Setelah berhari-hari penuh pelajaran intensif dan ujian tak terduga, akhirnya hari libur tiba. Kael, Lianara, Lysandra, dan Riven merasa sangat kelelahan namun juga terhormat oleh pengalaman yang mereka jalani. Mereka telah menguasai dasar-dasar pengendalian waktu, menguak banyak rahasia sejarah, dan menghadapi ujian besar yang menantang. Namun, setelah berbulan-bulan tenggelam dalam dunia akademis yang penuh dengan kekuatan dan rahasia, mereka sangat merindukan sedikit ketenangan.
Seraphis memberi mereka waktu untuk beristirahat, dan sementara sebagian besar murid memilih untuk menjelajahi dimensi kecil yang terhubung ke Akademi Waktu, Kael merasa ada sesuatu yang perlu ia lakukan. Suatu kesempatan untuk merasakan dunia di luar batas akademi yang penuh ketegangan.
Pada suatu pagi yang cerah, Kael menemui seseorang yang sudah ia kenal di Akademi Waktu: Risa , seorang murid yang ia temui beberapa minggu sebelumnya saat pelajaran dasar waktu. Risa bukan hanya seorang murid biasa, dia adalah seorang ahli manipulasi waktu yang cukup berpengalaman, dan memiliki wawasan lebih dalam tentang cara-cara untuk menjelajahi dimensi waktu. Namun, yang lebih menarik baginya adalah kenyataan bahwa Risa bukan hanya seorang penjaga waktu biasa, melainkan seseorang yang berasal dari sebuah dunia yang sangat berbeda dari Aetheris.
"Kael," sapa Risa dengan senyum ramah saat Kael mendekatinya di halaman luar Akademi. "Jadi, kamu ingin beristirahat sejenak, bukan?"
Kael mengangguk. "Iya. Kami telah banyak belajar, dan setelah semua ini, rasanya dunia luar terasa sangat menarik. Aku ingin tahu lebih banyak tentang dunia tempat kamu berasal."
Risa tampak berpikir sejenak, lalu matanya berbinar. "Kebetulan sekali. Aku tahu tempat yang sangat menarik, dan aku ingin mengajakmu ke sana. Dunia tempat aku berasal memiliki aliran waktu yang sangat berbeda, dan aku rasa, kalian akan sangat menikmati pengalaman ini."
Lianara, yang kebetulan sedang berjalan menuju ruangan pertemuan, mendengar percakapan itu dan ikut bergabung. "Kami semua ingin tahu. Tempat apa yang kamu maksud, Risa ?"
Risa tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, kalau begitu, ayo semuanya. Aku akan mengajak kalian ke rumahku di Dunia Keabadian. Itu adalah dunia di mana waktu tidak terbagi menjadi masa lalu, kini, dan masa depan seperti di Aetheris. Di sana, waktu hanya ada dalam bentuk 'kehadiran'. Tak ada perbedaan antara apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Ini dunia yang sangat... berbeda."
Kael merasa penasaran. Dunia Keabadian? Dunia yang disebutnya "kehadiran"? Sepertinya sangat jauh berbeda dengan apa yang mereka pelajari sejauh ini. Ia dan teman-temannya, yang kini juga tertarik, mengikuti Risa yang mulai memfokuskan energinya.
Dengan sebuah gerakan tangan yang halus, Risa membuka sebuah portal kecil di udara. Cahaya biru kehijauan melingkupi mereka, dan dalam sekejap, dunia sekitar mereka berubah.
Saat Kael membuka matanya, ia merasakan udara yang lebih lembut dan sejuk dibandingkan di Akademi Waktu. Dunia yang terbentang di hadapannya bukanlah dunia yang biasa ia kenal. Tidak ada langit yang cerah atau bintang yang tampak. Sebaliknya, dunia ini dipenuhi dengan kabut tipis yang bercahaya, seperti ada aura tak kasat mata yang meliputi semuanya.
Pohon-pohon tinggi yang tampak seperti makhluk hidup dari bahan kristal yang memancarkan warna biru kehijauan tumbuh di sepanjang tanah yang dipenuhi bunga-bunga aneh. Setiap langkah mereka seolah mengalir tanpa suara, dan segala sesuatu di sekitar mereka tampak diam, seolah dunia ini sedang berada dalam keadaan hening abadi.
"Apa yang membuat tempat ini begitu... tenang?" tanya Lianara, suara lembutnya bergema di udara yang sunyi.
Risa menjelaskan, "Di sini, kami memandang waktu bukan sebagai rangkaian peristiwa yang berjalan, tetapi sebagai sebuah aliran yang terus-menerus ada. Kami tidak membagi waktu menjadi masa lalu atau masa depan. Semua berada dalam 'kehadiran' yang abadi, di mana semua peristiwa saling berhubungan dalam sebuah lingkaran energi yang tak terputus."
Lysandra, yang biasanya lebih tenang, tampak sangat terpesona. "Tapi, bagaimana bisa semuanya ada bersamaan tanpa ada urutan waktu yang jelas?"
Risa tertawa pelan. "Itulah keistimewaan dunia ini. Kami memandang waktu sebagai satu kesatuan, sebuah lautan energi di mana semua yang pernah ada, yang sedang terjadi, dan yang akan datang, berada dalam satu titik keberadaan. Kalian akan lebih memahami jika kalian merasakannya langsung."
Dengan gerakan tangan Risa , mereka mulai berjalan lebih dalam ke dunia itu. Dunia Keabadian tampaknya tidak memiliki banyak tanda-tanda kehidupan manusia, namun ada banyak entitas yang bergerak di antara mereka, makhluk-makhluk yang tidak tampak dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk gelombang energi yang mengelilingi setiap sudut.
"Di sinilah aku dibesarkan," kata Risa , menoleh pada Kael dan teman-temannya. "Dunia ini melatih kami untuk hidup dalam keseimbangan total dengan waktu, untuk memahami bagaimana setiap detik yang berlalu dapat mempengaruhi seluruh alam semesta, bukan hanya dalam dunia kami, tetapi juga dalam dunia kalian."
Risa membawa mereka ke sebuah tempat terbuka yang lebih luas, sebuah area yang tampaknya seperti sebuah taman yang sangat damai. Di tengah taman itu terdapat sebuah bangunan besar, yang tampaknya merupakan pusat dari dunia ini. Dari luar, bangunan itu terlihat seperti sebuah istana yang terbuat dari kristal biru, dengan gerbang terbuka lebar, mengundang mereka untuk memasuki inti dari dunia ini.
"Ini adalah tempat aku dulu belajar tentang waktu," kata Risa dengan nada penuh rasa hormat. "Tempat ini adalah markas besar para penjaga waktu di Dunia Keabadian. Ini adalah tempat di mana waktu tak lagi dibatasi oleh apa yang kita ketahui di dunia luar."
Ketika mereka melangkah ke dalam bangunan itu, Kael merasakan aura yang sangat kuat. Di dalamnya, waktu seakan dipadatkan dalam bentuk energi murni, bergerak bebas tanpa batasan. Ada banyak penjaga waktu lain yang tampaknya berlatih di sini, semua tampak tenang dan terkendali.
Risa membimbing mereka ke ruang pertemuan di dalam istana itu, di mana sebuah bola kristal besar terletak di tengah ruangan. Bola itu berputar perlahan, dan dari dalamnya, Kael dapat melihat kilasan-kilasan gambaran tentang masa lalu, kini, dan masa depan, semua bersatu dalam satu titik yang tak terjangkau.
"Di dunia ini, kita bisa melihat seluruh perjalanan waktu dalam satu pandangan," kata Risa , seolah memahami keraguan yang ada di hati Kael. "Tapi, kalian harus ingat, meskipun dunia ini tenang, ada bahaya yang tersembunyi. Keseimbangan waktu yang kami miliki sangat rapuh, dan bahkan sedikit gangguan dapat mempengaruhi seluruh alam semesta."
Kael, Lianara, Lysandra, dan Riven saling berpandangan, terpesona oleh keindahan dan keajaiban dunia ini. Namun, di balik ketenangan yang mereka rasakan, mereka tahu bahwa mereka telah menyentuh bagian dari misteri waktu yang jauh lebih dalam. Mereka mulai menyadari bahwa tugas mereka sebagai penjaga waktu tidak hanya berlaku untuk dunia mereka, tetapi juga untuk dunia-dunia lain yang tersembunyi dalam lapisan-lapisan waktu.
Mereka telah melihat sedikit gambaran dari apa yang menanti mereka, dan meskipun dunia ini damai, Kael tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.
Setelah menghabiskan waktu seharian menjelajahi Dunia Keabadian, Risa mengajak mereka untuk kembali ke Akademi Waktu. Dengan sebuah gerakan tangan, Risa membuka portal kembali, dan mereka pun melangkah ke dalamnya.
Namun, meskipun mereka kembali ke dunia yang mereka kenal, hati Kael dan teman-temannya merasa sedikit lebih berat. Mereka telah melihat bagaimana waktu tidak hanya bergerak maju, tetapi juga bisa menjadi sebuah kekuatan yang dapat menyatu, berputar, atau bahkan berantakan, tergantung pada pilihan yang mereka buat.
Setelah perjalanan yang panjang itu, mereka menyadari satu hal yang pasti: perjalanan mereka belum berakhir. Di luar sana, di dalam lapisan-lapisan waktu yang tak terduga, ada lebih banyak misteri yang menunggu untuk diungkap.
Setelah seharian menjelajahi Dunia Keabadian, Kael dan teman-temannya merasa seperti mereka baru saja menapaki sebuah dunia yang sama sekali berbeda, sebuah dunia yang memandang waktu dengan cara yang tak terbayangkan sebelumnya. Mereka kembali ke portal yang dibuka oleh Risa , dan dalam sekejap, dunia yang penuh cahaya biru kehijauan itu memudar, digantikan oleh suasana familiar dari Akademi Waktu yang megah dan penuh misteri.
Namun, meskipun mereka telah kembali ke dunia yang mereka kenal, Kael merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Waktu di Dunia Keabadian terasa begitu dekat, begitu nyata, dan ia tahu bahwa pengalamannya di sana akan terus membekas. Ada perasaan bahwa dunia ini, meskipun tampak biasa, menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang bisa mereka pahami.
Ketika mereka melangkah keluar dari portal, suasana Akademi Waktu kembali menyambut mereka dengan ketenangannya yang khas. Kabut tipis yang biasanya menyelimuti bangunan-bangunan akademi kini tampak lebih berat, dan suara-suara angin yang berhembus terasa lebih berat, seolah dunia ini sedang berada dalam keseimbangan yang rapuh.
Lianara mengamati sekitar dengan cermat. "Rasanya, ada yang berbeda di sini," katanya, nada suaranya penuh perhatian. "Seperti ada yang berubah setelah kita pergi."
Risa yang berjalan di depan mereka mengangguk. "Aku merasa hal yang sama. Meskipun dunia ini sudah begitu familiar, aku merasa energi di sini terasa lebih padat, seolah ada sesuatu yang baru saja terjadi."
Riven yang biasanya lebih tertutup, kini menunjukkan ekspresi serius. "Mungkin ini ada kaitannya dengan latihan kita yang semakin intens. Waktu bukan hanya sebuah konsep yang kita pelajari, tapi juga kekuatan yang mengalir melalui semua dimensi."
Kael mengangguk, menyadari bahwa perasaannya tidak hanya berasal dari rasa lelah setelah perjalanan panjang, tetapi juga dari insting yang terasa lebih tajam. Akademi Waktu, dengan segala keheningannya, tampak seperti menyimpan sesuatu yang lebih besar, sebuah ancaman atau mungkin sebuah rahasia yang hanya menunggu untuk terungkap.
Namun, meskipun perasaan itu mengganggu, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa berhenti di sini. Waktu terus berjalan, dan mereka harus terus maju. Mereka melangkah memasuki aula utama, tempat mereka biasanya berkumpul. Begitu mereka masuk, suasana di dalam aula itu terasa lebih hidup, lebih padat energi. Tumpukan buku-buku kuno dan alat-alat misterius yang sebelumnya tampak biasa kini seolah bergetar dengan kehidupan baru.
Alian, yang sudah menunggu di depan, menyambut mereka dengan ekspresi serius. "Kalian baru saja kembali, dan kita harus segera membahas apa yang kalian temui di dunia luar. Kami mendapat laporan bahwa sesuatu telah terganggu di dalam aliran waktu."
"Apa maksudmu, Alian?" tanya Kael, matanya mengernyit. "Apa yang terganggu?"
Alian menghela napas panjang. "Waktu di Akademi, terutama di sekitar dunia ini, telah mulai bergerak tak menentu. Kami merasakan adanya gangguan, dan ini bukan hanya karena pelajaran yang kalian lakukan. Sesuatu lebih besar sedang terjadi di luar sana, sesuatu yang bisa mempengaruhi aliran waktu di seluruh dimensi."
Riven tampak gelisah. "Jadi, ada yang mencoba mengubah aliran waktu? Apa yang harus kita lakukan?"
"Pertama," jawab Araneth yang tiba-tiba muncul dari balik tirai gelap di ujung aula, "kita harus memastikan semuanya terkendali di sini terlebih dahulu. Ada ancaman yang kita belum sepenuhnya pahami, dan kalian mungkin akan menjadi bagian penting dari penyelesaian masalah ini."
Kael merasakan keringat dingin merayapi tubuhnya. Sejak pertama kali mereka datang ke Akademi Waktu, mereka telah menghadapi begitu banyak teka-teki dan ujian, tapi kali ini, ancaman yang mereka hadapi tampaknya jauh lebih besar. Tidak hanya terkait dengan waktu, tetapi juga dengan keseimbangan yang mengikat seluruh dimensi.
"Jadi, apa yang kita harus lakukan sekarang?" tanya Lianara dengan nada tegas.
"Belum ada yang pasti," jawab Araneth. "Namun, satu hal yang jelas, kalian harus terus belajar, terus berlatih. Setiap pengetahuan baru tentang waktu bisa menjadi kunci untuk memahami ancaman ini."
Seraphis, yang tiba-tiba muncul dari bayangan di ujung aula, menatap mereka dengan tatapan yang tajam dan penuh makna. "Waktu adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap enteng. Kalian harus lebih siap menghadapi apa yang akan datang. Ada entitas yang berusaha merusak keseimbangan waktu di dunia ini, dan tugas kalian sebagai penjaga waktu adalah untuk menghentikannya."
Semua mata tertuju pada Seraphis yang berdiri tegak, aura misteriusnya semakin kuat. Kael merasakan tubuhnya menegang, mengetahui bahwa mereka tidak hanya berhadapan dengan sebuah konsep yang abstrak, tetapi juga dengan kekuatan yang sangat nyata, yang bisa mempengaruhi takdir segala sesuatu.
"Kenapa baru sekarang kalian memberitahukan kami?" tanya Lysandra, suaranya rendah namun penuh ketegasan.
Seraphis hanya mengangguk pelan. "Karena sekaranglah waktu yang tepat. Jika kalian ingin melindungi waktu itu sendiri, kalian harus memahami sepenuhnya bagaimana cara kerja aliran waktu. Tidak ada lagi waktu untuk ragu atau bermain-main dengan pengetahuan ini."
Mereka semua diam, menimbang kata-kata Seraphis. Risa , yang sejak awal tampak lebih tenang, akhirnya berkata, "Apakah kami akan memulai pelatihan baru untuk menghadapinya? Kami tahu sekarang bahwa perjalanan kami tidak hanya soal mempelajari teori atau teknik manipulasi waktu, tapi lebih tentang menghadapi ancaman yang bisa menghancurkan keseimbangan dunia."
"Benar," kata Alian dengan tegas. "Setiap langkah kalian ke depan, setiap pembelajaran baru yang kalian raih, akan membekali kalian untuk menghadapi bahaya yang ada di luar sana. Tidak hanya dunia ini yang kalian lindungi, tetapi juga seluruh aliran waktu yang mengikat segala dimensi."
Kael merasa beban semakin berat, tetapi tekad dalam dirinya mulai tumbuh. Mereka tidak hanya belajar untuk menguasai waktu, tetapi juga untuk menjaga agar tidak ada kekuatan yang menghancurkan apa yang telah mereka pelajari. "Kami siap," kata Kael dengan suara penuh keyakinan, meskipun ada banyak ketidakpastian di dalam hatinya.
Lysandra mengangguk, "Kami akan melangkah maju, tidak peduli seberapa besar tantangan yang menunggu."
Araneth mengangkat tangannya, dan dengan gerakan cepat, cahaya biru dari orb waktu yang besar di tengah aula mulai berputar lebih cepat. "Maka dari itu," katanya, "kalian akan segera memulai pelatihan baru. Pelatihan untuk menjadi penjaga waktu sejati, karena ancaman besar menanti, dan hanya mereka yang siap yang akan mampu bertahan."
Dengan kata-kata itu, Kael dan teman-temannya tahu bahwa perjalanan mereka telah memasuki fase baru. Fase yang penuh dengan bahaya, teka-teki, dan waktu yang semakin tak terkendali. Mereka harus lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih siap untuk menghadapi apa pun yang ada di luar sana, karena waktu, lebih dari sebelumnya, kini bergantung pada keputusan mereka.
Hari-hari di Akademi Waktu berlalu dengan kecepatan yang luar biasa, dan setiap malam, Kael dan teman-temannya semakin tenggelam dalam pembelajaran yang mendalam. Mereka telah mempelajari banyak tentang pengendalian waktu dan bagaimana memanipulasinya di berbagai dimensi. Namun, meskipun segala sesuatu terasa semakin kompleks dan menantang, Kael tak bisa menghilangkan rasa ingin tahunya terhadap Dunia Aetheris, dunia asalnya. Dunia yang tampak begitu sederhana, namun juga penuh dengan keindahan dan kedamaian yang kontras dengan Akademi Waktu yang begitu penuh ketegangan dan misteri.
Ketika liburan tiba, Kael menemukan dirinya merenung dalam keheningan kamar asramanya yang sederhana. Liburan di Akademi Waktu berarti mereka memiliki waktu untuk beristirahat, meskipun hanya sebentar. Namun, bagi Kael, waktu istirahat itu membawa pemikiran baru yang mengusik hatinya. Dia teringat akan Risa , teman yang telah banyak membantunya dan yang telah membuka jalan bagi mereka untuk belajar lebih banyak tentang kekuatan waktu.
Risa , dengan sikap tenangnya dan pengetahuan mendalam tentang waktu, seolah menjadi sosok yang sangat berbeda dari yang lain di Akademi Waktu. Kael tak bisa tidak berpikir bahwa ada banyak hal yang belum dipahami Risa tentang dunia luar, dunia yang tidak berputar di sekitar waktu, sebuah dunia yang mungkin tampak asing baginya, tetapi juga bisa memberikan perspektif baru.
Dengan niat itu, Kael memutuskan untuk menemui Risa . Dia tahu bahwa Risa sudah menjadi bagian penting dari perjalanan mereka, tetapi ia merasa ada satu hal lagi yang bisa ia tawarkan, sesuatu yang mungkin bisa membuka mata Risa terhadap dunia yang sangat berbeda dari Akademi Waktu.
Pada suatu malam yang tenang, ketika angin berhembus pelan di luar jendela kamar, Kael menemui Risa di ruang belajar yang sunyi, tempat di mana Risa sering menghabiskan waktu dengan buku-buku tebal dan tulisan-tulisan kuno tentang waktu.
"Risa ," Kael memulai dengan suara yang agak ragu, "aku ingin mengajakmu melakukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang bisa memberimu pandangan baru tentang dunia yang tidak berputar di sekitar waktu."
Risa menoleh, mata birunya yang tajam memperhatikan Kael dengan seksama. "Apa maksudmu, Kael? Apa yang kau pikirkan?"
Kael menghembuskan napas dalam-dalam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu kamu lebih mengenal dunia ini, Akademi Waktu, Dunia Waktu, semuanya. Tetapi ada sesuatu yang kamu belum pernah lihat. Dunia Aetheris, dunia asal kami, tempat kami berasal. Dunia itu berbeda dengan ini. Tidak ada yang mengendalikan waktu secara langsung seperti yang ada di sini. Tidak ada pengaruh besar terhadap aliran waktu."
Risa memiringkan kepala, ekspresinya tetap tenang, namun jelas ada rasa penasaran yang terpancar. "Dunia Aetheris?" katanya, mencoba memahami. "Apa yang istimewa dari dunia itu?"
Kael tersenyum, sedikit merasa lega karena Risa tidak langsung menolaknya. "Dunia Aetheris adalah tempat yang lebih sederhana. Tidak ada pengendalian waktu yang besar seperti di sini, tidak ada ancaman atau teka-teki besar. Itu adalah dunia yang lebih... tenang. Aku ingin mengajakmu ke sana, untuk melihat sendiri bagaimana dunia kami, dunia yang lebih 'normal'. Aku rasa itu akan memberimu perspektif yang berbeda, dan mungkin juga membantu kita memahami lebih banyak tentang keseimbangan waktu yang kita pelajari."
Risa terdiam sejenak, matanya seolah menatap jauh ke dalam pikirannya. "Aku tidak tahu apa yang bisa kupelajari di sana," katanya akhirnya, suaranya hampir terdengar ragu. "Aku terbiasa dengan dunia ini, dengan konsep waktu yang saling terhubung. Dunia Aetheris terdengar begitu jauh dari semuanya yang aku pelajari."
"Justru itu," Kael menjawab dengan penuh keyakinan. "Kadang, memahami sesuatu berarti melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Aku rasa kamu akan menemukan banyak hal menarik di sana, meskipun dunia itu tampak lebih sederhana. Dunia Aetheris punya cara sendiri untuk melihat waktu, dan mungkin, cara itu bisa membantumu lebih memahami bagaimana kita bisa menghadapinya di sini."
Risa menundukkan kepala sejenak, seolah mempertimbangkan kata-kata Kael dengan serius. Ada sesuatu dalam tawaran Kael yang mengingatkannya pada dirinya sendiri, keinginan untuk memahami lebih banyak, untuk melangkah lebih jauh, meskipun itu berarti menjelajah ke wilayah yang belum pernah ia sentuh sebelumnya.
"Dan bagaimana dengan kalian semua?" Risa akhirnya bertanya. "Bagaimana dengan teman-temanmu yang lain? Apa mereka juga akan ikut?"
Kael tersenyum. "Aku hanya berbicara tentangmu, Risa . Aku tahu ini adalah tawaran pribadi. Dunia Aetheris bukan tempat yang kami semua bisa tinggal lama, tapi aku rasa kamu akan menyukainya. Kamu akan bisa melihat dunia yang lebih bebas, tanpa adanya keterikatan dengan aliran waktu yang kompleks seperti di sini."
Risa menghela napas panjang, dan Kael bisa melihat pikirannya mulai terbuka. "Aku... aku akan mempertimbangkan. Mungkin ada pelajaran yang bisa aku ambil dari perjalanan itu. Namun, jangan harap aku akan meninggalkan Akademi Waktu untuk waktu yang lama."
Kael tertawa ringan, merasa sedikit lega. "Tidak, tentu saja tidak. Hanya untuk waktu yang singkat. Cukup untuk memberi pandangan baru dan kembali lagi ke sini. Jika kamu setuju, aku akan memastikan perjalanan ini aman dan tidak mengganggu pelatihan kita."
Risa memandang Kael dengan tatapan yang sulit dipahami. "Aku tidak bisa janji akan banyak hal, Kael. Tapi jika kamu rasa ini akan berguna, aku akan ikut."
Kael merasa senang mendengar jawabannya. "Terima kasih, Risa . Aku tahu ini bukan keputusan yang mudah. Dunia Aetheris bukanlah dunia yang sama dengan yang kamu kenal, tetapi aku yakin pengalaman ini akan membuka perspektifmu lebih luas."
Risa mengangguk perlahan, dan mereka berdua terdiam sejenak, seolah menyadari bahwa langkah kecil ini, perjalanan menuju dunia yang sangat berbeda, bisa membawa dampak yang lebih besar daripada yang mereka bayangkan.
Setelah percakapan itu, Kael merasa lebih ringan, meskipun tahu bahwa perjalanan ini akan memerlukan banyak persiapan. Tidak hanya bagi Risa , tetapi juga bagi dirinya sendiri. Dunia Aetheris bukanlah dunia yang sama dengan Dunia Waktu. Risa perlu memahami banyak hal baru, bahkan untuk sekadar menjalani perjalanan ke dunia yang tampaknya sederhana itu.
Kael tahu perjalanan ini bukan sekadar tentang membawa teman barunya ke dunia asalnya. Ini lebih dari itu, ini tentang menunjukkan padanya bahwa waktu bukanlah segala-galanya, bahwa ada aspek lain dari kehidupan yang mungkin bisa memberi keseimbangan bagi apa yang telah mereka pelajari di Akademi Waktu.
Malam itu, Kael kembali ke asramanya, merasa lebih yakin akan langkah yang telah ia ambil. Liburan ini akan membawa mereka lebih dekat bukan hanya untuk memahami waktu, tetapi juga untuk memahami diri mereka sendiri.
Hari libur yang dinanti akhirnya tiba, memberi kesempatan bagi Kael dan teman-temannya untuk beristirahat setelah berbulan-bulan penuh dengan pelajaran intens di Akademi Waktu. Namun, liburan kali ini terasa istimewa bagi Kael. Ia ingin membawa Risa , yang berasal dari Dunia Waktu, ke Dunia Aetheris, tempat asalnya dan teman-temannya. Dunia yang lebih damai, lebih sederhana, dan jauh berbeda dengan dunia yang mereka kenal.
Setelah berbicara panjang lebar dengan Risa tentang dunia asalnya, Kael akhirnya meyakinkan Risa untuk ikut. "Aku ingin menunjukkan kepadamu dunia tempat aku dibesarkan, Risa . Dunia ini sangat berbeda dengan Dunia Waktu," kata Kael. "Tidak ada distorsi waktu, tidak ada manipulasi waktu yang mengikat, hanya kehidupan yang berjalan dalam ritme alami."
Risa , yang awalnya ragu, akhirnya setuju. "Baiklah, Kael. Aku ingin melihat dunia yang kamu sebutkan."
Lianara, Lysandra, Riven, dan Varic, yang semuanya berasal dari Dunia Aetheris bersama Kael, tentu saja tidak merasa terkesan dengan tempat itu. Dunia Aetheris adalah rumah mereka, dunia yang telah mereka kenal sejak kecil. Namun, mereka setuju untuk ikut serta dalam perjalanan ini, lebih karena ingin mendukung teman mereka dan untuk melihat bagaimana Risa merasakan dunia mereka.
Alian dan Araneth, yang sudah terbiasa dengan Dunia Aetheris karena peran mereka sebagai penghubung antara dunia ini dan Dunia Waktu, juga memutuskan untuk ikut. Mereka memiliki pengetahuan luas tentang dunia ini, dan mereka berdua juga ingin melihat bagaimana para muridnya meresapi dunia asal Kael dan teman-temannya.
Setelah melalui perjalanan antar-dimensi, mereka akhirnya tiba di Dunia Aetheris. Langit biru yang cerah dan udara segar langsung menyambut mereka. Tak ada distorsi waktu, tak ada kekacauan yang mengiringi aliran waktu. Dunia ini terasa begitu damai, begitu alami.
"Ini Dunia Aetheris," kata Kael sambil tersenyum. "Dunia yang jauh lebih sederhana dan tenang dibandingkan dengan Dunia Waktu."
Lianara mengangguk, memandang sekitar. "Benar. Ini tempat yang sangat familiar bagi kami," kata Lianara dengan senyuman lembut. "Kami tumbuh di sini, bersama Kael. Tidak ada perubahan waktu yang membingungkan, hanya ritme kehidupan yang berjalan dengan alami."
Riven mengamati sekeliling dengan penuh perhatian. "Aku merasa seolah-olah dunia ini lebih... stabil. Tidak ada distorsi waktu yang meresap ke dalamnya."
"Tepat," jawab Kael. "Di sini, segala sesuatu mengalir dengan cara yang alami, tanpa ada kekacauan atau manipulasi. Kami belajar untuk hidup dalam ritme yang lebih santai, tanpa harus terburu-buru mengejar waktu."
Risa , yang belum pernah menginjakkan kaki di dunia seperti ini, terlihat sedikit terpesona meskipun tidak mengungkapkannya secara terbuka. "Aku bisa merasakan ketenangannya," ujarnya pelan. "Tapi dunia ini terasa begitu... luas, tidak ada pengaruh waktu yang menghimpit."
"Ini adalah dunia kami," kata Varic. "Kami tumbuh di sini, di dunia yang tidak dibayangi oleh manipulasi waktu."
Araneth, yang selama ini memantau keadaan sekitar, berbicara. "Kami sering membawa murid-murid kami ke sini sebagai bagian dari pelatihan. Dunia Aetheris ini mengajarkan kedamaian, sesuatu yang sangat berbeda dengan dunia kami yang penuh dengan aturan dan waktu yang saling berkaitan."
Kael tersenyum mendengar penjelasan Araneth. "Ya, ini tempat kami belajar untuk hidup tanpa mengendalikan waktu, tempat yang mengajarkan kita bahwa ada lebih banyak hal dalam hidup selain kecepatan dan kekuatan waktu."
Mereka semua melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang akrab bagi Kael dan teman-temannya. Kael memimpin mereka ke sebuah desa kecil di kaki pegunungan yang terletak tidak jauh dari hutan, sebuah tempat yang menjadi bagian dari masa kecilnya. Desa itu sederhana namun indah, dengan rumah-rumah kayu yang terawat dan kebun-kebun yang dipenuhi tanaman segar. Para penduduk desa tampak sibuk dengan kegiatan sehari-hari mereka, berkebun, bertani, dan berbicara ramah dengan satu sama lain.
Risa tampak lebih tenang, meski tetap terkesima dengan suasana desa yang damai ini. "Aku bisa merasakan kedamaian di sini," katanya sambil menatap langit biru yang luas. "Di Dunia Waktu, semua terasa begitu terburu-buru. Tapi di sini, semuanya terasa lebih lambat, lebih tenang."
Lysandra, yang sejak tadi diam, mengangguk. "Memang begitu. Di dunia ini, kita tidak terbebani dengan kekacauan waktu. Semua berjalan dengan cara yang lebih alami."
"Benar," kata Kael. "Di Aetheris, kita tidak harus berlarian mengejar waktu. Kita hanya hidup, dan segala sesuatu akan mengikutinya."
Setelah berkeliling, Kael membawa mereka semua ke tepi danau kecil yang indah di luar desa. Danau itu memantulkan cahaya matahari yang lembut, menciptakan suasana yang sangat tenang. Mereka duduk di sana, merasakan angin sepoi-sepoi yang menenangkan.
Risa menatap danau itu, kemudian berbalik pada Kael. "Dunia ini... lebih damai dari yang kubayangkan. Aku bisa merasakannya sekarang."
"Ya," kata Kael sambil tersenyum. "Itulah alasan mengapa aku ingin kamu melihatnya. Dunia ini mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru. Kita belajar untuk hidup di momen ini, menikmati setiap detik tanpa harus mengendalikannya."
Alian, yang mendengar percakapan mereka, ikut berbicara. "Dunia ini memberi kita pelajaran penting, bahwa terkadang kita tidak perlu terus-menerus mengubah atau mengatur waktu. Kadang-kadang, kita hanya perlu membiarkannya mengalir."
Setelah beberapa hari di Dunia Aetheris, mereka semua merasa semakin terhubung dengan kedamaian dunia itu, meskipun mereka tahu perjalanan mereka masih panjang. Risa sudah mulai bisa merasakan perbedaan antara kehidupan yang terburu-buru di Dunia Waktu dan kehidupan yang tenang di Dunia Aetheris.
Namun, seperti yang Kael katakan sebelumnya, waktu mereka di dunia ini tidak akan berlangsung selamanya. Mereka harus kembali ke Akademi Waktu untuk melanjutkan perjalanan belajar mereka.
"Aku rasa sudah waktunya kita kembali," kata Kael kepada teman-temannya. "Kita telah menunjukkan kepada Risa dunia kami, tetapi perjalanan kita belum selesai. Ada banyak yang harus kita pelajari di Akademi Waktu. Dunia Aetheris mengajarkan kita untuk menghargai waktu, tapi kita juga harus belajar bagaimana mengendalikan dan memanipulasi waktu."
Varic mengangguk setuju. "Benar. Kami semua tahu bahwa perjalanan kami di Akademi Waktu masih panjang, dan kita harus kembali untuk melanjutkan pembelajaran."
Dengan berat hati, mereka meninggalkan kedamaian Dunia Aetheris. Mereka kembali melalui gerbang antar-dimensi yang menghubungkan Aetheris dengan Dunia Waktu, kembali ke Akademi Waktu yang penuh tantangan dan pelajaran yang lebih besar. Meskipun mereka kembali ke tempat yang penuh aturan, mereka tahu bahwa apa yang telah mereka alami di Dunia Aetheris, kedamaian dan ketenangan, akan tetap ada dalam ingatan mereka.
Di dalam hati, Kael tahu bahwa pelajaran dari Dunia Aetheris akan membantu mereka menjalani setiap tantangan yang akan datang. Mereka tidak akan terburu-buru mengejar waktu, tetapi mereka akan terus bergerak maju, dengan ritme dan tujuan yang lebih jelas.
Kembali ke Akademi Waktu setelah kunjungan mereka ke Dunia Aetheris, Kael dan teman-temannya merasa seolah-olah ada sesuatu yang berubah dalam diri mereka. Dunia Aetheris, dengan ketenangannya yang alami dan ketidakhadiran distorsi waktu, telah meninggalkan kesan mendalam pada mereka. Risa , yang sebelumnya merasa asing dengan dunia yang lebih "stabil", mulai merasakan dampak perubahan itu dalam dirinya.
Namun, mereka tidak hanya membawa kembali kenangan indah dari Dunia Aetheris. Keindahan dunia itu mulai tersebar secara perlahan di Akademi Waktu, tak hanya dalam bentuk kata-kata, tetapi juga dalam pengaruh yang mendalam pada banyak murid dan pengajar.
Kabar tentang keindahan Dunia Aetheris segera menyebar melalui Akademi Waktu. Murid-murid yang pernah mendengar tentang perjalanan Kael, Risa , Lianara, Lysandra, Riven, dan Varic ke dunia itu mulai membicarakannya. Dalam percakapan yang tak terhitung jumlahnya, mereka menggambarkan suasana damai dan ketenangan yang mereka alami di dunia tempat asal Kael dan teman-temannya.
"Sungguh menakjubkan," kata Maeris, salah satu murid senior di Akademi Waktu, kepada teman-temannya. "Kael dan yang lainnya membawa cerita tentang dunia mereka, tentang kehidupan yang berjalan dengan ritme alami tanpa gangguan manipulasi waktu. Dunia yang begitu damai."
"Benarkah begitu?" jawab Zara, murid senior lainnya yang tidak dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya. "Pasti sangat berbeda dengan Akademi Waktu ini, tempat yang penuh dengan pelatihan waktu yang intens."
"Tentu," Maeris melanjutkan, "mereka berkata bahwa di Dunia Aetheris, waktu tidak dipaksa untuk berputar dengan cara tertentu. Di sana, tidak ada rasa terburu-buru atau kekacauan yang menyelimuti setiap detik. Semua berjalan dengan cara yang sederhana dan indah."
Berita ini segera menarik perhatian banyak murid yang sebelumnya hanya mengenal Dunia Aetheris sebagai sebuah konsep yang jauh dan tidak terjangkau. Mendengar deskripsi itu, banyak dari mereka yang merasa penasaran, bahkan terinspirasi. Dunia yang penuh distorsi dan pembelajaran waktu itu tampaknya begitu asing jika dibandingkan dengan dunia yang damai dan alami yang dijelaskan Kael dan yang lainnya.
Risa , yang selama ini merasa seperti seorang asing di dunia yang begitu berbeda, menjadi pusat perhatian dengan kisahnya. "Saya tidak pernah membayangkan ada dunia yang begitu sederhana dan damai," kata Risa kepada beberapa murid yang mendengarkan cerita-ceritanya di sebuah ruangan diskusi. "Dunia itu mengajarkan kita bahwa kadang-kadang kita tidak perlu terburu-buru mengejar waktu. Di sana, kami belajar untuk hidup dalam harmoni dengan waktu, bukan memanipulasinya."
Salah seorang murid muda, yang sangat terkesan dengan cerita Risa , bertanya, "Risa , apakah ada cara bagi kita untuk mengunjungi Dunia Aetheris, untuk merasakannya sendiri?"
Risa tersenyum, tetapi kemudian menggelengkan kepala. "Sayangnya, tidak. Dunia Aetheris sangat berbeda dengan Dunia Waktu, dan perjalanan antar dimensi itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah. Namun, saya percaya bahwa dengan memahami kedamaian dan ketenangan yang ada di dunia itu, kita bisa membawa sebagian dari energi itu ke sini, ke Akademi Waktu."
Kata-kata Risa menyentuh banyak hati. Beberapa murid mulai berbicara lebih banyak tentang menciptakan keseimbangan dalam pelajaran mereka, berusaha untuk tidak terjebak dalam kecemasan waktu yang terus berjalan. Mereka mulai memahami bahwa meskipun Akademi Waktu adalah tempat untuk mengasah kemampuan mengendalikan waktu, mereka tidak harus melupakan aspek kemanusiaan mereka, keseimbangan antara pembelajaran dan kedamaian.
Bukan hanya para murid yang terpengaruh oleh kisah-kisah tersebut. Para pengajar, terutama Alian dan Araneth, mulai melihat dampak yang lebih besar dari perjalanan itu. Selama ini, mereka mengajarkan pengendalian waktu dengan cara yang sangat teknis, mengutamakan kecepatan dan ketepatan. Namun, setelah mendengar banyak cerita tentang dunia yang damai itu, mereka mulai mempertimbangkan untuk mengajarkan kepada para murid mereka bahwa pengendalian waktu bukan hanya tentang kekuatan dan manipulasi, tetapi juga tentang keharmonisan dan kesadaran diri.
Alian, yang sering terlihat begitu serius dalam mengajarkan teori-teori rumit, mulai merenung lebih dalam. Pada suatu malam, setelah kelas selesai, ia berkata kepada Araneth, "Dunia Aetheris... Saya merasa ada sesuatu yang lebih dalam yang bisa kita ajarkan kepada murid-murid kita. Mungkin kita terlalu terfokus pada kekuatan dan kontrol waktu. Apa yang kita lupakan adalah bahwa ada kedamaian dalam waktu itu sendiri, jika kita bisa melihatnya dengan cara yang benar."
Araneth, yang dikenal lebih lembut dalam pendekatan pengajarannya, mengangguk. "Benar. Dunia Aetheris mengajarkan kita untuk tidak selalu berlari mengejar waktu. Mungkin ini saat yang tepat untuk kita membantu murid-murid kita menemukan ritme alami dalam hidup mereka, dan bukan hanya berfokus pada kontrol penuh atas waktu itu sendiri."
Dengan semangat baru ini, Akademi Waktu perlahan-lahan mulai berubah. Para pengajar, meskipun tetap fokus pada pembelajaran pengendalian waktu, mulai mengajarkan pentingnya harmoni dengan waktu, bahwa ada saat-saat untuk bertindak cepat dan ada saat-saat untuk berhenti dan meresapi detik demi detik.
Selama beberapa minggu berikutnya, pembelajaran di Akademi Waktu mulai mencerminkan perubahan ini. Para murid, yang awalnya hanya terfokus pada pengendalian waktu dengan kekuatan magis dan teknik-teknik manipulasi waktu yang rumit, mulai diperkenalkan pada konsep yang lebih dalam tentang hidup berdampingan dengan aliran waktu, bukan memaksanya untuk berfungsi menurut keinginan mereka.
Lianara, yang sejak awal sangat terfokus pada penguasaan keterampilan sihir waktu, mulai merasakan ketenangan yang sebelumnya tidak ia sadari. "Terkadang, kita terlalu terburu-buru untuk menguasai semuanya," katanya kepada Kael pada suatu malam setelah kelas selesai. "Mungkin kita bisa belajar untuk lebih memahami waktu itu sendiri, bukan hanya berusaha mengendalikannya."
Kael mengangguk, senyum tipis terbentuk di wajahnya. "Benar. Aku merasa dunia Aetheris mengajarkan kita lebih banyak tentang kesabaran dan ketenangan daripada sekadar kontrol waktu yang sempurna."
Lysandra, yang cenderung lebih rasional dan terstruktur, juga mulai merasakan dampak dari pendekatan baru ini. "Aku merasa lebih mudah untuk fokus pada pelajaran sejak kita mengubah cara kita melihat waktu. Tidak semuanya harus dilakukan dengan cepat atau tepat. Terkadang, kita hanya perlu membiarkan waktu berjalan dengan sendirinya."
Riven, yang semula sangat ragu dengan seluruh konsep ini, akhirnya bisa merasakan manfaat dari pendekatan yang lebih tenang. "Aku merasa lebih terhubung dengan waktu setelah mengalaminya dengan cara yang berbeda," katanya. "Mungkin itu yang kita butuhkan, bukan hanya untuk menguasai waktu, tetapi untuk menghargainya."
Keindahan Dunia Aetheris, yang sekarang mulai meresap ke dalam Akademi Waktu, tidak hanya mengubah cara para murid melihat dunia, tetapi juga memberi mereka cara baru untuk menghadapinya. Dunia yang sebelumnya penuh dengan tekanan dan tuntutan untuk menguasai waktu kini menjadi tempat yang mengajarkan mereka untuk menghargai setiap detik, untuk berjalan bersama waktu, bukan melawannya.
Dengan pengetahuan baru ini, Kael dan teman-temannya tahu bahwa perjalanan mereka untuk memahami waktu belum berakhir. Namun, mereka merasa lebih siap untuk melangkah ke depan, dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang lebih terbuka. Dunia Aetheris, dengan ketenangannya, telah mengajarkan mereka bahwa dalam setiap momen yang berlalu, ada kesempatan untuk belajar, berkembang, dan menemukan kedamaian.