimpin perjalanan ini, berhenti dan menatap ke depan. "Tempat ini adalah tempat di mana waktu itu sendiri terasa berbeda. Di sini, kami akan mulai mengajarkan kalian lebih banyak, tidak hanya tentang dunia ini, tapi juga bagaimana waktu itu mengalir dan bagaimana kalian bisa memahaminya."
"Dan kami akan mulai dari dasar," tambah Kael, "Tetapi percayalah, setiap langkah yang kalian ambil akan membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam."
Dengan keberanian dan rasa ingin tahu yang baru ditemukan, para prajurit muda melangkah maju, menuju Akademi Waktu. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi di sana, tetapi satu hal yang pasti: dunia mereka, dan kehidupan mereka, akan berubah selamanya.