Malam itu, suasana di Asrama Aetheris kembali terasa tenang. Kael dan teman-temannya duduk di meja makan, berbicara tentang pengalaman mereka sepanjang hari. Walaupun lelah, wajah mereka dipenuhi dengan ekspresi kegembiraan dan keingintahuan yang tak terbendung. Mereka baru saja menjalani latihan pertama mereka di Akademi Waktu, latihan yang, meskipun sederhana, sudah membuka banyak pintu pemahaman baru tentang dunia yang tak mereka kenal sebelumnya.
Kael menatap cangkir teh di tangannya, mencoba menyusun kembali apa yang telah dipelajarinya. "Aku tidak pernah membayangkan waktu bisa begitu… hidup dalam tubuh kita," kata Kael, suara penuh kekaguman.
Lianara, yang duduk di seberangnya, mengangguk. "Memang, itu hanya permulaan. Tapi aku merasa, seperti yang dibilang Seraphis, semuanya dimulai dari dalam diri kita sendiri. Jika kita bisa mengendalikan detak jantung dan napas kita, kita akan mulai memahami bagaimana waktu bekerja di luar kita. Mungkin kita baru saja menyentuh permukaan kekuatan itu."
"Aku setuju," jawab Riven yang duduk di samping Lianara. "Tapi aku juga merasa, sepertinya ada sesuatu yang lebih besar dari sekedar itu. Mengendalikan waktu dalam tubuh hanya langkah pertama. Aku penasaran apa yang akan terjadi besok."
Lysandra yang sejak tadi diam, menatap dengan serius ke luar jendela. "Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar yang mengintai di luar sana. Sesuatu yang lebih berbahaya, tapi juga lebih kuat. Kita baru saja menginjakkan kaki di bagian awal dari perjalanan yang panjang dan penuh risiko."
Kael melihat ke arah Lysandra, merasakan keprihatinan di matanya. Ia tahu bahwa teman-temannya semua memiliki pemahaman yang sama, bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang mempelajari kekuatan yang luar biasa, tetapi juga tentang memahami risiko yang mengintai setiap langkah.
Saat mereka berbicara, pintu ruang makan terbuka perlahan, dan Seraphis muncul, mengenakan jubah panjang yang berkilauan dengan pola waktu yang berputar. Matanya memancarkan ketajaman yang luar biasa, seolah mampu menembus kedalaman pikiran mereka.
"Apakah kalian merasa sudah siap untuk langkah berikutnya?" kata Seraphis, suaranya rendah dan tenang namun penuh makna.
Semua murid baru, termasuk Kael, menatap Seraphis dengan antusias dan kekhawatiran. Mereka tahu bahwa setiap kata dari Seraphis akan membawa mereka lebih dekat ke dunia yang jauh lebih besar dan berbahaya.
"Siap untuk apa?" tanya Kael, tak bisa menyembunyikan rasa penasaran yang mendalam.
Seraphis mengamati mereka beberapa detik, lalu berkata, "Hari ini kalian telah memulai untuk mengendalikan waktu dalam diri kalian sendiri. Besok, kita akan melangkah lebih jauh. Kalian akan belajar bagaimana mempengaruhi waktu di dunia sekitar kalian, dalam ruang yang lebih luas. Tapi sebelum itu, ada satu hal yang perlu kalian pahami."
Ia berhenti sejenak, memberi waktu agar kata-katanya diterima sepenuhnya. "Waktu bukanlah kekuatan yang bisa kalian kendalikan dengan mudah. Setiap perubahan yang kalian buat, sekecil apapun, akan membawa dampak. Dunia ini tidak hanya berputar berdasarkan irama yang kalian buat, tetapi juga pada keharmonisan yang lebih besar. Menyentuh irama itu bisa membawa kalian ke dunia yang lebih luas, atau malah menghancurkan semuanya."
Seraphis melangkah lebih dekat ke meja mereka, matanya berkilat tajam. "Besok, kalian akan mulai mempengaruhi waktu di sekitar kalian. Namun, ingat, sebuah langkah kecil yang salah bisa menyebabkan terjadinya pergeseran yang tak terduga. Kalian harus berhati-hati."
Setelah kata-kata itu, Seraphis menghilang begitu saja, meninggalkan ruangan yang kini terasa lebih berat, penuh dengan beban yang belum sepenuhnya mereka pahami.
Kael menatap pintu yang tertutup, merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Mereka hanya baru memulai, namun beban yang dibawa oleh kata-kata Seraphis terasa sangat nyata. Apa yang sebenarnya mereka hadapi di Akademi Waktu ini? Apa yang mereka benar-benar pelajari? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam pikirannya.
Pada pagi berikutnya, mereka berkumpul kembali di aula utama. Semua murid baru dari Asrama Aetheris duduk di barisan depan, sementara para penjaga waktu seperti Rael, Zara, dan Maeris berdiri di sepanjang aula. Seraphis berdiri di depan mereka, matanya memandang ke arah setiap murid dengan intensitas yang luar biasa.
"Pagi ini, kita akan mulai pelajaran yang lebih berat. Kali ini, kalian akan belajar untuk memanipulasi aliran waktu di sekitar kalian, di dalam ruang terbatas," kata Seraphis dengan suara yang lebih dalam dari sebelumnya. "Tapi sebelum kalian memulai, ada satu hal yang harus dipahami. Setiap manipulasi waktu mengandung risiko. Mengubah satu bagian dari aliran waktu dapat merusak keseimbangan yang ada di alam semesta."
Rael yang berdiri di samping Seraphis angkat bicara, "Kalian akan mulai dengan mengendalikan waktu dalam ruang kecil. Ini bukan tentang mengubah waktu secara drastis. Tetapi, kalian harus bisa mengontrol detik, menit, bahkan aliran waktu dalam benda yang ada di sekeliling kalian."
Dengan gerakan tangan, Rael mengubah cuaca di ruang aula menjadi lebih gelap, menyimulasikan efek dari perubahan waktu. Tiba-tiba, langit-langit aula yang semula cerah berubah menjadi seperti malam, seolah waktu telah diputar kembali. "Mengendalikan waktu di ruang ini berarti mengubah aliran energi yang ada di sekitarnya. Seperti ini, kita bisa memanipulasi cuaca, suhu, atau bahkan waktu yang dirasakan oleh setiap individu."
Kael menatap perubahan cuaca yang terjadi di aula, merasa kekuatan yang luar biasa terpendam dalam setiap perubahan kecil itu. Waktu, yang selama ini ia anggap sebagai hal yang tetap, ternyata bisa diubah begitu saja, memberikan perasaan campur aduk antara kagum dan khawatir.
"Mulailah dengan benda-benda di sekitar kalian," Zara berkata, suaranya keras dan jelas. "Cobalah untuk memanipulasi waktu di sekitarnya. Pelan-pelan. Jangan terburu-buru. Setiap tindakan memiliki konsekuensi."
Kael memusatkan perhatiannya pada sebuah jam pasir di meja di depannya. Dengan hati-hati, dia mencoba mengendalikan aliran pasir di dalamnya, memperlambat gerakan pasir yang jatuh, mencoba menghentikannya sejenak. Sebagian besar pasir bergerak perlahan, namun ada beberapa butir yang melawan, tetap jatuh meskipun ia berusaha keras untuk mengendalikan mereka.
"Ada yang bisa merasakan perubahan?" Zara bertanya, mengamati murid-murid yang mencoba memanipulasi benda mereka. "Ingat, waktu itu seperti air. Kalian tidak bisa menahannya begitu saja. Tetapi, kalian bisa mengarahkan alirannya."
Kael menutup matanya sejenak, merasakan getaran kecil di udara sekitar benda itu. Ia menarik napas panjang, berfokus untuk menyelaraskan dirinya dengan aliran waktu yang tak kasat mata itu. Perlahan, pasir itu berhenti jatuh, terhenti di tengah jam pasir. Kael membuka matanya, tercengang dengan apa yang baru saja ia lakukan.
"Bagus," kata Zara dengan senyum tipis. "Tapi jangan lupa, sebuah langkah salah, dan kalian bisa mempengaruhi lebih dari sekadar benda di sekeliling kalian."
Pelajaran hari itu berakhir dengan rasa takjub yang mendalam. Kael merasa seolah-olah baru saja memulai perjalanan yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya dari yang ia bayangkan. Ini bukan hanya tentang memanipulasi waktu, tetapi juga tentang bertanggung jawab terhadap setiap perubahan yang mereka buat. Waktu, ternyata, adalah kekuatan yang tidak bisa dianggap remeh.
Setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka lebih dekat dengan penguasaan yang lebih besar, dan mungkin juga bahaya yang lebih besar.
Hari-hari di Akademi Waktu semakin penuh dengan pelajaran yang menantang dan mematikan. Kael dan teman-temannya terus berlatih dengan tekun, tetapi kesadaran akan bahaya yang mengintai semakin terasa. Setiap hari, mereka diajarkan untuk merasakan dan memanipulasi waktu di ruang terbatas, dengan benda-benda kecil di sekitar mereka. Namun, dengan setiap pelajaran, mereka juga semakin sadar bahwa waktu bukanlah kekuatan yang bisa mereka kendalikan dengan sembarangan. Setiap manipulasi, sekecil apapun, bisa membawa dampak yang tak terduga.
Setelah beberapa minggu berlatih, mereka akhirnya mendapat kesempatan untuk berlatih di ruang yang lebih besar, sebuah ruang latihan khusus di Akademi Waktu yang disebut Temporal Nexus. Ruangan ini bukan hanya sekadar aula besar, melainkan tempat di mana berbagai elemen waktu bertemu, bercampur, dan bisa dimanipulasi dengan lebih bebas, dan lebih berbahaya. Di dalamnya, waktu bisa dipercepat, diperlambat, bahkan diputar kembali, tergantung pada bagaimana seorang murid bisa mengendalikan aliran energi yang ada.
Seraphis dan para penjaga waktu, Rael, Zara, Tira, Maeris, dan Alderan, menjaga setiap sesi latihan dengan ketat, memastikan bahwa tidak ada yang melampaui batas. Para murid, termasuk Kael dan teman-temannya, sering kali merasa seolah berada di ujung jurang. Mereka tahu, satu langkah yang salah bisa mengirim mereka ke dalam kekosongan waktu, ke tempat yang tidak ada lagi hubungannya dengan dunia mereka.
Hari itu, mereka diberi tugas besar untuk pertama kalinya di Temporal Nexus. Mereka harus memanipulasi aliran waktu di ruang itu sendiri, bukan hanya benda-benda kecil. Sebuah tantangan yang jauh lebih besar, karena ruang itu sendiri mengandung banyak lapisan waktu yang bisa bergerak dengan cara yang tidak terduga.
"Fokuskan pikiran kalian pada pusat ruangan ini," kata Rael, berdiri dengan tangannya terentang, menstabilkan energi yang mengalir. "Setiap lapisan waktu di sini harus disesuaikan dengan aliran yang benar. Jika kalian salah, maka kalian akan kehilangan kendali, dan kalian tidak ingin tahu apa yang bisa terjadi."
Kael merasa dadanya berdebar. Ini adalah momen yang sangat penting, pelajaran yang akan mengubah segalanya. Dia menatap ruangan besar di depannya. Waktu di sana mengalir tidak teratur. Setiap sudut ruang terasa bergerak dengan ritme yang berbeda, beberapa bagian bergerak cepat, sementara yang lain hampir terhenti. Ini adalah ruang yang tidak pernah ia bayangkan bisa ada, tempat di mana waktu bukan lagi sebuah garis lurus, melainkan sebuah gelombang yang bisa dilipat-lipat dan dipelintir.
Lysandra, yang berdiri di sampingnya, tampak cemas. "Kita harus benar-benar hati-hati, Kael. Jika kita tidak bisa menstabilkan semuanya, kita bisa terjebak di luar waktu… atau bahkan lebih buruk."
Kael mengangguk. "Aku tahu. Kita harus bekerja sama."
Mereka semua mulai merasakan aliran waktu di sekitar mereka. Masing-masing merasakan gelombang berbeda, ada yang bisa merasakan waktu yang hampir tidak bergerak, ada yang merasakan detakan yang begitu cepat seolah menarik mereka ke dalam pusaran. Mereka harus bekerja dengan waktu di dalam dan di luar tubuh mereka, menstabilkan setiap gelombang yang mengalir.
Seraphis berdiri diam, memperhatikan setiap murid dengan tatapan tajam. Waktu berlalu, dan Kael merasakan bahwa ia mulai mengerti cara kerjanya, setidaknya, sedikit. Ia memusatkan energi di sekelilingnya, mencoba memanipulasi ruang di hadapannya, memperlambatnya, seiring dengan napas yang ia kendalikan. Namun, di saat yang sama, ia merasakan ketegangan semakin meningkat. Rasanya, semakin ia mencoba mengendalikan waktu, semakin waktu itu berontak. Benda-benda di sekelilingnya mulai bergetar, seolah ada sesuatu yang tak bisa ia kendalikan.
"Kael!" teriak Lianara yang berada di dekatnya. "Hati-hati!"
Pada saat yang sama, Kael merasakan adanya ledakan kecil di ruang tersebut. Sebuah dinding waktu yang terbentuk di sampingnya pecah seketika. Ruangan itu menjadi gelap sejenak, dan suara berdesing memenuhi udara.
"Tidak!" seru Zara, bergerak cepat untuk mengendalikan kerusakan yang terjadi.
Rael dan Alderan bergerak ke arah Kael, wajah mereka serius. "Apa yang kalian lakukan?" seru Rael dengan nada yang mengandung kemarahan yang tertahan.
Kael merasakan kepanikan mendalam dalam dirinya. "Aku… aku mencoba menstabilkan waktu di ruang ini, tapi rasanya… seperti ada sesuatu yang melawan."
"Apa yang terjadi?" tanya Maeris yang tiba-tiba muncul di sisi mereka. Matanya penuh dengan perhatian, namun tidak ada rasa gentar. "Jika kalian tidak bisa menstabilkan aliran waktu di sekitar kalian, ruang ini bisa menyerap kalian ke dalamnya."
Zara melangkah maju, tangan terentang. "Kalian terlalu terburu-buru. Untuk pertama kalinya, kalian harus belajar bahwa waktu bukanlah sesuatu yang bisa kalian kendalikan begitu saja. Ini bukan permainan. Ini adalah perjalanan yang membutuhkan kesadaran penuh."
Kael merasa tubuhnya lemas, tetapi ia berusaha untuk tetap fokus. Dia tahu, kegagalannya kali ini bukan hanya soal dirinya, tetapi juga tentang apa yang bisa terjadi pada dunia ini. Mereka berada di tempat yang penuh dengan bahaya, dan setiap kekeliruan bisa mengubah segalanya.
Seraphis, yang sejak tadi mengamati dengan diam, akhirnya berbicara dengan suara yang rendah dan dalam. "Ini adalah pelajaran yang sesungguhnya. Jika kalian tidak bisa mengendalikan waktu di sekitar kalian, maka kalian tidak akan siap untuk dunia yang lebih besar. Kalian tidak hanya harus mengendalikan waktu dalam tubuh kalian, tetapi juga dalam ruang yang lebih luas, dalam dimensi yang berlapis."
Kael menggigit bibirnya, merasakan kekecewaan yang dalam. Ia tahu, mereka harus melakukan lebih banyak. Jika mereka ingin benar-benar menguasai waktu, mereka harus belajar untuk lebih sabar dan lebih cermat. Tidak ada ruang untuk kesalahan.
Alderan melangkah mendekat dan berbicara dengan nada yang lebih lembut. "Jangan khawatir, Kael. Ini adalah langkah pertama dari banyak ujian yang akan datang. Belajar untuk mengendalikan waktu bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dengan cepat. Ingat, kesalahan adalah bagian dari proses. Apa yang penting adalah bagaimana kalian belajar dari setiap kesalahan itu."
Kael menatap Alderan, merasa sedikit tenang mendengar kata-katanya. "Aku mengerti. Kami akan belajar lebih banyak."
Lysandra yang berdiri di sisi Kael menepuk bahunya. "Kita akan melalui ini bersama. Setiap langkah yang kita ambil, kita akan semakin dekat pada penguasaan yang lebih besar."
Rael, yang sejak tadi menjaga jarak, akhirnya berbicara lagi. "Hari ini, kalian belajar bahwa mengendalikan waktu bukan hanya tentang manipulasi fisik. Ini juga tentang kesadaran. Waktu itu hidup, dan setiap detik yang kalian sentuh bisa membawa perubahan besar. Jangan pernah meremehkan kekuatan ini."
Dengan kata-kata itu, latihan pun berakhir. Meskipun mereka gagal dalam latihan pertama ini, Kael dan teman-temannya tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Mereka akan terus berlatih, berusaha mengendalikan aliran waktu dengan lebih baik. Namun, satu hal yang pasti, selama mereka berada di Akademi Waktu, setiap pelajaran akan membawa mereka lebih dekat kepada kekuatan yang jauh lebih besar, dan bahaya yang tak terhindarkan.
Keputusan Kael untuk tetap maju, meskipun menghadapi kegagalan di Temporal Nexus, akhirnya membuahkan hasil. Setiap malam setelah latihan itu, ia dan teman-temannya semakin mengerti bahwa waktu bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki atau dikendalikan secara sembarangan. Namun, mereka juga semakin menyadari bahwa kesadaran itu sendiri adalah bagian terpenting dari penguasaan yang mereka cari. Mereka mulai mengerti bahwa untuk menguasai waktu, mereka harus terlebih dahulu memahami dirinya sendiri, merasa seirama dengan aliran detik yang terus mengalir, tanpa henti, tanpa ampun.
Hari-hari di Akademi Waktu menjadi semakin intens. Sementara Kael dan teman-temannya melanjutkan latihan mereka, mereka juga dihadapkan pada ujian yang semakin sulit. Waktu seakan berputar dengan cara yang tidak bisa diprediksi, dan setiap malam mereka menghadapinya dengan lebih hati-hati. Para penjaga waktu, Rael, Zara, Tira, Maeris, dan Alderan, terus memantau mereka dengan ketat, tidak memberikan kelonggaran sedikit pun.
Namun, suatu malam, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Di ruang latihan besar, Temporal Nexus, yang masih terbalut energi dan aura waktu yang mengalir, Kael dan teman-temannya berkumpul di tengah ruangan. Di depan mereka, sebuah orb waktu yang lebih besar dari biasanya menggantung, dikelilingi oleh aliran energi yang tidak stabil. Seraphis berdiri di sisi mereka, wajahnya lebih serius dari biasanya.
"Mal ini, kalian akan menghadapi ujian yang lebih besar," kata Seraphis dengan suara yang dalam dan tegas. "Bukan hanya untuk mengendalikan waktu, tapi untuk membuktikan bahwa kalian siap menghadapi dunia yang lebih besar. Ujian ini akan menguji kesabaran kalian, ketekunan kalian, dan lebih penting lagi, kemampuan kalian untuk bertahan dalam kekosongan waktu."
"Ujian apa ini, Seraphis?" tanya Kael dengan waspada, meskipun hatinya berdebar. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang menanti mereka.
Seraphis mengangkat tangannya, dan sekejap mata, ruang di sekitar mereka berubah. Temporal Nexus mulai bergetar, dan dinding waktu yang semula teratur kini mulai berdeformasi. Waktu di sekeliling mereka tampak mulai melambat dan percepat bersamaan, menciptakan sensasi tak nyaman di dalam tubuh mereka.
"Akan ada ujian pemisahan," kata Seraphis. "Kalian akan diuji dengan sebuah ilusi, satu di mana kalian akan terpisah dalam dimensi waktu yang berbeda. Kalian harus mencari jalan keluar dari setiap lapisan waktu yang terpisah. Namun, ada risiko besar, terjebak dalam ilusi ini akan membuat kalian kehilangan arah, terjebak di luar waktu yang tak terjangkau. Ingat, hanya mereka yang kuat yang dapat melawan ilusi ini."
Lysandra menatap Seraphis dengan serius. "Apakah kami akan berada di dunia yang terpisah?"
"Benar," jawab Seraphis. "Tapi kalian tidak akan benar-benar sendirian. Waktu di dunia ini berbeda. Ada dua lapisan: satu akan membawa kalian ke masa lalu, dan yang lainnya ke masa depan. Kalian akan terpisah, masing-masing di tempat yang berbeda, dan kalian harus mengembalikan keseimbangan dengan merasakan dan memahami aliran waktu yang mengelilingi kalian. Hanya dengan itu kalian bisa kembali bersama."
Dengan satu gerakan cepat, Seraphis mengaktifkan kekuatan di dalam orb waktu. Dalam sekejap, Kael merasa tubuhnya terhisap ke dalam kekosongan. Rasanya seperti dicerai-beraikan, terombang-ambing di dalam gelombang yang tak terhingga. Ketika ia membuka mata, ia mendapati dirinya berdiri di tempat yang asing, sebuah kota yang hancur, reruntuhan yang tampak seperti masa lalu, namun ada sesuatu yang aneh tentangnya.
"Ini… masa lalu?" Kael bergumam. "Tapi ada yang salah…"
Sekelilingnya tampak buram, dengan potongan-potongan waktu yang seolah terpotong-putus. Waktu itu melambat, terlalu lambat. Setiap detik terasa membeku, dan saat ia mencoba bergerak, ia merasa seperti ada sesuatu yang menahannya.
Di kejauhan, Kael melihat sosok-sosok bayangan yang bergerak cepat, tak jelas, seperti mereka tidak berasal dari dunia ini. Hati Kael berdebar. "Ini tidak benar," pikirnya. "Ini bukan hanya masa lalu…"
Sementara itu, di tempat yang lebih jauh, Lianara juga terperangkap di dalam lapisan waktu yang berbeda. Ia berdiri di sebuah hutan yang dipenuhi kabut tebal. Suara-suara aneh bergema di sekitar, seperti ada bisikan-bisikan yang berasal dari masa depan, mengingatkan dirinya bahwa segala sesuatu yang ia lakukan kini dapat merubah takdir yang akan datang. Ia mencoba bergerak, namun setiap langkah terasa dipenuhi dengan beban yang berat.
"Jika ini adalah masa depan, apa yang harus aku lakukan?" pikirnya dengan hati yang cemas. "Apakah ini ujian kami?"
Di lapisan waktu lainnya, Riven merasakan kehadiran waktu yang bergerak terlalu cepat, terlalu cepat. Seolah ia berada di dalam pusaran yang tak bisa dikendalikan, berjalan di sepanjang garis waktu yang berubah terus-menerus. Suasana di sekelilingnya terasa begitu asing, dan waktu yang bergerak begitu cepat hanya menambah ketegangan yang ia rasakan. "Aku harus menemukan jalan keluar… aku harus keluar dari sini…"
Sementara itu, Lysandra berusaha mencari tanda-tanda di sekitar dirinya, berlari melewati jalan setapak yang tak pernah ia kenali. Di dalam dirinya, ada perasaan bahwa sesuatu yang lebih besar sedang mengawasinya. Suatu suara yang tidak terucap di dalam dirinya berbisik, 'Kamu tidak sendirian, tetapi kamu harus memilih jalan yang benar.'
Di dunia yang terpisah ini, waktu semakin terasa semakin tak terduga, dan mereka harus belajar untuk mengendalikannya, merasakannya, dan menemukan cara untuk kembali ke keseimbangan.
Beberapa waktu kemudian, Kael akhirnya menyadari bahwa ilusi ini bukan hanya ujian tentang kekuatan mengendalikan waktu, tetapi tentang kepercayaan. Kepercayaan pada diri sendiri, pada teman-temannya, dan pada waktu itu sendiri. Ia menyadari bahwa ia harus merasakan waktu, tidak hanya mencoba untuk mengendalikannya.
Dengan langkah mantap, Kael mulai bergerak menuju titik pusat masa lalu yang ada di hadapannya, sebuah menara besar yang terlihat seperti satu-satunya titik stabil di dunia yang terpecah belah ini. Mungkin itu adalah petunjuk, sebuah titik yang menunjukkan keseimbangan waktu.
Sementara itu, di tempat-tempat terpisah lainnya, Lianara, Riven, dan Lysandra juga mulai memahami bahwa ujian ini lebih dari sekadar fisik, ini adalah ujian mental dan emosional. Mereka harus saling menemukan dalam dimensi waktu yang berbeda dan mengatasi ketakutan dan kecemasan yang timbul dari kesendirian mereka.
Akhirnya, ketika mereka semua berhasil menemukan titik-titik penghubung dan kembali ke pusat yang sama, orb waktu kembali berputar. Ruang sekitar mereka kembali ke keseimbangan, dan mereka mendapati diri mereka berdiri bersama lagi di Temporal Nexus.
Seraphis mengamati mereka dengan tatapan tajam. "Kalian baru saja menghadapi ujian terbesar kalian. Tapi ini baru permulaan. Waktu adalah kekuatan yang tidak dapat dimengerti hanya dengan kekuatan fisik atau kemampuan magis. Ia akan menguji kalian lebih keras lagi."
Kael dan teman-temannya saling bertatapan, mengetahui bahwa perjalanan mereka di Akademi Waktu baru saja dimulai. Mereka telah melewati ujian pertama, tetapi banyak tantangan berat lainnya yang menanti mereka. Waktu adalah musuh yang paling tidak bisa ditebak, dan mereka hanya bisa bergerak maju, berusaha memahami alirannya, dan belajar bagaimana menjadi satu dengannya.
Setelah ujian besar yang menguji mereka dengan ilusi waktu, Kael dan teman-temannya merasakan beban baru yang menggantung di pundak mereka. Meskipun mereka telah berhasil keluar dari jebakan dimensi waktu yang terpisah, mereka merasa seolah-olah mereka baru saja memulai perjalanan yang jauh lebih berat. Setiap langkah yang mereka ambil semakin mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang waktu, dan waktu, pada gilirannya, mulai mengungkapkan lebih banyak rahasia yang tak terungkapkan.
Pada malam berikutnya, setelah ujian itu berakhir, Seraphis memanggil mereka semua ke ruang khusus di Akademi Waktu, sebuah ruang yang lebih tua dan lebih penuh misteri daripada ruang pelatihan biasa. Ruangan ini dipenuhi dengan rak-rak buku kuno, berbagai artefak dari dimensi waktu yang berbeda, serta meja besar yang terbuat dari batu hitam berkilau. Di atas meja itu terhampar gulungan-gulungan papirus yang tampaknya sangat tua, dan beberapa di antaranya berkilau dengan cahaya lembut yang berasal dari lapisan waktu yang tersisa di dalamnya.
"Di sini, kalian akan memulai latihan baru," kata Seraphis dengan suara yang penuh ketegasan. "Ini adalah salah satu pelajaran yang paling penting yang pernah kalian terima. Untuk benar-benar memahami waktu, kalian harus memulai dengan sesuatu yang fundamental, menulis sejarah."
Kael menatap Seraphis dengan kebingungan. "Menulis sejarah? Tapi kami baru saja belajar bagaimana mengendalikan waktu, bukankah itu lebih penting?"
Seraphis tersenyum sedikit, meskipun ada keseriusan yang jelas di wajahnya. "Menulis sejarah adalah kunci untuk memahami waktu. Sejarah adalah gambaran dari aliran waktu itu sendiri. Ketika kalian menulis sejarah, kalian tidak hanya mencatat masa lalu, tetapi kalian juga menyentuh bagaimana waktu itu berfungsi. Sejarah adalah catatan yang tertinggal dari perjalanan waktu, dan siapa pun yang dapat menulisnya dengan benar, dapat memahami cara waktu itu mengalir, memutar, dan bahkan melengkung."
Lianara mengerutkan dahi. "Tapi sejarah kan hanya tentang masa lalu. Apa hubungannya dengan masa depan dan sekarang?"
"Justru karena sejarah bukan hanya tentang masa lalu," jawab Seraphis dengan penuh keyakinan. "Sejarah adalah jaringan yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan. Dengan memahami sejarah, kalian bisa melihat bagaimana setiap keputusan membentuk jalannya waktu, bagaimana setiap tindakan kalian bisa mempengaruhi dunia di masa depan. Mengendalikan waktu bukan hanya tentang memanipulasi detik dan menit, tapi tentang mengetahui aliran besar yang sudah ada dan bagaimana kalian bisa mempengaruhi jalan yang ada di depan kalian."
Seraphis melanjutkan, "Untuk memulai, kalian akan memilih satu peristiwa dalam sejarah yang belum terungkap, sesuatu yang hilang dalam waktu. Tugas kalian adalah menulis ulang sejarah itu, berdasarkan apa yang kalian pelajari, dan menghubungkannya dengan aliran waktu yang ada."
Riven, yang biasanya cemas dengan pelajaran yang tidak langsung terkait dengan sihir, kali ini tampak tertarik. "Jadi, kami harus menulis sejarah yang hilang, seperti sejarah yang belum pernah tercatat sebelumnya?"
"Benar," jawab Seraphis. "Namun, hati-hati. Menulis sejarah bukanlah sekadar mencatat. Ini adalah tentang menemukan kebenaran yang tersembunyi, tentang melihat lebih dalam ke dalam aliran waktu. Jika kalian salah menulis, kalian bisa merusak jalannya sejarah itu, atau bahkan menyebabkan perubahan yang tidak dapat kalian perbaiki."
Dengan perintah itu, Kael dan teman-temannya dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas mereka. Mereka diberikan gulungan kosong dan mulai mencari peristiwa yang hilang dalam sejarah, sebuah peristiwa yang dapat mengungkap lebih banyak tentang bagaimana waktu berfungsi dan bagaimana dunia mereka terhubung dengan dimensi lain.
Kael, yang biasanya sangat terfokus pada hal-hal praktis, merasa cemas tentang tugas ini. "Sejarah… peristiwa yang hilang…" pikirnya. "Apa yang bisa kita temukan? Dan bagaimana kita bisa tahu apakah itu benar?"
Namun, saat ia mulai mencari informasi di perpustakaan besar Akademi Waktu, ia menemukan sesuatu yang menarik. Sebuah buku tua yang tampaknya tak terjamah oleh waktu, dengan sampul yang hampir hilang dimakan usia. Kael membuka buku itu, dan halaman-halaman di dalamnya tampak kosong, tetapi ada tanda-tanda yang samar, sebuah pola yang hampir tidak terlihat.
Ketika jari-jarinya menyentuh halaman itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Tiba-tiba, buku itu mulai memancarkan cahaya biru yang menyilaukan. Pola-pola itu mulai bergerak, menyusun diri menjadi kata-kata yang dapat dibaca. Kael membaca dengan cepat, dan apa yang ia temukan membuat hatinya berdebar. Buku itu berisi catatan tentang peristiwa yang terjadi jauh di masa lalu, sebuah peristiwa yang tidak tercatat dalam sejarah resmi dunia Aetheris, sebuah peristiwa yang tampaknya memiliki kaitan erat dengan Dunia Waktu itu sendiri.
Di dalam buku itu tertulis tentang sebuah pertemuan rahasia yang dilakukan oleh penjaga waktu terdahulu, pertemuan yang diadakan untuk mengamankan sebuah artefak waktu yang sangat kuat. Artefak ini, menurut catatan, mampu mengubah aliran waktu dengan cara yang tak terbayangkan. Kael merasa bahwa apa yang ia temukan ini mungkin adalah kunci untuk memahami lebih dalam tentang apa yang terjadi di Dunia Waktu, dan mengapa mereka semua dipilih untuk belajar di Akademi ini.
Sementara itu, di kelompok lain, Lianara dan Riven menemukan sesuatu yang tak kalah mengejutkan. Mereka menemukan catatan tentang peristiwa yang lebih mendalam, sebuah bencana yang terjadi di masa depan yang bisa merusak keseimbangan waktu. Mereka terkejut ketika menyadari bahwa peristiwa ini tampaknya berhubungan dengan para penjaga waktu yang ada sekarang, termasuk Seraphis. Ada sebuah ramalan yang tersembunyi dalam tulisan itu, ramalan yang mengatakan bahwa para penjaga waktu akan menghadapi ujian yang lebih besar, yang bisa mengancam seluruh aliran waktu itu sendiri.
"Apakah kita harus memberitahu Seraphis?" tanya Riven dengan suara rendah, wajahnya tampak cemas.
Lianara tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya menggelengkan kepala. "Kita tidak bisa memberi tahu mereka begitu saja. Kita harus memahami lebih dalam tentang apa yang kita temukan. Jika kita salah, kita bisa mengubah seluruh jalannya waktu."
Malam itu, ketika mereka kembali ke ruang pelatihan untuk melaporkan temuan mereka kepada Seraphis, ada ketegangan yang terasa lebih berat daripada sebelumnya. Mereka tahu bahwa apa yang mereka temukan bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan waktu, atau mungkin malah merusaknya.
Kael mengambil langkah pertama dan berbicara dengan hati-hati. "Kami menemukan sesuatu dalam buku kuno yang terabaikan. Ada sebuah peristiwa yang hilang, sebuah artefak waktu yang bisa mengubah aliran waktu. Tapi kami tidak tahu apakah itu hanya sebuah legenda atau sesuatu yang lebih berbahaya."
Seraphis memandang mereka dengan serius, tetapi tidak tampak terkejut. "Apa yang kalian temukan itu lebih penting daripada yang kalian kira. Itu adalah bagian dari sejarah yang memang telah terlupakan dengan sengaja. Artefak waktu itu, meskipun kuat, adalah sebuah ancaman besar. Tidak ada yang boleh menggunakannya, tidak ada yang boleh mencoba mengubah aliran waktu secara langsung. Bahkan para penjaga waktu tidak mampu menangani kekuatan itu."
Kael merasa beban yang lebih berat menimpa pundaknya. "Lalu, apa yang harus kami lakukan dengan pengetahuan ini? Apakah ini berarti kita harus menghentikan pencarian kami?"
Seraphis menggelengkan kepala. "Tidak. Pencarian kalian bukan untuk menghentikan sesuatu. Tetapi untuk menjaga keseimbangan, agar waktu tetap mengalir sebagaimana mestinya. Jika kalian benar-benar ingin memahami waktu, kalian harus tahu bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi. Ini bukan hanya tentang mengubah masa depan atau masa lalu, tetapi tentang memahami betapa rapuhnya aliran waktu itu sendiri."
Dengan itu, mereka semua tahu bahwa ujian mereka belum berakhir. Mereka hanya berada di awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan rahasia waktu yang tak terungkap selama ini.
Setelah malam itu, Kael dan teman-temannya merasa dunia mereka semakin rumit. Apa yang mereka pelajari tentang sejarah dan aliran waktu bukan hanya teori kosong. Setiap keputusan mereka kini berpotensi mengubah jalannya peristiwa, baik yang telah terjadi maupun yang akan datang. Mereka tahu bahwa mereka tidak hanya terjebak dalam pelajaran yang diberikan oleh para pengajar, tetapi juga dalam perang besar yang melibatkan waktu itu sendiri.
Pagi hari di Akademi Waktu terasa berbeda setelah percakapan mereka dengan Seraphis. Kael dan teman-temannya merasa seolah berada di ambang sebuah pengungkapan besar. Mereka tahu bahwa peristiwa yang tersembunyi dalam sejarah tidak hanya berkaitan dengan mereka sebagai murid, tetapi juga dengan nasib dunia Aetheris dan Dunia Waktu. Misi mereka kini bukan hanya untuk memahami aliran waktu, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan waktu yang begitu rapuh.
Hari itu, mereka diminta untuk berkumpul di aula utama, tempat yang digunakan untuk pertemuan besar Akademi. Seraphis berdiri di depan mereka, tatapannya penuh dengan penilaian yang lebih mendalam daripada sebelumnya. Di belakangnya, para penjaga waktu, Rael, Zara, Tira, Maeris, dan Alderan, terlihat siap untuk memberikan pengajaran lebih lanjut.
"Teman-teman," kata Seraphis dengan suara yang tegas. "Hari ini adalah titik balik dalam perjalanan kalian di Akademi Waktu. Kalian telah melihat bagaimana sejarah dan waktu saling berkaitan, dan kini kalian akan menghadapi ujian terbesar dalam hidup kalian sebagai penjaga waktu."
Lianara menatap Seraphis dengan tatapan penuh pertanyaan. "Ujian terbesar? Apa yang dimaksud dengan itu?"
Seraphis mengangguk perlahan, memberikan tanda agar Rael maju ke depan. Penjaga waktu tertua itu, dengan wajah yang tegas dan sikap yang sangat berwibawa, mulai berbicara.
"Ujian ini akan menguji keberanian dan kebijaksanaan kalian. Kalian akan diuji dengan sebuah keputusan yang tidak hanya akan mempengaruhi diri kalian, tetapi juga dunia yang kalian kenal. Kalian harus memilih jalur yang tepat, jalur yang akan menentukan apakah kalian dapat mempertahankan keseimbangan waktu atau malah merusaknya."
Zara, yang selalu tampak tenang, mengangkat tangannya. "Kami telah mengamati kalian semua. Sejauh ini, kalian telah menunjukkan potensi besar dalam memahami waktu. Namun, kekuatan sejati tidak hanya datang dari pengetahuan, tetapi dari kemampuan untuk bertindak ketika dunia terancam hancur. Hari ini, kalian akan menghadapi ujian yang akan membawa kalian ke dalam inti dari kekuatan waktu itu sendiri."
Seraphis melanjutkan dengan lebih serius. "Kami akan mengirim kalian ke sebuah dimensi kecil, sebuah dunia yang hampir terlupakan. Di sana, kalian akan menemukan keputusan yang harus dibuat. Keputusan itu akan menguji apa yang kalian pelajari tentang aliran waktu. Kalian akan dihadapkan pada dua pilihan. Salah satu dari pilihan itu akan mengubah sejarah, sementara yang lainnya akan menjaga keseimbangan dunia. Pilihan kalian akan menentukan masa depan."
Aula yang luas itu kemudian dipenuhi dengan cahaya biru yang terang, dan seiring dengan itu, Kael dan teman-temannya merasakan tubuh mereka terangkat. Dunia seakan melengkung di sekitar mereka, dan sebelum mereka sadar, mereka tiba di sebuah tempat yang sangat asing.
Di hadapan mereka terbentang sebuah dunia yang tidak seperti apa yang mereka kenal. Langitnya berwarna perak kelabu, dipenuhi dengan kabut yang samar dan lembut. Tanahnya seperti terbuat dari kristal hitam yang berkilauan, dan ada banyak piramida kecil yang tersebar di seluruh dunia ini, seakan-akan dunia itu adalah sebuah dunia yang terancam dilupakan oleh waktu.
Di tengah dunia itu, ada sebuah gerbang besar yang terlihat seperti sebuah portal, tetapi bukan portal biasa. Itu terlihat seperti sebuah gerbang waktu, berkilauan dengan kekuatan yang tidak bisa mereka pahami sepenuhnya.
"Ini adalah dunia yang hampir terlupakan dalam waktu," kata Maeris, yang tiba-tiba muncul di samping mereka. "Di sini, kalian akan menemukan pilihan yang harus kalian buat. Tapi ingat, meskipun dunia ini tampak sunyi, ada kekuatan yang tersembunyi di dalamnya. Jika kalian memilih dengan salah, kalian mungkin tidak hanya merusak dunia ini, tetapi seluruh jalannya waktu."
Kael menatap gerbang itu dengan serius, dan untuk pertama kalinya, dia merasa betapa rapuhnya keberadaan waktu. Di depannya, ia merasa seperti ia dapat mempengaruhi takdir, tetapi juga takut akan konsekuensinya. "Apa yang harus kami lakukan?" tanyanya, suara rendah.
Rael, yang tidak berkata banyak sebelumnya, berbicara dengan tegas. "Jangan hanya melihat apa yang tampak. Di sini, kalian akan diuji oleh pilihan. Waktu bukan hanya tentang apa yang terlihat jelas. Kalian harus bisa membaca antara garis waktu dan memahami implikasi dari setiap langkah yang kalian ambil."
Zara menyentuh bahu Kael dan menambahkan, "Ingatlah bahwa apapun yang terjadi, keputusan kalian akan membentuk dunia yang akan datang."
Dengan kata-kata itu, mereka dipersilakan untuk mendekati gerbang. Saat mereka melangkah lebih dekat, kabut semakin tebal, dan mereka merasakan udara di sekitar mereka menjadi lebih berat. Waktu di sekitar gerbang itu tampak melambat, seolah-olah mereka sedang berada di luar jangkauan waktu yang biasa.
Akhirnya, Kael dan teman-temannya tiba di depan gerbang, dan di sana, mereka melihat dua jalur yang terbuka. Jalur pertama mengarah pada sebuah kota yang terlihat damai dan sejahtera, tetapi ada sesuatu yang aneh, seolah ada ketenangan yang terlalu sempurna, sesuatu yang terasa salah. Jalur kedua mengarah pada sebuah tempat yang gelap, penuh dengan bayangan, tetapi di dalamnya Kael merasakan getaran kuat, sebuah kekuatan yang tampaknya lebih sesuai dengan kekuatan waktu yang mereka pelajari.
Lianara mengernyit. "Kami harus memilih, tapi apa yang akan terjadi jika kami salah memilih?"
Riven juga tampak ragu, tetapi kata-kata Seraphis terngiang dalam benaknya. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Namun, kalian harus memilih berdasarkan apa yang kalian rasa, bukan hanya apa yang kalian lihat."
Kael menatap kedua jalur itu dengan serius, tahu bahwa tak ada jalan mundur. "Kita harus memilih dengan hati-hati," katanya akhirnya. "Apa yang bisa menyelamatkan waktu, bukan hanya dunia kita."
Dengan tekad baru, mereka melangkah maju, menuju jalur yang penuh bayangan, tempat di mana misteri yang lebih besar menunggu. Mereka tahu bahwa apapun yang terjadi, pilihan mereka akan menulis sejarah yang belum pernah tercatat sebelumnya.
Saat mereka melangkah ke jalur yang lebih gelap, mereka tahu bahwa mereka bukan hanya sekadar murid Akademi Waktu. Mereka adalah penjaga waktu yang tak hanya mengerti bagaimana waktu mengalir, tetapi juga memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang sangat besar.
Dan meskipun mereka tak tahu apa yang akan mereka hadapi di depan, satu hal yang pasti, waktu, dalam segala misterinya, akan membawa mereka ke dalam ujian yang tak terduga.