Setelah beberapa minggu mengikuti kelas-kelas yang intens dan materi yang semakin rumit, Kael dan teman-temannya mulai merasa bahwa mereka memerlukan pemahaman yang lebih dalam, di luar apa yang diajarkan di ruang kelas. Mereka tahu bahwa untuk benar-benar menguasai kemampuan manipulasi waktu dan dimensi, mereka harus belajar lebih banyak dan menggali pengetahuan yang tidak diajarkan dalam pelajaran formal. Maka, mereka memutuskan untuk mengunjungi Perpustakaan Akademi Waktu, tempat yang legendaris dan dipenuhi dengan buku-buku kuno yang berisi pengetahuan yang sangat langka.
Kael, Lysandra, Riven, Lianara, dan Varic berkumpul di pagi hari setelah kelas selesai, dengan rencana yang sudah disepakati. Mereka tahu bahwa perpustakaan ini bukan tempat yang mudah untuk dimasuki. Pintu masuknya terletak di dalam menara tua yang terisolasi dari bangunan utama akademi, tersembunyi di balik lorong-lorong yang berliku dan tertutup kabut misterius.
Begitu mereka tiba di pintu utama perpustakaan, mereka disambut oleh udara yang sejuk dan suasana yang sangat berbeda dari bangunan akademi lainnya. Dinding-dinding tinggi dan rak-rak besar yang penuh dengan buku-buku tua yang tertata rapi memberikan kesan kedalaman dan keabadian pengetahuan. Kael merasakan sesuatu yang luar biasa di sini—seolah tempat ini menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang bisa dijangkau oleh mata manusia biasa.
Salah satu penjaga perpustakaan, seorang pria tua berambut putih panjang bernama Lorian, yang dikenal sebagai pustakawan utama, menyapa mereka dengan senyuman yang ramah namun penuh misteri. "Selamat datang, para pelajar Akademi Waktu," katanya dengan suara dalam yang menggema. "Tempat ini bukan untuk sembarang orang. Hanya mereka yang benar-benar mencari pengetahuan dengan niat tulus yang bisa mengakses apa yang ada di dalamnya."
Kael dan teman-temannya mengangguk, merasa terpanggil untuk menjelajahi tempat ini lebih jauh. Mereka diberi izin untuk memasuki ruang utama perpustakaan, tempat di mana buku-buku kuno yang paling berharga disimpan.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada Lorian, mereka mulai memeriksa rak-rak buku yang menjulang tinggi di sekitar mereka. Kael tahu bahwa pencariannya kali ini akan berbeda. Ia tidak hanya ingin tahu tentang teknik manipulasi waktu dasar yang telah mereka pelajari, tetapi juga tentang potensi yang lebih besar dari kekuatan waktu, termasuk apa yang terjadi jika kekuatan tersebut jatuh ke tangan yang salah.
Kael menarik sebuah buku besar dari rak yang terletak di pojok ruangan. "Teks-Teks Terkutuk: Pengaruh Pengendalian Waktu pada Dimensi" tertera pada sampulnya. Buku itu tampak usang, dengan kulit yang sudah pudar dan halaman-halaman yang rapuh. Ia membuka halaman pertama dan membaca dengan seksama. Setiap kata di dalamnya terasa berat, penuh dengan teori dan konsep yang sangat rumit.
"Perubahan yang terjadi dalam waktu seringkali bersifat tak terduga. Ketika seseorang mampu mengubah jalannya sejarah, bukan hanya satu garis waktu yang terpengaruh, tetapi banyak dimensi sekaligus.," Kael membaca dengan hati-hati, berusaha memahami penjelasan yang tertera. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana manipulasi waktu tidak hanya mengubah masa lalu atau masa depan, tetapi juga dapat merusak struktur alam semesta itu sendiri jika tidak dilakukan dengan sangat hati-hati.
Lysandra, yang lebih tertarik pada sisi ilmiah dari kekuatan ini, menemukan sebuah buku lain yang berjudul "Dimensi Paralel dan Keterkaitannya dengan Waktu". Buku itu menjelaskan tentang dimensi paralel yang berkaitan dengan pilihan-pilihan yang diambil oleh individu di setiap titik keputusan. Setiap perubahan kecil yang dilakukan di satu dimensi bisa membentuk jalur waktu yang berbeda di dimensi lain. Lysandra merasa bahwa ini adalah topik yang penting, karena ia mulai menyadari bahwa kekuatan mereka bukan hanya soal manipulasi linear waktu, tetapi juga soal bagaimana waktu bisa bercabang dan menciptakan banyak kemungkinan.
Sementara itu, Varic dan Riven menemukan sebuah buku lain yang lebih praktikal, "Pengendalian Dimensi Temporal: Aplikasi Terhadap Kehidupan Sehari-hari", yang membahas cara mengendalikan pergerakan waktu dalam ruang terbatas, seperti mempercepat atau memperlambat waktu hanya dalam jarak tertentu, tanpa mempengaruhi keseluruhan dimensi. Buku ini berisi berbagai latihan yang dapat membantu mereka mengasah kemampuan praktis mereka.
Lianara, dengan instingnya yang tajam, menemukan sebuah buku yang berjudul "Hukum-Hukum Alam Semesta dan Keseimbangan Waktu", yang menjelaskan tentang prinsip keseimbangan dalam mengendalikan waktu. Buku ini mengingatkan bahwa setiap kali seseorang mengubah waktu, ia harus memastikan bahwa perubahan tersebut tidak merusak hukum-hukum alam semesta, sebuah konsep yang membuat Lianara berpikir lebih dalam tentang dampak besar yang mungkin terjadi jika mereka terlalu terbawa nafsu dalam menggunakan kekuatan mereka.
Selama berjam-jam, mereka tenggelam dalam buku-buku kuno ini, masing-masing sibuk dengan pencarian mereka sendiri. Kael merasa bahwa ia telah menemukan banyak hal baru yang selama ini tidak dia ketahui. Namun, semakin banyak ia belajar, semakin ia menyadari betapa dalamnya misteri yang ada dalam kekuatan waktu ini. Buku-buku itu mengungkapkan berbagai hal yang tak terduga, seperti potensi kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan kekuatan ini, dan bahaya dari Anomali Waktu yang tidak bisa dihindari.
Lysandra merasa frustrasi, karena meskipun ia telah menemukan banyak informasi, tidak ada petunjuk jelas mengenai bagaimana mereka bisa mengatasi tantangan besar yang mungkin mereka hadapi di masa depan. Riven merasa bahwa banyak hal yang mereka baca tidak sesuai dengan apa yang mereka alami, seolah-olah pengetahuan ini hanya memberikan gambaran teoretis yang sulit diterapkan dalam kenyataan.
Kael menutup buku yang sedang dibacanya dan memandang teman-temannya. Mereka semua merasakan hal yang sama, mereka harus terus belajar, tidak hanya dari buku-buku ini, tetapi juga dari pengalaman yang mereka hadapi di dunia nyata. Mereka tidak hanya membutuhkan kekuatan untuk mengendalikan waktu, tetapi juga kebijaksanaan untuk memahami dampak besar yang mungkin ditimbulkan oleh kekuatan tersebut.
Sebelum mereka meninggalkan perpustakaan, Kael menghadap Lorian, sang pustakawan, dengan rasa ingin tahu yang mendalam. "Apakah ada cara untuk memahami lebih dalam tentang apa yang kita pelajari? Kami merasa seperti ada banyak hal yang tidak kami mengerti."
Lorian mengamati mereka sejenak, kemudian berkata, "Pengetahuan bukan hanya tentang apa yang kalian baca di buku. Terkadang, itu tentang pengalaman dan bagaimana kalian menghadapinya. Jika kalian ingin lebih memahami kekuatan waktu, kalian harus terus berlatih dan tidak takut untuk membuat kesalahan. Waktu adalah gurumu, dan dia tidak akan memberikan semua jawabannya begitu saja. Tetapi jika kalian sabar dan bijaksana, kalian akan menemukan jalan."
Kael dan teman-temannya saling berpandangan. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan jalan ke depan masih panjang. Namun, mereka kini memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bahwa untuk menguasai waktu, mereka harus lebih dari sekadar belajar teori. Mereka harus menggabungkan pengetahuan dengan pengalaman, dan menempuh jalan yang tidak selalu mudah.
Dengan tekad yang baru, mereka meninggalkan perpustakaan, siap untuk menghadapi tantangan baru yang akan menguji batas kemampuan mereka.
Setelah berjam-jam tenggelam dalam buku-buku kuno yang penuh dengan informasi kompleks, Kael dan teman-temannya merasa kelelahan. Mereka merasa telah menyentuh sebagian dari jawaban yang mereka cari, namun pengetahuan yang mereka temui lebih membingungkan daripada memecahkan masalah. Mereka tahu bahwa mereka harus lebih dari sekadar belajar dari buku. Mereka membutuhkan petunjuk langsung, seseorang yang bisa membimbing mereka memahami teori-teori yang teramat rumit ini.
Kael, yang merasa paling tertekan, akhirnya memutuskan untuk mendekati Lorian, pustakawan utama yang sudah menyambut mereka sebelumnya. Lorian bukan hanya seorang penjaga perpustakaan, tetapi juga seseorang yang telah mengabdikan hidupnya untuk memelihara pengetahuan kuno di Akademi Waktu. Sebagai seorang yang telah mempelajari banyak hal tentang perjalanan waktu, Lorian tentu lebih memahami materi ini daripada siapapun.
"Maaf mengganggu, Lorian," Kael mulai dengan suara yang sedikit ragu. "Kami merasa kesulitan dengan materi yang kami pelajari di sini. Banyak konsep yang sangat rumit, terutama tentang manipulasi dimensi dan waktu yang kami tidak sepenuhnya mengerti. Kami sudah membaca banyak buku, tapi sepertinya kami memerlukan bimbingan lebih."
Lorian menatap Kael dan teman-temannya dengan senyuman bijaksana. "Tentu saja, anak-anak muda. Pemahaman tentang waktu dan dimensi memang bukan hal yang mudah, dan itu bukan sesuatu yang bisa didapatkan hanya dengan membaca buku. Terkadang, pengetahuan itu harus dirasakan, dihadapi langsung dalam pengalaman, dan melalui latihan yang intens. Tetapi aku bisa membantu kalian untuk memahami lebih baik."
Lorian melambai kepada mereka untuk mengikuti. Mereka berjalan menuju sebuah ruang tersembunyi di belakang perpustakaan, sebuah ruangan yang lebih kecil namun penuh dengan benda-benda yang tampaknya berasal dari berbagai waktu dan dimensi. Di dalamnya, terdapat beberapa artefak yang tampak sangat tua, dan beberapa di antaranya berpendar samar dengan cahaya biru yang aneh. Ini adalah ruang latihan khusus yang jarang diakses oleh para pelajar.
"Di sini," kata Lorian sambil mengangkat sebuah buku tebal yang terletak di atas meja, "terdapat latihan yang bisa membantu kalian merasakan dan memahami konsep-konsep yang mungkin terlalu abstrak jika hanya dipelajari lewat kata-kata. Buku ini bukan untuk dibaca, melainkan untuk dipraktikkan."
Kael, Lysandra, Riven, Lianara, dan Varic saling bertukar pandang, merasa terkejut namun penuh harap. Mereka mengamati buku itu dengan penuh rasa ingin tahu.
Lorian melanjutkan, "Ini adalah Grimoire Temporal, sebuah buku latihan yang sudah berusia ribuan tahun. Tidak ada yang menggunakannya untuk waktu yang lama, karena untuk menggunakannya, kalian harus memiliki kemampuan dasar yang sangat kuat dalam manipulasi waktu. Tapi aku rasa kalian sudah siap untuk mencobanya."
Ia membuka halaman pertama dari Grimoire Temporal. Tiba-tiba, sebuah cahaya lembut keluar dari halaman itu, dan dalam sekejap, sebuah bola energi biru muncul di atas meja. Bola itu berputar perlahan, memancarkan getaran yang terasa aneh namun menenangkan. Lorian menatap bola energi itu dan berkata, "Ini adalah Manifestasi Waktu. Setiap bola energi yang muncul di sini adalah representasi dari potongan waktu yang terpisah dari dimensi kita. Bola energi ini mewakili sebuah kejadian yang terjadi di suatu waktu tertentu, namun ia terisolasi dalam ruang yang berbeda.
Lorian melanjutkan menjelaskan, "Tugas pertama kalian adalah belajar untuk memanipulasi bola ini, menariknya keluar dari dimensi terisolasi dan menghubungkannya dengan waktu kita. Ini bukan hal yang mudah, karena setiap kali kalian mencoba untuk mengubah jalannya waktu, kalian harus memastikan bahwa perubahan tersebut tidak merusak keseimbangan."
Kael maju pertama kali, dengan penuh tekad. Ia mengangkat tangannya dengan hati-hati, mencoba merasakan energi bola itu. Saat ia mulai mengarahkan tangannya ke bola energi biru, Kael merasakan sensasi aneh yang melintas di seluruh tubuhnya, seperti aliran waktu yang bergerak melalui dirinya. Ia mencoba untuk memusatkan pikiran dan mengarahkan bola itu, namun bola itu tetap berada di tempatnya, tidak bergerak sama sekali.
"Perasaan itu adalah Keterhubungan Temporal," kata Lorian dengan lembut, "Ketika kalian berusaha mengubah sesuatu di waktu, kalian harus terlebih dahulu 'menghubungkan' diri kalian dengan dimensi tersebut. Hanya dengan begitu kalian dapat mempengaruhi jalannya waktu tanpa merusak struktur alam semesta."
Kael menghela napas dan mencoba lagi, kali ini dengan lebih tenang. Ia mulai merasakan ketegangan di sekitar bola energi, seperti ada tarikan halus yang menghubungkannya dengan waktu yang terisolasi. Perlahan, bola itu mulai bergerak, meskipun hanya sedikit. Kael tersenyum, merasa ada kemajuan meskipun kecil. "Aku bisa merasakannya... Aku bisa merasakan aliran waktu," ucapnya.
Lysandra, yang sejak tadi mengamati, tidak mau kalah. Ia memfokuskan perhatian pada bola energi lainnya dan mencoba untuk memanipulasinya dengan cara yang lebih ilmiah. Dengan berbagai teori yang telah ia pelajari, ia mencoba untuk mengalihkan jalannya waktu di sekitar bola itu, mempercepat pergerakan objek yang ada di dalamnya. Untuk pertama kalinya, ia melihat bola itu sedikit berputar lebih cepat, seakan mengalirkan waktu lebih cepat dalam dimensi yang terisolasi.
"Ini luar biasa," kata Lysandra, matanya bersinar dengan kegembiraan. "Aku bisa merasakannya, aku bisa mempercepat waktu di dalamnya!"
Riven mencoba dengan cara yang lebih praktikal, fokus pada bagaimana bola energi itu bergerak di dalam dimensi, lalu menghubungkannya dengan realitas mereka. Dengan konsentrasi penuh, ia akhirnya bisa memperlambat pergerakan waktu dalam bola tersebut, membuatnya melambat hingga hampir berhenti.
Lianara, dengan kemampuannya yang tajam, merasa bahwa tantangan terbesar adalah menjaga keseimbangan. Ia fokus untuk tidak merusak struktur waktu, dan berhasil membuat bola itu tetap stabil, tanpa mengubah jalannya waktu.
Varic, yang lebih tertarik pada aspek strategis dari manipulasi waktu, mencoba untuk mengubah jalannya waktu dalam bola energi untuk melihat bagaimana perubahannya dapat mempengaruhi hasil suatu kejadian di masa depan. Meskipun tidak langsung berhasil, ia bisa merasakan bahwa usahanya mulai mengarah pada pemahaman yang lebih dalam.
Setelah berjam-jam berlatih, Kael dan teman-temannya akhirnya mulai merasakan bahwa mereka mulai menguasai konsep dasar manipulasi waktu dan dimensi. Namun, Lorian mengingatkan mereka akan hal yang paling penting.
"Waktu adalah hal yang sangat berharga. Ketika kalian mencoba untuk mengubah atau memanipulasi sesuatu, ingatlah bahwa waktu yang hilang tidak bisa dikembalikan. Jangan tergoda untuk memutarbalikkan waktu demi keuntungan pribadi, karena itu akan berbahaya. Keseimbangan adalah kunci."
Dengan kata-kata itu, mereka akhirnya meninggalkan ruang latihan, merasa lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang. Meskipun mereka belum menguasai seluruh kemampuan, mereka tahu bahwa mereka sudah berada di jalur yang benar, dengan bimbingan dari Lorian dan latihan yang lebih mendalam di masa depan.
Malam itu, saat mereka kembali ke asrama akademi, Kael merasa lebih yakin. Mereka telah memulai perjalanan yang panjang dan berbahaya, namun kini mereka memiliki lebih banyak pemahaman tentang kekuatan yang mereka miliki dan bagaimana cara mengendalikannya dengan bijaksana.
Pada pagi yang cerah setelah latihan intensif di ruang perpustakaan Akademi Waktu, Kael dan teman-temannya kembali melanjutkan pencarian mereka akan pengetahuan yang lebih dalam. Walaupun latihan manipulasi waktu memberi mereka sedikit pemahaman tentang kekuatan yang mereka miliki, mereka merasa masih ada banyak hal yang harus dipelajari, terutama mengenai asal-usul Akademi Waktu dan rahasia yang terkandung di dalamnya.
Lysandra, yang sejak awal selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang sejarah dan ilmu pengetahuan, merasa ada sesuatu yang kurang. Ia sering mendengar desas-desus tentang kekuatan besar yang mengalir di Akademi Waktu, namun tidak ada yang benar-benar tahu tentang bagaimana tempat ini didirikan dan apa tujuan aslinya. Mengingat betapa mendalamnya pengetahuan yang tersembunyi di sini, ia merasa bahwa ada buku atau artefak yang dapat memberikan jawaban.
Dengan tekad itu, Lysandra mengajak Kael, Riven, Lianara, dan Varic untuk melanjutkan pencarian mereka di bagian perpustakaan yang lebih dalam. "Aku merasa kita harus menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar buku teks," katanya, suaranya penuh keyakinan.
Mereka berjalan lebih jauh ke dalam ruang perpustakaan, melewati rak-rak buku yang sangat tinggi, dipenuhi dengan volume tebal yang tampaknya tidak pernah disentuh oleh siapapun. Ruangan itu semakin gelap, namun cahaya yang dipancarkan oleh bola energi di tangan Kael dan teman-temannya cukup untuk menerangi jalan mereka.
Di salah satu sudut perpustakaan yang tampaknya paling terpencil, Kael menemukan sebuah pintu tersembunyi di balik rak-rak buku. Pintu itu tidak terlihat mencolok, namun ada sesuatu yang memanggil mereka untuk membuka pintu tersebut. Lianara, yang lebih cermat, adalah yang pertama kali menyadari adanya sesuatu yang aneh di sana.
"Ada sesuatu di sini," kata Lianara dengan tenang, menyentuh bagian tertentu dari rak yang kemudian terbuka, mengungkapkan sebuah ruangan kecil yang tersembunyi.
Pintu itu terbuka dengan suara gemerisik, dan di dalamnya mereka menemukan sebuah ruang yang dipenuhi dengan rak buku yang tampak lebih tua dan lebih berdebu dari bagian perpustakaan lainnya. Buku-buku ini tidak tercatat di katalog perpustakaan, dan tampaknya tidak ada yang pernah menggunakannya dalam waktu yang sangat lama.
Kael memimpin langkah mereka masuk ke dalam ruangan itu. Di salah satu sudut, ia menemukan sebuah buku besar yang tampaknya lebih tua dari segala hal yang ada di sekitar mereka. Buku itu terletak di atas meja kayu yang tampaknya telah lama terabaikan. Sampulnya terbuat dari kulit hitam, dengan simbol-simbol kuno yang sulit dipahami, namun ada kesan mistis yang kuat pada buku itu.
Lysandra dengan hati-hati membuka buku tersebut, dan begitu halaman pertama dibuka, mereka disambut oleh tulisan-tulisan yang rumit namun penuh dengan informasi. Tulisan itu tampaknya menggambarkan sejarah panjang yang tersembunyi di balik Akademi Waktu.
"Ini... ini adalah buku sejarah Akademi Waktu," kata Lysandra terkejut, matanya berkilauan dengan antusiasme. "Tapi ini... ini lebih dari sekadar catatan biasa."
Kael mendekat dan membaca bersama teman-temannya. Di dalam buku itu, tertulis sejarah yang mengungkapkan asal-usul Akademi Waktu yang jauh lebih tua daripada yang mereka bayangkan. Akademi ini didirikan oleh Seraphis, pendiri pertama dan kepala Akademi Waktu yang legendaris. Namun, tidak hanya Seraphis yang terlibat. Ada cerita tentang beberapa orang yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mengendalikan waktu dan dimensi—beberapa di antaranya adalah penjaga yang dikenal oleh akademi, yang memiliki kekuatan yang bahkan lebih besar dari Seraphis sendiri.
Menurut buku tersebut, Akademi Waktu bukan hanya tempat untuk belajar, melainkan sebuah benteng untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Akademi ini didirikan pada saat kekuatan waktu mulai meresap ke dalam dimensi yang berbeda, yang mengarah pada perpecahan dan potensi kehancuran bagi dunia mereka. Seraphis dan kelompoknya mendirikan akademi ini untuk menciptakan pengawas dan penjaga waktu, yang tidak hanya akan mengajarkan seni manipulasi waktu tetapi juga menjaga keseimbangan alam semesta.
Saat mereka melanjutkan membaca, buku itu mulai mengungkapkan hal-hal yang lebih mencengangkan. Ada catatan mengenai kekuatan yang sangat terlarang, yang dikenal sebagai "Chrono Crystals," sebuah bentuk energi yang sangat kuat, mampu mengubah jalannya sejarah dan merusak keseimbangan waktu. Kekuatan ini tersembunyi dalam ruang-ruang rahasia di Akademi Waktu, dan hanya sedikit orang yang tahu cara mengaksesnya.
Ada juga cerita tentang Voidwalkers, entitas misterius yang muncul dari dimensi waktu yang lebih gelap, berusaha menghancurkan dunia dengan merusak garis waktu. Seraphis dan para pendiri akademi bekerja sama untuk membentuk garis waktu yang teratur dan menjaga agar kekuatan-kekuatan gelap itu tetap terjaga di luar jangkauan dunia mereka. Namun, kekuatan yang terkandung dalam Chrono Crystals begitu besar, sehingga beberapa penjaga waktu malah tergoda untuk menyalahgunakan kekuatan itu demi kepentingan pribadi mereka.
"Sepertinya ada lebih banyak yang harus kita pelajari tentang Chrono Crystals," kata Kael dengan nada serius. "Ini bisa menjadi ancaman besar jika sampai jatuh ke tangan yang salah."
Varic menutup buku itu perlahan, matanya terfokus dan wajahnya menunjukkan pemikiran mendalam. "Jadi, Akademi ini didirikan untuk melindungi dunia dari kekuatan-kekuatan seperti ini... dan mungkin, kita juga harus terlibat dalam menjaga keseimbangan itu.
Kael dan teman-temannya berdiri dalam keheningan, menyadari bahwa mereka telah menemukan petunjuk yang sangat penting tentang masa lalu Akademi Waktu, dan mungkin juga tentang masa depan mereka. Mereka menyadari bahwa perjalanan mereka untuk memahami dan mengendalikan waktu bukan hanya untuk tujuan pribadi, tetapi untuk memastikan keseimbangan dunia mereka tetap terjaga.
Buku tersebut menyebutkan bahwa hanya mereka yang benar-benar memahami bahaya dari Chrono Crystals yang bisa memegang kunci untuk mencegah bencana besar. Mungkin tugas mereka di Akademi Waktu tidak hanya untuk belajar, tetapi juga untuk melindungi dunia dari ancaman yang lebih besar yang tak terlihat oleh banyak orang.
Lysandra memandang buku itu dengan tekad yang lebih kuat. "Jika kita ingin memahami kekuatan kita, kita juga harus memahami sejarah yang melatarbelakanginya. Kita akan mempelajari ini lebih dalam, dan kita harus siap untuk apa pun yang datang."
Dengan tekad baru, mereka meninggalkan ruang tersembunyi tersebut, namun buku itu tetap ada dalam pikiran mereka, membawa mereka pada pemahaman bahwa kekuatan waktu lebih besar dan lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan banyak rahasia yang masih menunggu untuk ditemukan.
Setelah menemukan buku sejarah yang mengungkap banyak hal tentang Akademi Waktu, Kael dan teman-temannya merasa bahwa mereka harus mencari penjelasan lebih lanjut. Banyak pertanyaan yang masih menggantung di kepala mereka, dan mereka tahu hanya ada satu orang yang bisa memberi jawaban yang mereka butuhkan, Seraphis, kepala Akademi Waktu itu sendiri.
Keputusan untuk menemui Seraphis datang begitu saja. Buku yang mereka temukan berisi informasi tentang Chrono Crystals dan ancaman Voidwalkers, yang tampaknya bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga peringatan akan sesuatu yang lebih besar. Kael merasa semakin yakin bahwa mereka berada di ambang sesuatu yang sangat penting.
"Jika ada yang tahu tentang kekuatan yang ada dalam buku itu, pasti dia," kata Kael dengan nada serius. "Kita harus mencari Seraphis dan berbicara langsung padanya."
Lysandra mengangguk setuju. "Aku setuju. Kita sudah menemukan banyak informasi, tapi kita masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Chrono Crystals, atau mengapa Akademi Waktu ada. Aku rasa ini bisa berkaitan dengan tujuan Akademi yang lebih besar."
Mereka semua sepakat untuk menemui Seraphis. Dengan tekad itu, mereka berjalan menuju ruangan utama di gedung tertinggi Akademi Waktu, tempat kepala akademi biasanya berada.
Setelah melalui beberapa koridor yang panjang dan menghadap ke ruangan besar yang biasanya digunakan untuk pertemuan, mereka akhirnya sampai di sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu hitam dan dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno. Pintu ini tampaknya berbeda dari pintu lain yang ada di Akademi. Ada kesan sakral dan misterius yang menyelimutinya.
Lysandra mengetuk pintu dengan lembut, tetapi tak ada jawaban. Mereka mencoba sekali lagi, dan kali ini suara dari dalam menjawab.
"Masuklah."
Pintu itu terbuka dengan sendirinya, memberikan mereka kesempatan untuk memasuki ruangan yang megah namun penuh ketenangan. Ruangan itu terang, dipenuhi dengan cahaya alami yang mengalir dari jendela besar, dan di tengah-tengah ruangan terdapat meja besar di mana Seraphis, kepala Akademi Waktu, duduk. Seraphis, dengan penampilannya yang agung dan kharismatik, menatap mereka dengan mata yang penuh kebijaksanaan.
Seraphis bukan hanya seorang kepala akademi, dia adalah legenda hidup, orang yang mendirikan tempat ini dan yang memiliki pengetahuan luar biasa tentang waktu dan dimensi. Rambutnya yang putih keperakan mengalir dengan elegan, dan jubah panjang yang dikenakannya berkilau seperti aliran waktu itu sendiri. Meskipun sudah sangat tua, matanya tetap tajam dan penuh wibawa, mencerminkan pengalamannya yang luas.
"Ah, para murid Akademi Waktu," kata Seraphis dengan suara tenang namun penuh kuasa. "Apa yang membawa kalian ke sini?"
Kael merasa sedikit gugup, namun ia tahu ini adalah saat yang penting. Dengan tekad, ia berkata, "Kami menemukan sebuah buku di perpustakaan, Buku Sejarah Akademi Waktu. Buku itu mengandung banyak informasi tentang Chrono Crystals dan ancaman yang kami rasa masih tersembunyi di balik Akademi ini. Kami ingin tahu lebih banyak, terutama tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Akademi ini dan kekuatan yang terkandung dalam buku itu."
Seraphis mengangkat alisnya, tampaknya terkejut, meskipun ia tidak menunjukkan kekhawatiran. "Buku itu... tentu saja, kalian menemukannya. Itu adalah buku yang sangat kuno, dan bukan untuk dibaca sembarangan."
Lysandra berbicara dengan penuh rasa ingin tahu. "Tapi mengapa buku itu disembunyikan? Apa yang sebenarnya terjadi dengan Chrono Crystals dan Voidwalkers yang disebutkan di dalamnya? Bukankah itu berbahaya?"
Seraphis mendalamkan pandangannya dan diam sejenak. Udara di dalam ruangan terasa tegang, dan waktu seperti berhenti sejenak sebelum akhirnya ia berbicara dengan suara yang dalam dan penuh makna.
"Kekuatan Chrono Crystals adalah kekuatan yang sangat terlarang," ujar Seraphis, suaranya penuh dengan kewaspadaan. "Buku yang kalian temukan mengungkapkan banyak hal yang seharusnya tidak diketahui oleh banyak orang. Chrono Crystals bukan hanya sekadar energi waktu. Mereka adalah inti dari kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang dapat mengubah jalannya sejarah, membalikkan waktu, dan bahkan menghancurkan seluruh dunia. Karena itu, kami, para pendiri Akademi Waktu, berusaha keras untuk menyembunyikan dan menjaga kekuatan itu."
Kael mengernyitkan dahi. "Tapi, kenapa membiarkan buku itu ada di perpustakaan? Bukankah itu berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah?"
Seraphis menghela napas panjang. "Memang benar, itu adalah bahaya yang selalu ada. Namun, Akademi Waktu juga harus mengajarkan murid-muridnya untuk memahami dan mengendalikan kekuatan-kekuatan besar ini. Tanpa pemahaman yang benar, kekuatan itu bisa jatuh ke tangan yang salah, seperti yang telah terjadi di masa lalu. Kami selalu mengingatkan para murid bahwa meskipun kekuatan ini luar biasa, mereka harus berhati-hati dalam menggunakannya."
Lysandra bertanya lagi, "Tapi bagaimana dengan Voidwalkers? Apa kaitannya dengan semua ini?"
Seraphis menatap mereka dengan mata yang serius. "Voidwalkers adalah entitas yang berasal dari dimensi waktu yang lebih gelap. Mereka lahir dari celah-celah waktu yang rusak, akibat penyalahgunaan kekuatan seperti Chrono Crystals. Mereka bukan hanya ancaman fisik, tetapi juga ancaman terhadap keseimbangan alam semesta. Mereka bisa mengubah kenyataan, mengaburkan garis waktu, dan menghancurkan segala sesuatu yang ada."
Seraphis berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju jendela besar yang menghadap ke luar. "Akademi ini dibangun untuk mencegah kekuatan-kekuatan itu menghancurkan dunia. Tugas kalian, sebagai murid Akademi Waktu, adalah untuk menjaga agar kekuatan tersebut tidak jatuh ke tangan yang salah. Dunia ini membutuhkan penjaga waktu yang bijaksana dan kuat."
Kael merasa seolah sebuah beban berat terletak di pundaknya. "Jadi, kami harus melawan Voidwalkers?"
Seraphis menoleh dan memandang mereka dengan mata penuh harapan. "Itulah pilihan yang mungkin harus kalian ambil. Namun, ingatlah, kekuatan ini tidak bisa dibiarkan tanpa pengawasan. Kalian harus siap menghadapi apa pun yang datang, dan menjaga keseimbangan yang rapuh ini. Jika tidak, dunia yang kalian kenal akan terancam runtuh."
Dengan itu, Seraphis kembali duduk, menandakan bahwa pertemuan mereka hampir selesai. "Aku percaya kalian memiliki potensi untuk memahami dan mengendalikan kekuatan ini. Tapi kalian harus terus belajar, dan lebih penting lagi, belajar untuk mengendalikan diri sendiri."
Kael dan teman-temannya saling memandang, menyadari bahwa perjalanan mereka untuk memahami dan menguasai waktu baru saja dimulai. Mereka harus menjaga keseimbangan dunia ini, melawan ancaman yang datang dari Voidwalkers, dan menjaga agar kekuatan Chrono Crystals tidak jatuh ke tangan yang salah. Sebuah tugas besar, namun mereka siap untuk menghadapi tantangan itu bersama.
Setelah pertemuan dengan Seraphis, Kael dan teman-temannya meninggalkan ruang utama Akademi Waktu dengan perasaan campur aduk. Penjelasan tentang Chrono Crystals dan ancaman Voidwalkers membuat mereka merasa terperangkap dalam sebuah perang yang tak tampak, perang yang melibatkan bukan hanya waktu, tetapi seluruh dimensi dan keseimbangan alam semesta.
Lysandra berjalan di samping Kael, wajahnya serius, namun ada kilau keingintahuan yang tak bisa disembunyikan di matanya. "Jadi, apa yang kita lakukan sekarang?" tanyanya. "Seraphis tidak memberikan kita banyak petunjuk tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, selain belajar mengendalikan kekuatan kita."
Riven yang berjalan di belakang mereka menatap jalan panjang yang membentang di depan Akademi. "Mungkin ini waktunya kita benar-benar mengasah kemampuan kita," katanya. "Jika Voidwalkers memang ancaman seperti yang dikatakan Seraphis, kita harus siap menghadapi mereka."
Lianara yang terdiam sejak tadi akhirnya membuka mulut. "Seraphis juga mengatakan kita harus menjaga keseimbangan. Tapi, apa artinya itu? Bagaimana kita tahu jika kita sudah cukup kuat untuk menghadapi ancaman yang jauh lebih besar dari kita?"
Kael menggenggam buku sejarah yang masih ia pegang, merenung sejenak. "Mungkin... kita tidak harus menunggu ancaman itu datang. Kita harus mencari lebih banyak informasi tentang Voidwalkers, tentang Chrono Crystals, dan tentang kekuatan apa yang sebenarnya tersembunyi di dunia ini. Ada lebih banyak hal yang perlu kita pelajari, dan ini bukan hanya tentang menguasai waktu, tetapi juga tentang memahami apa yang bisa kita lakukan dengan kekuatan ini."
Keputusan Kael untuk kembali ke perpustakaan tidaklah mengejutkan. Mereka semua tahu bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar memahami apa yang mereka hadapi adalah dengan menggali lebih dalam, terutama tentang sejarah Akademi Waktu dan semua yang tersembunyi di baliknya.
Setelah beberapa saat merenung, mereka kembali ke perpustakaan. Tempat itu masih seperti yang mereka ingat, sunyi, penuh dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi, dan suasana yang hampir seperti zaman purba. Hanya ada suara langkah kaki mereka yang bergema di ruangan besar itu.
"Lysandra, apakah kamu ingat apa yang dikatakan Seraphis tentang menjaga keseimbangan?" tanya Kael sambil melangkah menuju salah satu rak buku yang penuh dengan gulungan tua.
Lysandra mengangguk, "Ya. Dia mengatakan kita harus menjaga keseimbangan antara kekuatan dan kehati-hatian. Tapi aku rasa, itu lebih dari sekedar kata-kata. Ada sesuatu yang lebih dalam, mungkin tentang bagaimana kita harus menggunakan kekuatan kita untuk mencegah kehancuran."
Riven menyentuh salah satu buku di rak dan memandangi sampulnya. "Aku rasa kita juga harus mengetahui lebih banyak tentang apa yang bisa membuat Voidwalkers begitu kuat. Apa yang membedakan mereka dari kita? Bagaimana mereka bisa mengubah garis waktu?"
Lianara berjalan menuju meja besar yang terletak di tengah perpustakaan. "Kita harus mempelajari taktik mereka. Jika kita mengerti bagaimana mereka beroperasi, kita bisa mengantisipasi apa yang mereka rencanakan."
Mereka semua sepakat untuk menggali lebih dalam dan mulai mencari informasi lebih lanjut.
Ketika mereka mulai menyelami tumpukan buku dan gulungan tua, mereka merasa sedikit kewalahan dengan banyaknya informasi yang harus dicerna. Beberapa buku berisi teori-teori ilmiah, sementara yang lainnya berisi ramalan kuno dan catatan dari para pendiri Akademi. Semua itu saling tumpang tindih, membuat mereka semakin bingung.
Namun, saat itulah Althea, penjaga perpustakaan, mendekati mereka. Althea adalah seorang wanita tua yang telah bekerja di Akademi Waktu selama bertahun-tahun, menjaga arsip-arsip dan buku-buku kuno yang ada di sana. Matanya tajam meskipun usianya yang sudah lanjut, dan tubuhnya selalu tegap, mencerminkan dedikasinya terhadap pekerjaannya.
"Sepertinya kalian membutuhkan bantuan," kata Althea dengan suara lembut namun penuh wibawa. "Aku tahu banyak tentang koleksi di sini. Apa yang kalian cari?"
Kael mengangguk, merasa lega. "Kami ingin memahami lebih banyak tentang Voidwalkers dan Chrono Crystals. Ada satu buku yang kami temukan di perpustakaan, sepertinya berisi tentang sejarah Akademi Waktu. Tetapi kami merasa ada lebih banyak hal yang tidak kami mengerti."
Althea tersenyum bijak. "Ah, buku sejarah itu. Itu adalah buku yang sangat tua, dan sering kali, informasi di dalamnya diselimuti misteri. Namun, aku tahu apa yang kalian cari. Jika kalian ingin benar-benar mengerti ancaman yang akan datang, kalian harus menggali lebih dalam tentang sejarah asli dari pendiri Akademi ini. Mereka tidak hanya membangun tempat ini untuk mendidik para murid. Akademi Waktu sendiri adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar."
Lysandra bertanya, "Apa maksudmu? Apa hubungan Akademi ini dengan dunia luar?"
Althea menghela napas panjang dan memandang mereka dengan pandangan yang dalam. "Akademi ini adalah benteng terakhir. Selama ribuan tahun, para pendiri Akademi berjuang untuk mencegah kehancuran dunia dengan cara melindungi kekuatan waktu. Mereka bukan hanya pendidik, tapi juga penjaga keseimbangan antara berbagai dimensi dan garis waktu. Chrono Crystals bukan hanya sumber kekuatan, mereka juga adalah kunci yang menghubungkan dunia ini dengan dunia lain, dimensi lain."
Kael merasa sebuah aliran dingin merambat di punggungnya. "Jadi, apa yang bisa kami lakukan dengan informasi ini? Apa yang kami bisa lakukan untuk mencegah kehancuran itu?"
Althea menjawab dengan serius. "Untuk mencegah kehancuran, kalian harus memahami lebih banyak tentang bagaimana kekuatan ini bekerja. Dan untuk itu, kalian harus belajar lebih banyak tentang diri kalian sendiri, tentang kemampuan yang baru kalian temukan. Setiap dari kalian memiliki potensi yang lebih besar daripada yang kalian bayangkan, dan itu adalah kunci untuk melawan ancaman yang lebih besar."
Lianara mengangguk perlahan. "Kami harus belajar mengendalikan kekuatan itu. Tapi itu berarti kami harus lebih memahami siapa kami dan apa yang bisa kami lakukan."
Althea memandang mereka dengan rasa hormat. "Ya. Kalian harus siap menghadapi ujian yang akan datang. Tidak hanya tentang mengendalikan waktu, tetapi juga tentang mengendalikan diri kalian sendiri."
Dengan bantuan Althea, mereka mulai lebih memahami berbagai konsep rumit yang ada dalam buku-buku tua itu. Setiap hari, mereka kembali ke perpustakaan untuk mempelajari lebih banyak tentang sejarah Akademi, Voidwalkers, dan Chrono Crystals, serta apa yang mereka perlukan untuk melindungi keseimbangan dunia mereka.
Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang terus mengganggu pikiran Kael, sebuah perasaan bahwa ancaman yang lebih besar sedang mendekat, dan waktu mereka semakin sedikit.
Meskipun Kael dan teman-temannya mulai mempelajari banyak hal tentang Voidwalkers dan kekuatan yang tersembunyi dalam Chrono Crystals, perasaan cemas dan tertekan semakin menguasai mereka. Setiap informasi baru yang mereka gali seakan membuka lebih banyak pertanyaan, dan itu membuat mereka merasa semakin jauh dari jawabannya. Setiap hari di perpustakaan Akademi Waktu menjadi semakin membebani pikiran mereka.
Kael, yang biasanya tegar dan bersemangat untuk mengeksplorasi segala kemungkinan, mulai merasa jenuh. Ketegangan yang meningkat di sekitar mereka mulai menekan hatinya. Dia merasa seperti berada di tengah pusaran yang tak terlihat, di mana setiap langkah yang mereka ambil seakan semakin mendekatkan mereka pada takdir yang tak bisa dihindari.
"Semakin kita tahu, semakin rumit semuanya," keluh Kael suatu hari saat mereka beristirahat di luar perpustakaan, menghirup udara segar dari taman Akademi. "Aku mulai merasa seperti kita hanya mengejar bayangan. Semua teori ini... Voidwalkers, Chrono Crystals... semuanya terasa begitu besar dan tak terkendali. Seolah kita hanya bergerak mundur."
Lysandra duduk di sampingnya, tampak berpikir sejenak. "Mungkin kita terlalu terbebani oleh semuanya. Kita bukan satu-satunya yang pernah menghadapi ancaman besar, Kael. Mungkin, kita harus lebih berhati-hati. Kita bisa memilih untuk tidak terlalu terikat pada semua hal yang membebani ini, bukan?"
Kael menatapnya, bingung. "Maksudmu?"
Lysandra menghela napas, matanya menatap horizon yang jauh. "Kadang-kadang, terlalu banyak pengetahuan bisa menjadi beban. Kita terlalu fokus pada hal-hal yang belum pasti. Mengapa kita harus terus menggali hal-hal yang belum kita mengerti sepenuhnya? Mungkin kita bisa fokus pada kemampuan kita sendiri, mengendalikan kekuatan yang kita miliki, dan berhenti terlalu khawatir tentang ancaman yang mungkin belum datang."
Kael terdiam, mencerna kata-kata Lysandra. Ada kebenaran dalam apa yang dia katakan. Meskipun ketakutan tentang ancaman Voidwalkers terus membayangi, bukankah lebih bijaksana untuk mengambil langkah mundur sejenak? Fokus pada diri sendiri, belajar menguasai kemampuan mereka, dan membiarkan waktu untuk memberi jawaban tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Riven yang berjalan mendekat ikut bergabung dalam pembicaraan. "Aku setuju dengan Lysandra. Kenapa kita harus terus-terusan menambah tekanan pada diri sendiri dengan memikirkan semua kemungkinan buruk? Kita harus belajar mengendalikan diri kita dulu, baru berpikir tentang hal-hal besar yang belum jelas. Aku lebih memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal yang bisa kita hindari."
Lianara mengangguk setuju. "Tidak ada gunanya terbebani oleh hal yang tidak bisa kita kendalikan. Kita akan lebih kuat jika kita tahu apa yang bisa kita lakukan, daripada terus-terusan terjebak dalam ketidakpastian."
Kael merasa beban di pundaknya sedikit terangkat. Teman-temannya, yang dulu selalu bersemangat dan penuh tekad, kini memberikan pandangan yang berbeda. Mereka tidak ingin terlalu terperangkap dalam ketakutan tentang masa depan. Mereka ingin memfokuskan diri pada apa yang ada di depan mereka, mengendalikan apa yang bisa mereka kendalikan, dan berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan cara yang lebih ringan.
Mereka memutuskan untuk mengambil pendekatan yang lebih sederhana. Mereka mulai berfokus pada pelatihan kemampuan individu mereka, meningkatkan kekuatan mereka dalam penguasaan waktu dan melatih kekuatan fisik mereka. Mereka tidak lagi terlalu fokus pada teori yang rumit, meskipun mereka tetap melanjutkan studi mereka di perpustakaan, namun dengan pendekatan yang lebih santai.
Kael mulai lebih banyak melatih pengendalian kekuatan waktu yang ia pelajari, menciptakan perubahan kecil dalam waktu sekitarnya, seperti mempercepat atau memperlambat proses pertumbuhan tanaman di sekitar Akademi. Dia merasa bahwa dengan menguasai hal-hal kecil terlebih dahulu, ia bisa membangun fondasi yang lebih kuat.
Lysandra, yang selalu cerdas dengan teori, kini lebih banyak menghabiskan waktu di ruang latihan, mengasah keterampilan fisiknya dan memperdalam kemampuan kontrol sihirnya. Meskipun dia tetap membaca buku-buku teori waktu, dia lebih memilih menguji kemampuan baru dalam praktik ketimbang terjebak dalam diskusi teoretis yang tak ada habisnya.
Riven, yang lebih cenderung bertindak daripada berbicara, mulai berlatih menggunakan pedangnya dengan kecepatan yang luar biasa, menggabungkan ketangkasan fisik dengan kemampuan waktu yang ia pelajari. Dia merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk menguasai kekuatannya tanpa terperangkap dalam kecemasan tentang apa yang mungkin terjadi.
Lianara, dengan sifatnya yang lebih tenang, mulai mendalami seni bertahan hidup dan navigasi dimensi waktu. Dengan bantuan buku-buku yang mereka temukan di perpustakaan, dia mengasah kemampuannya untuk bergerak melalui dimensi waktu, mencoba menemukan cara untuk memanfaatkan perjalanannya tanpa terlalu khawatir tentang konsekuensi besar yang mungkin mengikuti.
Seiring waktu, Kael dan teman-temannya mulai menemukan keseimbangan yang mereka cari. Mereka tidak lagi terfokus pada beban besar yang mereka hadapi, melainkan pada langkah-langkah kecil yang akan membawa mereka menuju penguasaan diri. Mereka berhenti mencoba mengendalikan setiap aspek takdir mereka dan lebih memilih untuk hidup dalam momen ini.
Mereka mulai mengunjungi tempat-tempat yang mereka sukai di sekitar Akademi, menikmati waktu bersama tanpa terlalu banyak berpikir tentang ancaman atau kekuatan besar yang ada di luar sana. Keputusan mereka untuk menghindari hal-hal yang terlalu merepotkan memberikan mereka sedikit ruang untuk bernapas, untuk menikmati kehidupan mereka yang baru, dan untuk menghargai setiap langkah kecil menuju pemahaman yang lebih besar.
Kael menyadari bahwa tidak semua hal harus dipikirkan dengan terlalu dalam. Kadang-kadang, mengambil langkah mundur dan membiarkan waktu berjalan dengan sendirinya adalah cara terbaik untuk menemukan jawaban yang tepat.