Chereads / AKADEMI WAKTU / Chapter 29 - CHAPTER 29

Chapter 29 - CHAPTER 29

Keindahan Dunia Aetheris yang sempat tersebar di Akademi Waktu akhirnya mencapai lebih banyak telinga, termasuk di luar kalangan murid Akademi Waktu. Sebagai tempat yang penuh ketenangan dan keseimbangan waktu, dunia itu menjadi legenda yang tidak bisa dipungkiri daya tariknya. Setiap detail yang dibagikan oleh Kael, Risa, Lianara, Lysandra, Riven, dan Varic tentang dunia asal mereka, seolah memancarkan pesona yang tak bisa diabaikan.

Namun, meskipun dunia itu kini terdengar sangat menggiurkan, ada satu aturan yang sangat ketat dan tidak bisa diganggu gugat: Dunia Aetheris bukanlah tempat yang boleh dijadikan tujuan wisata sembarangan, dan keberadaannya harus tetap tersembunyi. Para pengajar di Akademi Waktu, terutama Alian dan Araneth, mengingatkan dengan tegas kepada semua murid bahwa dunia tersebut adalah tempat yang hanya boleh diketahui oleh mereka yang berhak, dan perjalanan antar-dimensi harus dijaga kerahasiaannya. Setiap orang yang mencoba membongkar keberadaan Dunia Aetheris atau mengungkapkan identitas dunia itu, akan berhadapan dengan konsekuensi yang sangat serius.

Meskipun demikian, keinginan untuk mengunjungi Dunia Aetheris tidak pernah padam. Keindahan dunia itu, dengan lanskapnya yang tenang, aliran waktu yang tidak terburu-buru, dan suasana yang damai, menyihir banyak orang, baik di Akademi Waktu maupun dunia luar. Beberapa murid di Akademi Waktu mulai membicarakan kemungkinan untuk menjadikan Dunia Aetheris sebagai destinasi wisata tersembunyi. Mereka mulai bertanya-tanya, apakah ada cara bagi mereka untuk mengunjungi dunia itu tanpa harus mengungkapkan identitasnya kepada orang luar.

Beberapa murid dari Akademi Waktu bahkan mulai berbisik-bisik, mencoba merencanakan perjalanan pribadi ke dunia tersebut. Namun, mereka semua tahu bahwa jika mereka melanggar aturan ini, konsekuensinya akan sangat serius. Hanya mereka yang telah diberi izin khusus yang bisa mengunjungi Dunia Aetheris tanpa memicu kerusakan besar.

"Sungguh luar biasa," ujar Zara dengan penuh keinginan, berbicara kepada teman-temannya. "Dunia Aetheris sepertinya adalah tempat yang tidak bisa kita temukan di mana pun. Begitu banyak yang ingin tahu tentang dunia itu, tetapi kita tahu, hanya mereka yang benar-benar dihormati yang bisa mengunjunginya."

Rael, yang sering kali menunjukkan ketajaman intelektualnya, menanggapi, "Dunia itu memang sangat indah, tetapi jika kita membuka identitasnya terlalu banyak, bisa berbahaya. Dunia Aetheris adalah dunia yang sangat terhubung dengan dimensi kita, dan jika kita membocorkan keberadaannya tanpa izin, kita bisa mengubah keseimbangan antara dimensi dengan sangat cepat."

Namun, meskipun berbicara tentang kebijaksanaan ini, hati mereka semua tak bisa menahan hasrat untuk menyaksikan dunia itu lebih sering. Keindahan Dunia Aetheris, yang telah menyentuh banyak hati, telah menjadikannya suatu tempat yang sangat diinginkan untuk dilihat, meskipun dibatasi oleh ketatnya aturan yang ada.

Alian, yang mengetahui potensi besar dari hasrat yang tumbuh ini, mengadakan pertemuan dengan semua pengajar dan murid senior di Akademi Waktu. Dalam pertemuan tersebut, ia berbicara dengan tegas tentang pentingnya menjaga rahasia besar ini.

"Dunia Aetheris," katanya dengan suara yang dalam dan penuh makna, "adalah tempat yang sangat berharga dan tak ternilai. Keberadaannya tidak boleh diketahui oleh sembarang orang, dan lebih penting lagi, identitasnya tidak boleh dibocorkan kepada dunia luar. Mengungkapkan Dunia Aetheris atau bahkan membiarkan dunia ini diketahui oleh mereka yang tidak berhak akan mengancam keseimbangan antara dimensi."

Araneth yang selalu berwibawa di kalangan pengajar menambahkan, "Jika kalian merasa terpesona oleh dunia itu, ingatlah bahwa kita menjaga keberadaannya demi keselamatan semua dimensi yang ada. Jika dimensi ini terungkap atau jika ada yang mengeksploitasi Dunia Aetheris untuk keuntungan pribadi, kita akan menghadapi bencana yang jauh lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan."

Walaupun ada keinginan besar untuk membawa lebih banyak orang ke Dunia Aetheris, pada akhirnya, para pengajar dan murid yang lebih bijak menyadari bahwa keberadaan dunia itu harus tetap terlindungi. Bahkan untuk Kael dan teman-temannya, meskipun mereka adalah bagian dari dunia itu, mereka tahu bahwa perjalanan mereka ke Aetheris bukan untuk tujuan hiburan. Dunia itu lebih dari sekadar tempat wisata; itu adalah rumah mereka, dan keberadaannya tidak boleh dijadikan alasan untuk mengungkapkan segalanya kepada dunia luar.

Suatu hari, setelah kembali dari kunjungan singkat ke Dunia Aetheris, Kael berbicara kepada Risa, yang terlihat sedikit ragu tentang pembatasan yang ada. "Meskipun dunia kita terlihat begitu indah," katanya, "kita harus ingat, Risa, bahwa ada alasan kenapa kita harus merahasiakan segalanya. Dunia Aetheris bukanlah tempat untuk dicari tahu oleh sembarang orang. Itu adalah tempat yang sangat spesial dan terhubung dengan kita semua, jika kita membocorkannya begitu saja, kita akan merusak keseimbangan yang ada."

Risa mengangguk, meskipun terlihat ada rasa penasaran yang masih menggelora. "Aku mengerti, Kael. Tetapi rasanya sulit untuk tidak ingin berbagi semua keindahan itu dengan orang lain."

Kael tersenyum tipis, menatap langit yang cerah di atas mereka. "Aku juga merasakannya, Risa. Tetapi kita harus berhati-hati. Dunia Aetheris adalah tempat yang lebih dari sekadar keindahan. Ini adalah bagian dari siapa kita, dan menjaga rahasia ini adalah bagian dari tanggung jawab kita."

Dengan peringatan ini, para murid dan pengajar di Akademi Waktu mulai memahami bahwa menjaga identitas Dunia Aetheris adalah bagian dari pelajaran yang lebih besar tentang pengendalian, kesadaran, dan keseimbangan. Dunia yang begitu damai ini tidak boleh dijadikan ajang untuk kepentingan pribadi atau hanya sekadar tempat wisata. Keberadaannya yang tersembunyi dan misterius menjadi bagian dari keindahan itu sendiri, dan itulah yang menjadikan Dunia Aetheris sangat istimewa.

Di dalam Akademi Waktu, pembicaraan tentang Dunia Aetheris tetap berlanjut, namun dengan kesadaran baru. Keindahan itu tak akan pernah bisa dimiliki oleh semua orang, tetapi bagi mereka yang mampu menjaga rahasianya, keindahan itu akan selalu menjadi bagian dari perjalanan mereka yang lebih besar, sebuah perjalanan untuk memahami waktu itu sendiri.

Keindahan Dunia Aetheris yang tersebar di kalangan murid Akademi Waktu bukan hanya sekadar kisah atau legenda. Setiap inci dari dunia asal Kael dan teman-temannya, dengan pemandangan alam yang memukau dan waktu yang mengalir dengan tenang, menjadi topik pembicaraan yang tak pernah habis. Para murid yang telah mengunjunginya, seperti Risa, merasa dunia itu adalah tempat yang tak pernah mereka bayangkan, sesuatu yang jauh lebih damai dan sempurna dibandingkan dengan dunia tempat mereka tinggal sebelumnya.

Namun, ada satu aturan yang jauh lebih penting daripada sekadar menikmati keindahan itu, dan itu adalah rahasia yang sangat dijaga oleh Akademi Waktu. Dunia Aetheris memang bukan dunia terlarang, tetapi ada satu hal yang harus dijaga dengan ketat: keberadaan Akademi Waktu di Dunia Aetheris. Tidak ada satu pun yang boleh tahu tentang tempat ini, terutama masyarakat yang tinggal di Dunia Aetheris.

Alian dan Araneth, yang memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya keseimbangan antara dunia, sering kali mengingatkan kepada semua murid bahwa Akademi Waktu bukan hanya tempat pembelajaran biasa. Akademi Waktu adalah sebuah tempat yang ada di luar waktu dan ruang, tempat di mana pengetahuan dan kekuatan besar dipelajari dan dijaga.

"Keberadaan Akademi Waktu," ujar Alian dalam suatu pertemuan dengan para murid dan pengajar, "tidak boleh diketahui oleh siapa pun di luar kalangan kita, khususnya mereka yang berasal dari Dunia Aetheris. Dunia kalian, Aetheris, adalah tempat yang memiliki aturan dan tatanan yang sangat berbeda, dan jika identitas kami, serta apa yang kami pelajari di sini, sampai ke telinga mereka, bisa memengaruhi keseimbangan yang sudah terjaga lama."

Araneth yang selalu tenang dan penuh wibawa menambahkan, "Masyarakat di Dunia Aetheris, meskipun luar biasa, tidak tahu akan eksistensi Akademi Waktu. Jika mereka mengetahui bahwa ada dimensi lain di luar mereka yang dipenuhi dengan pengetahuan yang lebih dalam tentang waktu, itu akan memengaruhi tatanan yang ada. Bahkan mereka yang paling bijak sekalipun bisa terperangkap dalam daya tarik pengetahuan itu."

Lianara, yang mendengarkan dengan seksama, bertanya dengan penasaran, "Jadi, meskipun Dunia Aetheris adalah tempat yang damai, kita harus menjaga jarak dari masyarakat mereka?"

"Betul," jawab Alian. "Dunia Aetheris adalah dunia yang seharusnya tetap terjaga dalam keaslian dan kedamaian mereka. Kehidupan mereka tidak membutuhkan pengetahuan tentang Akademi Waktu, dan pengetahuan tentang kami akan mengguncang keseimbangan itu. Akademi Waktu bukan untuk diketahui semua orang, terutama mereka yang tidak memiliki pemahaman tentang konsekuensi besar yang bisa terjadi jika waktu dan dimensi ini diketahui secara berlebihan."

Dengan pemahaman baru ini, Kael dan teman-temannya, meskipun merasa bangga dengan dunia asal mereka, tahu bahwa keberadaan Akademi Waktu harus tetap disembunyikan. Dunia Aetheris, dengan segala kedamaian dan kemajuannya, adalah dunia yang cukup sempurna tanpa mengetahui adanya Akademi Waktu dan kekuatan besar yang dipelajari di sana.

Namun, keinginan untuk berbagi keindahan Dunia Aetheris dengan orang lain tetap menggelora di dalam hati mereka. Kael sendiri, yang merasa sangat terhubung dengan teman-temannya di Akademi Waktu, pernah berpikir untuk mengajak mereka semua mengunjungi Dunia Aetheris untuk menikmati kedamaian itu. Tapi ia tahu, seiring dengan perjalanan mereka menuju kedalaman pengetahuan waktu, mereka harus memahami bahwa dunia mereka tidak boleh dipamerkan.

"Sungguh sulit," kata Kael kepada Risa suatu malam, saat mereka sedang berjalan di bawah langit yang cerah. "Terkadang aku ingin dunia ini dikenal oleh lebih banyak orang, dikenal untuk kedamaian dan kemakmurannya. Namun kita harus ingat, Risa, bahwa dunia ini adalah tempat yang sangat berbeda dari Akademi Waktu. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengetahui tentang kita."

Risa, yang sempat terpukau dengan keindahan Dunia Aetheris, mengangguk setuju. "Aku mengerti, Kael. Dunia Aetheris memang luar biasa, tetapi aku juga tahu bahwa tidak semua orang harus tahu tentang Akademi Waktu. Pengetahuan itu terlalu besar dan terlalu berbahaya jika sampai jatuh ke tangan yang salah."

Dalam perjalanan mereka melanjutkan pembelajaran di Akademi Waktu, para pengajar terus mengingatkan para murid untuk tidak membuka mulut tentang keberadaan Akademi Waktu di Dunia Aetheris. Keberadaan Akademi Waktu adalah bagian dari pengetahuan yang sangat terjaga, dan pengetahuan itu tidak boleh disebarluaskan kepada siapa pun yang tidak terpilih.

Setiap malam, saat mereka berlatih mengendalikan aliran waktu, Kael dan teman-temannya juga belajar untuk menghargai batasan-batasan yang ada di dunia mereka. Menjaga keseimbangan bukan hanya soal memanipulasi waktu, tetapi juga tentang mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa dibagikan.

Varic, yang selalu lebih tegas dalam berpikir, menyarankan, "Kita harus mengingat bahwa meskipun kita datang dari Dunia Aetheris, kita tidak bisa membawa serta rahasia Akademi Waktu ke dalam dunia itu. Itu bukan tempat mereka untuk mengetahui."

Lianara, yang merasa sedikit kesulitan dalam menerima konsep pembatasan ini, akhirnya bisa memahami apa yang dimaksud. "Mungkin lebih baik jika kita menjaga rahasia ini untuk diri kita sendiri, dan bukan mencoba mengubah dunia kita."

"Benar," kata Kael, matanya memandang jauh ke depan. "Dunia Aetheris memiliki tempatnya sendiri, dan kita harus menghormatinya. Akademi Waktu, meskipun luar biasa, adalah tempat yang hanya boleh diketahui oleh mereka yang benar-benar memahaminya."

Dengan pemahaman itu, Kael dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka di Akademi Waktu, penuh dengan pengetahuan dan kewaspadaan tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka bagi dengan dunia luar. Dunia Aetheris tetap menjadi tempat yang sangat berharga dan pribadi bagi mereka, sementara Akademi Waktu terus mengajarkan mereka bahwa tidak semua pengetahuan harus dibagikan, beberapa rahasia harus tetap tersembunyi demi keseimbangan yang lebih besar.

Dunia Aetheris bukanlah dunia terlarang, tetapi dunia yang memiliki aturan yang sangat berbeda. Mereka yang tinggal di sana tidak perlu mengetahui keberadaan Akademi Waktu, dan begitu pula sebaliknya. Keberadaan kedua dunia ini harus tetap terjaga dalam kedamaian dan keseimbangan yang telah ada selama ini. Itulah pelajaran terbesar yang Kael dan teman-temannya pelajari selama berada di Akademi Waktu: bahwa terkadang, menjaga rahasia adalah bagian dari menjaga keseimbangan dunia itu sendiri.

Setelah beberapa minggu berlalu di Akademi Waktu, Kael dan teman-temannya mulai merasakan betapa dalam dan beratnya pelajaran yang mereka terima. Mereka telah menguasai teori dasar tentang aliran waktu dan bagaimana merasakannya dalam tubuh mereka, namun kini saatnya untuk melangkah ke tahap yang lebih tinggi: mempraktikkan memperbaiki waktu yang rusak atau terdistorsi.

Alian dan Araneth memutuskan untuk mengadakan latihan praktek pertama mereka di luar ruangan Akademi. Para murid, termasuk Kael, Lianara, Lysandra, Riven, dan Risa, berkumpul di sebuah area terbuka yang disebut Pusat Zaman. Tempat ini berada di sisi Akademi Waktu, di mana waktu berputar dengan cara yang tidak teratur, memungkinkan mereka untuk melakukan eksperimen langsung dengan waktu.

"Perjalanan ini akan mengajarkan kalian hal yang lebih dalam," ujar Alian sambil melangkah maju, matanya yang tajam memandang ke horizon. "Memperbaiki waktu bukan hanya tentang memperlambat atau mempercepatnya. Ini tentang memperbaiki kehilangan waktu, kerusakan dalam aliran waktu yang telah terjadi, atau bahkan mengoreksi peristiwa yang telah terdistorsi."

Kael menatap Alian dengan serius, merasakan ketegangan di udara. "Bagaimana kita tahu kalau waktu itu benar-benar rusak?"

"Seringkali kita tidak bisa mengetahui kerusakan waktu hanya dengan mata telanjang," jawab Araneth yang berdiri di samping Alian. "Namun, saat kalian belajar lebih banyak tentang aliran waktu, kalian akan merasakannya. Seperti gelombang kecil yang tidak seharusnya ada di dalam aliran besar. Kerusakan ini bisa mengganggu kehidupan dan dunia sekitar kita."

"Jadi, kita akan memperbaiki apa yang rusak dalam aliran waktu?" tanya Lysandra, matanya berbinar dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Betul," jawab Araneth. "Tapi ingat, memperbaiki waktu adalah hal yang sangat rumit dan berbahaya. Tidak semua kerusakan bisa diperbaiki. Bahkan, jika kalian mencoba terlalu keras, kalian bisa menciptakan lebih banyak kerusakan. Ini adalah ujian bagi kalian untuk belajar kontrol."

Alian mengangguk dan kemudian melangkah maju, menarik perhatian semua murid. "Latihan pertama akan dimulai sekarang. Kalian akan diberi sebuah objek, dan kalian harus merasakannya untuk menentukan apakah waktu di sekitar objek itu telah terdistorsi. Jika terdeteksi adanya gangguan, tugas kalian adalah memperbaikinya."

Kael merasa hatinya berdegup lebih kencang. Ini bukan sekadar latihan biasa. Ini adalah ujian besar. Mereka diberi tantangan untuk menyentuh inti dari waktu itu sendiri, sebuah kekuatan yang sangat berbahaya dan belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Alian dan Araneth memberikan setiap murid sebuah Kepingan Zaman, sebuah benda kecil yang terbuat dari material langka yang hanya ada di Akademi Waktu. Kepingan ini akan menunjukkan seberapa besar kerusakan atau distorsi dalam waktu yang ada di sekitarnya. Benda itu tampak seperti kaca tipis berwarna biru kehijauan, dengan pola berputar di dalamnya yang berubah setiap kali aliran waktu berinteraksi dengannya.

"Perhatikan dengan seksama," kata Alian, memberi instruksi pada setiap murid. "Kalian harus merasakan aliran waktu di sekitar objek ini dan mencari tahu apakah ada perbedaan dalam aliran yang normal. Ketika kalian merasakan adanya gangguan, kalian harus menemukan cara untuk memperbaikinya."

Kael memegang Kepingan Zaman dengan hati-hati. Begitu benda itu menyentuh telapak tangannya, dia bisa merasakan getaran halus di dalam dirinya, seperti ada sesuatu yang tidak sesuai, sebuah ketidakseimbangan kecil dalam aliran waktu yang tidak seharusnya ada.

"Ini..." Kael berbisik, menyadari adanya ketegangan dalam udara. "Waktu di sekitar benda ini terasa tidak stabil."

Lianara, yang berdiri di dekatnya, juga merasakan hal yang sama. "Ini aneh. Seperti ada sesuatu yang terputus. Kita harus mencari cara untuk menyelaraskannya kembali."

"Mungkin kita bisa coba memutar waktu di sekitar benda ini," saran Riven, yang lebih banyak mempelajari teori tentang bagaimana mengatur ulang aliran waktu.

Alian mengangguk. "Itu salah satu teknik dasar. Namun, kalian harus ingat bahwa memperbaiki waktu tidak selalu berarti 'mengulang' atau 'memundurkannya.' Terkadang, waktu yang rusak hanya perlu diselaraskan kembali dengan aliran alami semesta."

Kael menutup matanya, fokus untuk merasakan lebih dalam getaran waktu yang ada di sekitar Kepingan Zaman. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian berusaha mengendalikan aliran waktu di dalam dirinya. Dengan lembut, dia mulai menyusun waktu kembali, merasakannya bergerak lebih harmonis dengan dunia di sekitarnya.

Lysandra, yang melihat Kael, mengikuti langkahnya. Dia juga mulai fokus, merasakan aliran waktu melalui tubuhnya, mencoba untuk merasakan bagian-bagian yang tidak selaras. Tangan mereka bergerak dengan hati-hati, seolah-olah mereka sedang menyusun potongan-potongan puzzle yang rapuh dan sangat mudah hancur.

"Tenang..." bisik Lianara kepada dirinya sendiri. "Waktu ini harus kembali ke tempatnya."

Setelah beberapa detik yang menegangkan, Kael merasakan aliran waktu mulai berubah. Kepingan Zaman di tangannya mulai stabil, dan getaran yang semula kacau itu mulai mereda. Dengan senyuman tipis, dia membuka matanya dan melihat benda itu kembali berkilau dengan cahaya biru yang lembut, seolah-olah waktu telah dipulihkan dengan sempurna.

"Bagus, Kael," kata Alian dengan nada yang penuh pujian. "Kalian telah berhasil menyelaraskan kembali aliran waktu. Tetapi ingat, memperbaiki waktu bukanlah hal yang bisa dilakukan sembarangan. Ini adalah kekuatan yang membutuhkan kehati-hatian yang luar biasa."

Riven mengangguk, merasa lebih percaya diri setelah latihan ini. "Jadi, kita bisa memperbaiki waktu, tapi itu membutuhkan kesabaran dan kontrol yang ketat?"

"Betul sekali," jawab Araneth. "Tapi kalian juga harus ingat, terkadang, tidak semua waktu yang rusak bisa diperbaiki. Beberapa distorsi harus dibiarkan untuk menjaga keseimbangan alam semesta."

Latihan ini hanyalah langkah pertama dalam perjalanan panjang mereka untuk menguasai waktu. Meskipun Kael dan teman-temannya merasa puas dengan pencapaian mereka, mereka tahu bahwa masih banyak yang harus dipelajari. Memperbaiki waktu adalah kekuatan besar yang harus mereka pelajari dengan sangat hati-hati, karena langkah yang salah bisa merusak lebih dari sekadar waktu itu sendiri.

"Latihan kalian akan semakin sulit," ujar Alian dengan serius. "Tapi itu adalah bagian dari perjalanan yang harus kalian jalani. Waktu adalah kekuatan yang tidak hanya bisa dipahami, tetapi juga harus dihargai. Jangan pernah meremehkan dampak yang bisa kalian timbulkan ketika kalian berinteraksi dengan waktu."

Dengan kata-kata itu, mereka melanjutkan latihan mereka, semakin mendalam menyelami konsep waktu yang lebih besar, mengetahui bahwa setiap langkah mereka ke depan akan membawa mereka lebih dekat dengan kekuatan yang tak terbayangkan, dan tantangan yang lebih besar.

Setelah latihan praktek memperbaiki waktu, Kael dan teman-temannya semakin mendalami teknik-teknik yang lebih rumit tentang aliran waktu. Namun, di balik pelajaran itu, ada sesuatu yang lain yang mulai mengusik pikiran Lysandra. Meskipun mereka telah berhasil menyelaraskan waktu yang rusak, satu pertanyaan besar terus menggema di benaknya: Bagaimana jika ada cara untuk mencegah kerusakan waktu sebelum terjadi?

Selama beberapa minggu, Lysandra menghabiskan waktu lebih banyak di perpustakaan Akademi Waktu, membaca teks-teks kuno yang jarang dipelajari oleh murid lain. Buku-buku ini, penuh dengan simbol-simbol dan diagram yang tak dimengerti, merujuk pada konsep yang disebut Pelindung Dimensi, sebuah mekanisme alami yang, jika diterapkan dengan benar, dapat mencegah distorsi dalam aliran waktu di seluruh dimensi.

"Pelindung Dimensi?" Lianara bertanya suatu malam ketika Lysandra duduk termenung di depan tumpukan buku tebal yang tergeletak di meja. "Apa itu? Sepertinya belum pernah aku dengar sebelumnya."

Lysandra mengangkat kepalanya, matanya berkilat dengan cahaya baru. "Itulah yang aku cari. Aku pikir aku telah menemukannya. Pelindung Dimensi bukan hanya tentang menjaga aliran waktu di satu dunia, tetapi melindungi seluruh dimensi agar tetap stabil. Jika diterapkan dengan benar, setiap dimensi, termasuk Dunia Waktu dan Dunia Aetheris—akan memiliki pelindung alami yang mencegah kerusakan dalam aliran waktu mereka masing-masing."

"Apakah itu berarti ada cara untuk mencegah distorsi waktu yang lebih besar, seperti yang kita pelajari?" tanya Riven, yang ikut mendekat.

"Ya, itu salah satunya," jawab Lysandra, mengangguk dengan antusias. "Jika Pelindung Dimensi bekerja dengan baik, maka kerusakan yang disebabkan oleh perubahan dalam waktu, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja, akan diminimalkan. Setiap dimensi akan memiliki semacam penghalang, atau lapisan pelindung, yang mencegah aliran waktu dari gangguan eksternal."

Kael, yang tertarik dengan penemuan baru ini, ikut bergabung. "Tapi apakah itu berarti setiap dunia bisa memiliki 'penjaga' atau 'pelindung' yang tidak terlihat, yang menjaga keseimbangan waktu?"

Lysandra mengangguk, ekspresinya serius. "Itulah yang saya pikirkan. Kita tahu bahwa Akademi Waktu berada di perbatasan antara dimensi, tetapi jika setiap dunia memiliki pelindungnya sendiri, kita tidak hanya dapat mengawasi waktu di dunia ini, tetapi juga di dunia lain. Pelindung ini bisa menjadi kekuatan yang menjaga aliran waktu tetap utuh, tanpa distorsi yang dapat merusak seluruh dimensi."

"Apakah ada cara untuk menciptakan Pelindung Dimensi ini?" tanya Lianara, penasaran.

Lysandra meraih sebuah buku kuno yang lebih tebal dari yang lainnya dan membukanya dengan hati-hati. "Menurut teks ini, untuk menciptakan Pelindung Dimensi, seseorang harus memiliki pemahaman mendalam tentang pola waktu di dunia yang ingin dilindungi. Kita tidak hanya berbicara tentang manipulasi waktu seperti yang kita pelajari, tetapi juga memahami bagaimana dimensi itu berinteraksi satu sama lain. Ini adalah konsep yang jauh lebih rumit."

Riven mengerutkan kening, berusaha memahami apa yang dikatakan Lysandra. "Jadi, kita harus memahami lebih dari sekadar waktu di dunia ini. Kita perlu mempelajari hubungan antara semua dimensi yang ada?"

"Betul," jawab Lysandra. "Dan ada kemungkinan besar bahwa hanya mereka yang memiliki pemahaman luar biasa tentang waktu, seperti yang dimiliki Seraphis, yang bisa benar-benar menciptakan Pelindung Dimensi ini."

Kael merasa terdiam sejenak. "Tapi bagaimana ini akan membantu kita? Bukankah kita baru saja belajar untuk memperbaiki waktu yang rusak, bukan menciptakan sesuatu yang sepenuhnya baru?"

Lysandra menatap Kael, seolah-olah baru menyadari sesuatu. "Itu pertanyaan yang baik. Mungkin, jika kita bisa menguasai Pelindung Dimensi, kita tidak perlu lagi khawatir tentang kerusakan besar dalam waktu. Kita bisa mencegahnya sebelum terjadi. Bayangkan jika kita bisa menghindari konflik waktu antara Dunia Aetheris dan Dunia Waktu. Itu bisa membawa kestabilan antara kedua dunia."

Kael mengangguk perlahan, meskipun masih ada banyak hal yang belum ia pahami sepenuhnya. "Jadi, dengan menciptakan Pelindung Dimensi, kita bisa menjaga kedua dunia tetap aman dari distorsi waktu?"

"Ya," jawab Lysandra, lebih yakin dari sebelumnya. "Dan bukan hanya kedua dunia. Dimensi lain yang lebih jauh, yang mungkin belum kita ketahui, juga akan dilindungi."

Dengan pemahaman baru tentang Pelindung Dimensi, Kael dan teman-temannya memutuskan untuk mencoba eksperimen pertama mereka. Mereka kembali ke Pusat Zaman, tempat di mana mereka melakukan latihan sebelumnya. Kali ini, mereka membawa satu Kepingan Zaman masing-masing, yang mereka percayakan untuk memeriksa apakah Pelindung Dimensi dapat diterapkan pada dimensi mereka sendiri.

Alian dan Araneth mengawasi dari kejauhan, tak mengganggu proses mereka, tetapi tetap memperhatikan dengan seksama. Mereka tahu bahwa eksperimen ini sangat berisiko, dan meskipun mereka percaya pada kemampuan para murid, mereka juga sadar bahwa sesuatu yang tidak terduga bisa saja terjadi.

Lysandra berdiri di tengah kelompok, mengangkat kedua tangannya ke udara. "Sekarang, kita coba terapkan Pelindung Dimensi ke dimensi kita sendiri, Dunia Waktu, dan Dunia Aetheris. Kepingan Zaman ini akan menjadi katalis untuk prosesnya."

Dengan tenang, Kael dan yang lainnya mengikuti instruksi Lysandra. Mereka merasakan aliran waktu yang mengalir melalui tubuh mereka, dan perlahan-lahan, mereka mulai mencoba membangun lapisan pelindung di sekitar dimensi mereka. Pada awalnya, tidak ada yang terjadi. Namun, saat mereka semakin dalam merasakan pola waktu, mereka mulai merasakan adanya getaran halus, seperti aliran energi yang berbeda.

"Jaga fokus kalian," Lysandra mengingatkan. "Jika ini berhasil, kita akan merasakan sesuatu yang sangat besar."

Tiba-tiba, sebuah kilatan cahaya biru muncul di tengah kelompok mereka. Kepingan Zaman yang mereka pegang berkilau terang, dan Kael bisa merasakan sebuah gelombang energi yang mengalir melalui dirinya, menghubungkan dirinya dengan dimensi di sekelilingnya. Seperti ada sesuatu yang menguatkan dimensi mereka, memberi mereka perlindungan dari distorsi waktu.

"Ini..." Kael terkejut. "Aku bisa merasakannya! Seperti ada pelindung yang menyelimuti seluruh dimensi kita!"

Lysandra tersenyum, tampak puas dengan hasil eksperimen mereka. "Kita berhasil. Pelindung Dimensi telah terbentuk."

Alian dan Araneth mendekat, ekspresi mereka penuh rasa hormat. "Ini adalah pencapaian besar," kata Alian dengan nada serius. "Pelindung Dimensi adalah sesuatu yang sangat langka dan berbahaya. Kalian baru saja menciptakan sesuatu yang akan menjaga keseimbangan dunia ini."

Araneth menambahkan, "Namun, jangan lengah. Meskipun pelindung ini ada, masih banyak tantangan yang harus kalian hadapi. Ini hanya langkah pertama."

Kael menatap Lysandra dengan rasa kagum. "Kamu benar-benar luar biasa, Lysandra."

"Terima kasih," jawab Lysandra dengan senyum tipis. "Tapi ini baru permulaan. Kita masih harus belajar banyak lagi."

Dengan pencapaian besar ini, Kael dan teman-temannya tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Menciptakan Pelindung Dimensi adalah kekuatan besar yang bisa mengubah cara mereka melihat waktu dan dimensi. Namun, mereka juga menyadari bahwa dengan kekuatan besar itu datanglah tanggung jawab yang lebih besar pula.

Kekuatan yang baru mereka temukan memberikan rasa aman, namun juga menumbuhkan sebuah pertanyaan yang lebih besar di dalam diri Kael. Meski mereka berhasil menciptakan Pelindung Dimensi yang menjaga stabilitas waktu, mereka semua tahu bahwa ada hal-hal yang lebih gelap, lebih berbahaya, yang mungkin sedang mengintai di luar sana. Dimensi yang lebih jauh, yang mungkin belum pernah mereka lihat, bisa saja menyimpan ancaman yang belum terdeteksi.

Lysandra, meski terlihat percaya diri dengan penemuan mereka, juga merasakan kegelisahan yang sama. Setiap malam, dia terjaga, meneliti lebih dalam tentang Pelindung Dimensi dan sejarah dimensi lain yang ada di luar dunia mereka. Ada sesuatu yang mengganggunya, sebuah perasaan bahwa mereka mungkin telah membuka pintu ke sesuatu yang lebih besar daripada yang mereka sadari.

Suatu malam, saat Kael sedang berlatih mengendalikan waktu dengan lebih baik di ruang latihan, dia merasakan getaran yang aneh. Ia berhenti sejenak dan menutup matanya, mencoba merasakan sumber dari getaran itu. Rasanya seperti sebuah peringatan. Seperti ada sesuatu yang mengalir ke dalam dimensi mereka, menembus lapisan Pelindung Dimensi yang baru saja mereka ciptakan.

"Kael, ada apa?" suara Lianara terdengar, dan Kael membuka matanya untuk melihat sahabatnya berdiri di pintu.

"Ada sesuatu," jawab Kael, matanya berfokus pada kekosongan ruang. "Sesuatu yang tidak seharusnya ada di sini."

Lianara mendekat, terlihat cemas. "Kamu yakin?"

"Ya, ini bukan getaran biasa. Seperti ada yang mencoba merusak keseimbangan yang baru kita ciptakan," kata Kael, masih merasakan kegelisahan di dalam dirinya.

Sementara itu, Lysandra dan Riven yang baru saja keluar dari ruang perpustakaan juga merasakan keanehan. Seperti sebuah bisikan di dalam alam bawah sadar mereka yang berkata: Jaga dimensi kalian dengan hati-hati.

Riven menggenggam Kepingan Zaman miliknya lebih erat. "Apakah itu..." suaranya terhenti, kebingungannya tergambar jelas di wajahnya.

"Serangan?" tanya Lysandra, wajahnya serius. "Atau ada sesuatu yang mengancam keseimbangan kita?"

Kael mengangguk pelan. "Entahlah, tapi kita harus siap. Aku merasa kita baru saja membuka sebuah jalur menuju ancaman yang lebih besar. Pelindung Dimensi yang kita ciptakan mungkin belum cukup kuat untuk menghadapi apa yang sedang datang."

Keesokan harinya, Alian dan Araneth memanggil mereka ke ruang utama Akademi Waktu. Wajah keduanya tampak lebih serius dari biasanya, seperti mereka tahu sesuatu yang belum disampaikan pada para muridnya.

"Kalian telah melakukan pencapaian besar," kata Alian, suaranya berat. "Pelindung Dimensi yang kalian ciptakan bukanlah hal yang mudah, namun kalian harus tahu bahwa tidak semua yang ada di dimensi lain berhubungan dengan kita dengan cara yang damai."

Araneth menambahkan, "Ada sesuatu yang lebih gelap yang bisa mengancam bukan hanya dimensi kalian, tapi juga keseimbangan seluruh alam semesta. Tugas kita bukan hanya menjaga waktu di dunia ini, tetapi memastikan bahwa tidak ada entitas dari luar yang mengganggu kedamaian yang telah kita ciptakan."

Lysandra mengernyit, berpikir sejenak. "Apa yang Anda maksud dengan entitas dari luar?"

Alian menarik napas panjang. "Ada portal, sebuah pintu yang terlarang. Pintu itu menghubungkan berbagai dimensi yang sangat berbahaya, yang pernah kita tutup sejak zaman dahulu. Namun, ada kemungkinan besar bahwa dengan eksperimen yang kalian lakukan, pintu tersebut telah sedikit terbuka."

"Apa yang ada di balik pintu itu?" tanya Kael, merasa darahnya berdesir dingin.

"Itulah yang kami takutkan," jawab Araneth, nada suaranya penuh keprihatinan. "Pintu itu adalah jalan menuju dimensi yang penuh dengan makhluk dan kekuatan yang tidak bisa kita kendalikan. Mereka yang ada di sana tidak hanya menginginkan kontrol atas waktu, tetapi juga atas kehidupan dan kematian itu sendiri. Kita menyebut mereka Voidwalkers, makhluk yang terlahir dari kekosongan antara dimensi, yang mencari cara untuk masuk dan menguasai dunia yang lebih stabil."

Kael merasakan seolah dunia di sekitarnya berputar. Voidwalkers, makhluk dari kekosongan yang melintasi dimensi. Mereka adalah ancaman yang bahkan para penjaga waktu di Akademi Waktu tidak pernah benar-benar siap hadapi.

"Tapi kita sudah membuat pelindung untuk mencegah gangguan semacam itu, bukan?" tanya Riven, suaranya penuh kebingungan.

"Pelindung Dimensi memang akan menjaga keseimbangan di dunia ini, namun itu bukan solusi untuk semua ancaman," kata Alian dengan suara yang semakin berat. "Jika Voidwalkers berhasil menembus Pelindung Dimensi, mereka akan merusak lebih dari sekadar waktu. Mereka akan menghancurkan esensi dari dimensi itu sendiri, membalikkan seluruh struktur realitas yang kita kenal."

Lysandra tampak lebih tegang. "Apa yang harus kita lakukan?"

"Kalian akan melakukan apa yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya," jawab Araneth dengan tegas. "Kalian akan melakukan perjalanan menuju sumber pintu itu. Kami harus menutupnya sebelum ancaman itu benar-benar datang. Kami akan memberikan kalian segala yang kami miliki, tetapi kalian harus siap menghadapi yang terburuk."

Kael dan teman-temannya saling berpandangan. Mereka tahu ini adalah misi yang sangat berbahaya, mungkin lebih berbahaya daripada apapun yang telah mereka hadapi sebelumnya. Namun, mereka juga tahu bahwa dunia mereka bergantung pada keberhasilan mereka.

"Kami siap," kata Kael, suaranya mantap. "Apa yang harus kami lakukan?"

Alian mengangguk, ekspresinya penuh keyakinan. "Kami akan memberikan kalian artefak yang akan membantu kalian menavigasi dimensi yang sangat berbahaya itu. Tetapi ingat, kalian harus bekerja sama, dan jangan pernah meremehkan kekuatan musuh yang akan kalian hadapi."

Dengan hati yang penuh tekad, Kael dan teman-temannya bersiap untuk perjalanan yang akan menguji batas kemampuan mereka. Mereka akan memasuki dunia yang tidak dikenal, di mana waktu dan ruang tidak selalu berjalan seperti yang mereka pahami, dan di sana, mereka akan menghadapi ancaman yang bisa mengubah segalanya.

Pintu terlarang itu harus ditutup. Dan mereka adalah satu-satunya yang bisa melakukannya.

Setelah persiapan panjang dan latihan intensif, Kael dan teman-temannya merasa siap untuk menghadapi perjalanan yang akan membawa mereka ke kedalaman dimensi yang penuh kegelapan dan ancaman yang tidak terbayangkan. Mereka dibekali dengan artefak-artefak kuno yang diberikan oleh Alian dan Araneth, termasuk sebuah jubah yang terbuat dari serat waktu, yang dapat melindungi mereka dari distorsi waktu yang ekstrem, dan sebuah kristal berbentuk piramida kecil yang berfungsi sebagai pemandu mereka di dimensi yang tak terjangkau oleh pemahaman biasa.

Lysandra memegang kristal itu dengan hati-hati. "Kita akan membuka jalur menuju pintu terlarang. Jika kita berhasil menemukan pintu itu, kita hanya memiliki satu kesempatan untuk menutupnya. Waktu kita terbatas."

"Jangan khawatir," kata Kael, berusaha menenangkan dirinya dan teman-temannya. "Kita telah mempersiapkan diri dengan baik. Kita akan menghadapinya bersama."

Dengan keteguhan dalam hati mereka, mereka berdiri di hadapan portal yang telah dibuka dengan bantuan Kepingan Zaman mereka. Sebuah gerbang bercahaya biru terang terbuka di hadapan mereka, menampilkan dunia yang berbeda, suasana yang terasa mengambang, tidak pasti, dan sangat gelap. Dimensi itu seolah tidak memiliki bentuk yang jelas; ruang dan waktu seakan tidak bisa dipahami.

"Masuklah," kata Alian, berdiri di ambang portal. "Kalian akan merasakan kekuatan yang luar biasa begitu kalian melangkah ke dalam. Ingat, apa pun yang terjadi, kalian harus menjaga keseimbangan dan tidak kehilangan arah."

Lysandra, Kael, Lianara, dan Riven saling berpandangan sejenak. Ini adalah perjalanan yang penuh risiko, namun mereka tahu tidak ada pilihan lain. Dengan tekad bulat, mereka melangkah masuk ke dalam portal, merasakan tubuh mereka terhisap oleh kekuatan yang begitu luar biasa hingga seluruh dunia di sekitar mereka berputar dengan kecepatan yang tak terbayangkan.

Saat mereka tiba di sisi lain portal, Kael merasakan dirinya terhanyut dalam sebuah tempat yang begitu asing. Di sekitar mereka hanya ada kehampaan yang penuh dengan kabut hitam yang bergerak perlahan seperti awan gelap. Tidak ada cakrawala, tidak ada bintang, dan tidak ada horizon. Waktu di sini terasa tidak ada, atau mungkin terhenti. Ruang ini tidak memiliki batasan, dan segala sesuatu terasa kabur dan rapuh.

"Ini... ini tempat apa?" tanya Riven, suaranya teredam dalam keheningan yang sangat berat.

Lysandra memegang kristal piramida yang berpendar lembut, memandunya di tengah kegelapan yang menekan. "Ini adalah dimensi Void, tempat di mana kekosongan dan kegelapan berkumpul. Dimensi ini adalah rumah bagi Voidwalkers, makhluk-makhluk yang terlahir dari kekosongan ini, mereka yang tidak terikat pada waktu atau bentuk."

"Jadi, kita benar-benar berada di tempat mereka berasal?" Lianara bertanya, matanya mengamati segala sesuatunya dengan waspada.

"Ya," jawab Lysandra dengan serius. "Tapi kita harus hati-hati. Bahkan makhluk yang tidak terlihat sekalipun bisa menyerang kita tanpa peringatan. Kita harus mencari pintu itu, pintu terlarang yang menghubungkan dimensi ini dengan dunia kita."

Kael mengangguk. "Mari kita mulai. Jika kita tidak segera menemukan pintu itu, kita bisa terjebak di sini selamanya."

Mereka mulai berjalan, melangkah melalui kabut hitam yang tampaknya tidak pernah berakhir. Setiap langkah terasa lebih berat, seolah-olah mereka berjalan melalui ruang yang tidak memiliki pijakan yang kokoh. Setiap arah yang mereka pilih seolah mengarah ke kegelapan yang lebih dalam, dan meskipun mereka tidak melihat apa pun yang menghalangi mereka, Kael merasakan adanya kehadiran yang menonton dari balik bayang-bayang. Mereka bukan satu-satunya yang ada di sini.

Lysandra memimpin, kristal di tangannya berpendar lebih terang seiring mereka melangkah lebih dalam ke dalam dimensi Void ini. "Pintu terlarang berada di dalam inti dimensi ini, sebuah ruang di mana segala bentuk dan waktu terdistorsi. Kita harus mencari tahu di mana itu berada."

Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar, dan suara-suara aneh terdengar dari jauh, suara seperti bisikan yang membawa janji dan ancaman. Kael merasakan ketegangan meningkat di tubuhnya. Sesuatu sedang mengawasi mereka, dan tidak lama kemudian, sosok-sosok gelap muncul dari kegelapan.

Makhluk-makhluk itu, yang tampaknya terdiri dari kabut dan bayangan, bergerak dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata. Mereka tidak memiliki wujud yang jelas, namun Kael dapat merasakan mereka mendekat dengan intensitas yang semakin kuat. Mereka adalah Voidwalkers.

"Siapkan diri kalian!" teriak Kael, mengambil Kepingan Zaman yang ada di pinggangnya.

Lysandra segera mengangkat tangan, menggunakan kekuatan Pelindung Dimensi untuk menciptakan perisai di sekitar mereka. Sebuah dinding energi biru muncul, melindungi mereka dari makhluk-makhluk yang menyerang dengan cakar-cakar hitam mereka. Meskipun perisai itu cukup kuat untuk menahan serangan pertama, Kael dapat merasakan energi mereka menekan, mencoba menembus pelindung yang mereka buat.

"Jaga jarak! Kita harus menemukan pintu itu sebelum mereka menghancurkan kita!" teriak Lysandra.

Riven, yang memegang Kepingan Zaman miliknya, mulai mengarahkan aliran waktu di sekitarnya, memperlambat pergerakan Voidwalkers yang mendekat. "Kita harus bergerak cepat!"

Dengan satu gerakan, Kael melepaskan kekuatan waktu melalui Kepingan Zaman-nya. Waktu melambat di sekeliling mereka, memberi mereka kesempatan untuk bergerak lebih cepat. Mereka maju dengan hati-hati, menghindari serangan makhluk-makhluk itu, tetapi setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke inti dimensi ini, dan mereka tahu, semakin dalam mereka pergi, semakin besar pula bahaya yang mereka hadapi.

Kael merasakan getaran yang semakin kuat saat mereka mencapai pusat dimensi Void. Di sana, di tengah-tengah kehampaan itu, mereka menemukan sebuah gerbang besar yang bersinar dengan cahaya merah gelap. Pintu itu tampaknya berdenyut dengan kekuatan yang sangat besar, kekuatan yang dapat merusak seluruh dimensi jika terbuka.

"Pintu itu," kata Lysandra, suaranya tegang. "Kita harus menutupnya sebelum Voidwalkers berhasil menembusnya."

Namun, saat mereka mendekati pintu itu, bayangan-bayangan Voidwalkers semakin banyak, mengelilingi mereka dengan tujuan yang jelas, untuk mencegah mereka menutup pintu terlarang itu.

"Ini waktunya," kata Kael, mengangkat Kepingan Zaman-nya. "Kita tidak punya pilihan lain."

Dengan kekuatan yang tersisa, mereka memfokuskan energi mereka pada pintu itu, berusaha menutupnya sebelum ancaman dari Voidwalkers menelan seluruh dunia mereka.

Kael merasakan getaran yang kuat di sekitar pintu terlarang itu, sebuah kekuatan yang jauh lebih besar dari apapun yang pernah mereka rasakan sebelumnya. Setiap inci dari dimensi ini menekan mereka, seolah-olah dunia ini sendiri menentang usaha mereka untuk menutupnya. Voidwalkers mengelilingi mereka, bayangan hitam yang bergerak tanpa suara, semakin mendekat dengan intensi gelap.

"Jangan biarkan mereka mendekat!" teriak Lysandra, suara tegasnya terdengar di tengah kekacauan. Dia mengangkat tangan, berusaha memusatkan energi Pelindung Dimensi yang mereka ciptakan. Perisai biru itu berkedip-kedip, melawan gelombang serangan yang datang dari semua arah, namun Voidwalkers tampaknya tidak terpengaruh oleh batasan ruang dan waktu.

Kael merasakan detak jantungnya berdebar kencang. Meskipun kekuatan waktu ada di dalam dirinya, dimensi ini begitu tidak terstruktur, begitu hancur, hingga bahkan Pelindung Dimensi yang mereka buat terasa rapuh. Kepingan Zaman-nya bergetar di tangannya, seperti meminta untuk digunakan dengan lebih kuat, lebih mendalam.

"Kael!" Lianara teriak, melontarkan tombaknya ke arah Voidwalker yang mencoba mendekati Lysandra. "Jangan ragu! Kita harus menutupnya sekarang!"

Riven, yang berdiri di samping Kael, memusatkan aliran waktu melalui tubuhnya. Dia mempercepat langkahnya, menghindari serangan dari makhluk-makhluk itu yang bergerak semakin cepat, berusaha untuk menghentikan mereka. Namun, dia tahu mereka hanya memiliki waktu yang sangat terbatas. Mereka tidak bisa terus bertahan seperti ini.

Kael menatap pintu terlarang itu, yang kini semakin terang bersinar dengan cahaya merah gelap. "Kita harus menggabungkan kekuatan kita. Jika kita tidak melakukannya, Voidwalkers akan keluar dan membawa kehancuran ke seluruh dimensi!"

Lysandra mengangguk, mengerti apa yang harus mereka lakukan. "Fokuskan kekuatan kalian pada pintu itu! Kita harus menyatukan waktu dan ruang—memperbaiki celah ini sebelum terlambat."

Dengan satu perintah serempak, mereka mengangkat Kepingan Zaman mereka, masing-masing menyelaraskan kekuatan waktu yang ada di dalam diri mereka. Kael merasakan aliran energi yang luar biasa, kekuatan yang begitu besar mengalir melalui tubuhnya. Waktu mulai berputar dengan cepat di sekeliling mereka, dan semua dimensi di sekitar mereka mulai bergetar.

Namun, ketika mereka mulai menyatukan kekuatan mereka, sebuah suara terdengar, sangat dalam, sangat menggema, seperti suara dari kegelapan itu sendiri.

"Kalian tidak bisa menutupnya."

Suara itu datang dari Voidwalkers yang mulai bersatu membentuk sosok besar yang tampaknya bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga kekuatan yang memanipulasi ruang dan waktu. Makhluk itu melangkah ke depan, wajahnya tak terlihat, hanya bayang-bayang yang bergerak, namun matanya yang tak kasat mata menatap mereka dengan rasa mengancam.

"Saya adalah void. Saya adalah kekosongan. Kalian yang mencoba menutup pintu ini hanya akan mempercepat kehancuran dunia kalian sendiri," bisiknya, suaranya seolah datang dari setiap sudut dimensi ini, memancar langsung ke dalam jiwa mereka.

Kael merasakan getaran ngeri mengalir dalam dirinya. Voidwalker itu bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga entitas yang terlahir dari kekosongan, dia berperan sebagai pemangsa waktu dan ruang, yang bisa mengubah kenyataan sesuai kehendaknya.

"Jangan dengarkan mereka!" seru Lysandra, berusaha untuk menguasai dirinya. "Kita harus menutupnya, Kael! Kita bisa melakukannya!"

Rasa takut yang semula mengintai mereka seolah menghilang seiring dengan tekad mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak sekarang, sebelum semuanya terlambat. Kael memfokuskan seluruh kekuatannya pada Kepingan Zaman, mengarahkan energi waktu ke dalam dimensi ini.

"Kekuatan kalian sia-sia!" teriak Voidwalker itu, tetapi Kael bisa merasakan perlawanan itu semakin lemah. Walaupun makhluk ini luar biasa kuat, ia mulai terhimpit oleh gelombang energi yang diciptakan oleh mereka semua.

Dengan kekuatan yang tersisa, Kael dan teman-temannya menggabungkan aliran energi mereka, menciptakan sebuah gelombang yang membanjiri pintu terlarang itu. Dalam sekejap, dimensi mulai bergetar hebat, dan Voidwalker itu berteriak dengan penuh kebencian. Namun, meskipun ia berusaha untuk menghentikan mereka, gelombang energi itu terus mendorongnya mundur.

Pintu itu, celah antara dimensi mereka dan kekosongan, mulai menutup. Keberhasilan mereka terasa semakin dekat, namun ancaman masih sangat nyata.

"Jaga dirimu!" Kael berteriak, melindungi Lysandra yang hampir jatuh ke tanah karena energi yang mengalir begitu kuat.

Saat pintu terlarang akhirnya hampir tertutup sepenuhnya, Voidwalker terakhir mencoba menyerang mereka, melepaskan sebuah serangan besar yang mampu membengkokkan waktu itu sendiri. Namun, dengan satu dorongan terakhir, Kael mengumpulkan semua kekuatan yang ada di dalam dirinya, membiarkan Kepingan Zaman meledak dalam cahaya yang sangat terang, memfokuskan seluruh aliran waktu untuk menghancurkan serangan itu.

"Ini belum berakhir..." terdengar suara Voidwalker itu menghilang saat dimensi tempat mereka bertempur mulai runtuh, dan pintu terlarang akhirnya tertutup dengan keras.

Keheningan mendalam menggema.

Saat pintu itu akhirnya tertutup, segala sesuatu yang terjadi sebelumnya terasa seperti mimpi yang kabur. Dimensi Void, yang sebelumnya begitu mengerikan dan tanpa bentuk, kini seolah-olah telah hancur. Tidak ada lagi bayangan yang mengintai, tidak ada lagi ancaman yang menggantung di kepala mereka.

Namun, meskipun mereka telah menang, mereka tahu bahwa pertempuran ini bukanlah akhir. Pintu itu mungkin telah tertutup, tetapi Voidwalkers yang mereka hadapi hanya sebagian kecil dari kekuatan yang ada di luar sana, kekuatan yang dapat mengancam lebih dari sekedar waktu.

Kael berdiri terengah-engah, matanya mencari teman-temannya. Lysandra, yang lelah tapi tegar, tersenyum tipis padanya. "Kita berhasil," katanya pelan.

Riven, yang tampak kelelahan, menepuk bahu Kael. "Itu sangat dekat. Tapi kita berhasil."

Lianara menghela napas lega, menyandarkan dirinya pada tombaknya. "Aku hampir tidak bisa bernapas lagi."

Meskipun kelelahan, mereka tahu satu hal pasti, kekuatan mereka kini lebih besar dari sebelumnya, dan mereka akan selalu siap untuk melindungi dimensi mereka dari ancaman apapun yang datang.

Namun, di dalam hati mereka, benih-benih pertanyaan baru mulai tumbuh. Jika pintu terlarang itu bisa dibuka sekali, siapa yang bisa menjamin bahwa tidak ada yang akan mencoba membukanya lagi?

Untuk sekarang, mereka bisa beristirahat. Tetapi perjalanan mereka jauh dari selesai.