Sementara di tengah hutan Silvershade, Akademi Waktu yang baru saja dibuka dengan hanya satu murid, Varic, mulai menjalani hari-hari pertamanya, di kota besar Valdoria, sebuah pergerakan baru mulai berkembang. Meskipun Akademi Waktu tersembunyi dari mata dunia, keberadaan dan kekuatan yang terkait dengan akademi itu tidak sepenuhnya bisa disembunyikan. Di kota yang sibuk dengan teknologi dan ilmu pengetahuan, sebuah kelompok remaja mulai membentuk klub rahasia yang bertujuan untuk menemukan jejak Akademi Waktu dan membuktikan bahwa tempat itu masih ada.
Klub ini terbentuk di Sekolah Menengah Atas Valdoria, yang dikenal sebagai sekolah terkemuka di kota. Para anggotanya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki ketertarikan kuat pada sejarah dan fenomena luar biasa yang tidak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Klub ini dipimpin oleh seorang siswa yang dikenal memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, Kael, seorang pemuda berusia 17 tahun yang selalu mengejar jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar tentang dunia.
Kael adalah sosok yang sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan, tetapi ada satu hal yang lebih menarik perhatiannya daripada apapun: Akademi Waktu. Sejak pertama kali mendengar cerita tentang akademi itu yang diajarkan oleh Professor Lysandra di kelas sejarah, dia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang perlu diungkap. Dalam dirinya, sebuah keinginan mendalam untuk membuktikan bahwa Akademi Waktu tidak hilang, melainkan hanya tersembunyi, terus menyala.
"Kita harus menemukan Akademi Waktu," kata Kael, saat klub yang baru dibentuk itu berkumpul di ruang klub yang kecil dan sederhana. "Kita tahu bahwa akademi itu pernah ada, dan aku yakin masih ada jejak yang bisa kita temukan. Itu bukan sekadar cerita legenda. Ada sesuatu yang nyata di luar sana."
Salah satu anggota klub, Lianara, seorang gadis berusia 16 tahun yang juga sangat tertarik dengan fenomena temporal, mengangguk setuju. "Aku pernah membaca tentang Aric. Dulu, dia adalah pelayan Akademi Waktu. Apakah mungkin darahnya mengalir di tubuh seseorang yang kini masih hidup?" tanyanya, matanya berbinar dengan rasa ingin tahu.
"Pasti ada yang tersisa," jawab Kael dengan penuh keyakinan. "Kita hanya perlu mencarinya. Mungkin Varic, atau siapa pun yang terhubung dengan Akademi Waktu, bisa menjadi kunci untuk membuka segalanya."
"Tapi kita perlu lebih dari sekadar spekulasi," kata Riven, anggota lain dari klub yang lebih skeptis. "Kita harus punya bukti konkret. Jika kita bisa menemukan dokumen atau artefak yang hilang dari Akademi, itu akan menjadi langkah pertama."
Klub ini dikenal sebagai Klub Peneliti Temporal, dan meskipun mereka masih sangat muda, tekad mereka sangat kuat. Mereka mulai mengumpulkan informasi, mencari petunjuk yang bisa mengarahkan mereka menuju lokasi Akademi Waktu. Salah satu cara mereka melakukannya adalah dengan menyelidiki catatan sejarah yang tersembunyi, serta mengunjungi tempat-tempat yang memiliki kaitan dengan masa lalu Akademi Waktu.
Pada minggu-minggu berikutnya, klub ini mulai memetakan jejak-jejak yang mereka yakini bisa mengarah pada lokasi tersembunyi Akademi Waktu. Mereka menyelidiki rumor yang beredar di kalangan para ilmuwan dan arkeolog yang pernah mengungkapkan bahwa Akademi Waktu bukan sekadar mitos. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang mereka peroleh, mereka semakin yakin bahwa Akademi itu masih ada, namun dalam bentuk yang sangat berbeda, tersembunyi di suatu tempat yang tidak mudah dijangkau.
Beberapa minggu setelah terbentuknya klub, Kael memimpin timnya untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kuno yang terletak di luar kota Valdoria. Di tempat itu, terdapat koleksi buku-buku langka yang tidak ditemukan di perpustakaan umum. Banyak dari koleksi itu bahkan belum dipelajari oleh banyak orang, karena keberadaannya yang terlupakan dan tertutup rapat oleh para ahli sejarah yang menjaga kerahasiaan informasi tersebut.
"Buku ini sudah ada selama ratusan tahun," kata Kael, saat ia membuka sebuah buku tebal yang tampaknya sangat usang, penuh debu, dan tidak pernah disentuh oleh siapa pun dalam waktu lama. "Ini tentang sejarah dunia Aetheris. Kita bisa menemukan petunjuk tentang Akademi Waktu di dalamnya."
Lianara, yang selalu menunjukkan ketertarikannya pada ilmu waktu, mengamati halaman demi halaman dengan seksama. "Lihat ini," katanya sambil menunjukkan sebuah gambar peta kuno yang terlukis di salah satu halaman. Peta itu menggambarkan hutan Silvershade, tempat yang sangat dekat dengan lokasi Akademi Waktu yang mereka duga.
"Ini peta yang bisa mengarah ke tempat yang kita cari," kata Lianara, suaranya bergetar penuh semangat.
"Pasti ada petunjuk di sana," jawab Kael, meskipun ada sedikit keraguan dalam dirinya. "Kita harus pergi ke sana dan mencari lebih banyak bukti."
Setelah menemukan peta tersebut, klub mulai merencanakan perjalanan mereka ke hutan Silvershade, dengan harapan bisa menemukan jejak terakhir Akademi Waktu. Mereka tahu bahwa perjalanan itu berbahaya dan penuh risiko. Namun, tekad mereka untuk menemukan keberadaan akademi yang tersembunyi lebih kuat dari rasa takut apa pun yang mungkin mereka hadapi.
Sebelum keberangkatan mereka, Kael dan anggota klub lainnya bertemu untuk merencanakan perjalanan itu dengan hati-hati. Mereka membawa peralatan yang dibutuhkan, termasuk kompas, peta, dan perlengkapan untuk bertahan hidup di hutan yang terkenal dengan keindahan namun berbahaya.
"Kita harus hati-hati," kata Kael, memimpin rapat klub sebelum berangkat. "Jika Akademi Waktu benar-benar ada di sana, kita harus siap menghadapi segala kemungkinan."
"Dan kita harus tetap bersama-sama," tambah Lianara, dengan mata yang berbinar. "Karena perjalanan ini mungkin lebih dari sekadar mencari akademi. Mungkin kita akan menemukan lebih banyak dari yang kita duga."
Dengan persiapan matang, Klub Peneliti Temporal siap memulai perjalanan mereka menuju hutan Silvershade. Di sisi lain, jauh di dalam hutan, di Akademi Waktu yang tersembunyi, Varic tengah memulai latihan pertama yang mendalam. Tak lama lagi, dunia mereka, baik yang tersembunyi maupun yang terang benderang, akan saling berhubungan.
Satu dunia tengah terbangun kembali, sementara dunia lain sedang mencari. Keberadaan Akademi Waktu yang tersembunyi semakin mendekati titik kulminasi, di mana semua jalan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, akan berujung pada kebenaran yang belum terungkap.
Hari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Kael dan anggota Klub Peneliti Temporal siap untuk memulai perjalanan mereka yang sangat penting menuju Hutan Silvershade, tempat yang mereka yakini menyimpan jejak Akademi Waktu yang terlupakan. Namun, meskipun mereka begitu antusias, ada satu masalah besar yang mereka hadapi, mereka masih muda dan belum memiliki cukup pengalaman untuk menjelajahi hutan yang penuh dengan bahaya.
Mereka membutuhkan seseorang yang lebih berpengalaman untuk mendampingi mereka dalam perjalanan itu. Setelah berdiskusi, akhirnya mereka memutuskan untuk meminta bantuan dari Professor Lysandra, guru sejarah mereka yang sangat mendalam pengetahuannya tentang sejarah dunia Aetheris. Lysandra telah lama mendalami misteri Akademi Waktu dan dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan berwawasan luas, meskipun sedikit misterius.
Pada pagi hari yang cerah, Kael dan teman-temannya bertemu di depan sekolah untuk bersiap-siap. Mereka sudah membawa perlengkapan perjalanan, peta kuno, kompas, alat untuk bertahan hidup, serta berbagai perbekalan yang diperlukan.
"Kita harus segera berangkat," kata Kael dengan semangat yang tak terbendung, sambil memeriksa peralatan mereka sekali lagi.
Namun, beberapa menit kemudian, Professor Lysandra tiba dengan wajah yang serius namun tetap tenang. Keberadaannya membawa rasa lega, karena mereka tahu dengan bantuan Lysandra, mereka akan lebih siap menghadapi bahaya yang mungkin ada di dalam hutan.
"Kalian benar-benar berniat untuk pergi ke sana?" tanya Lysandra, menatap Kael dan anggota klub lainnya dengan mata yang penuh perhatian. "Hutan Silvershade bukan tempat yang bisa dipenuhi hanya dengan semangat. Ada hal-hal di sana yang lebih dari sekadar tantangan fisik. Tapi, karena kalian telah membuat keputusan, saya akan menemani kalian."
Lysandra mengenakan jubah panjang berwarna gelap dan membawa tongkat kayu yang tampak cukup tua, sebuah simbol dari kebijaksanaannya dan pengetahuan yang telah dimiliki selama bertahun-tahun. Dia memandang Kael dan yang lainnya dengan rasa bangga, tetapi juga kekhawatiran.
"Kalian mungkin tidak tahu," lanjut Lysandra, "tetapi hutan ini sudah lama menjadi tempat yang terlupakan oleh banyak orang. Tidak semua orang yang mencari Akademi Waktu kembali dengan selamat."
Meskipun sedikit ragu, Kael dan anggota klub lainnya merasa lebih tenang. Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi mereka juga tahu bahwa tanpa bantuan Lysandra, mereka mungkin tidak akan mampu menghadapinya.
"Kami siap," kata Kael, mengangguk dengan percaya diri. "Kami harus menemukan Akademi Waktu, Profesor. Ini bukan hanya untuk kami, tapi untuk seluruh dunia."
"Baiklah," jawab Lysandra, sambil menarik napas panjang. "Kita berangkat sekarang."
Perjalanan mereka menuju Hutan Silvershade dimulai dengan penuh semangat. Namun, begitu mereka memasuki kawasan hutan, suasana berubah. Pagi yang cerah mendadak terasa lebih suram, seolah ada sesuatu yang menekan di udara. Pohon-pohon tinggi dengan ranting yang menghalangi cahaya matahari menciptakan bayangan panjang di tanah. Suara angin yang berhembus melalui dedaunan membuat hutan ini terdengar seperti bisikan dari masa lalu, sebuah tempat yang penuh dengan rahasia dan ancaman yang belum terungkap.
"Perhatikan langkah kalian," kata Lysandra, dengan suara yang lebih serius sekarang. "Hutan ini bukan sekadar hutan biasa. Di sini, waktu bisa terasa sangat berbeda. Beberapa tempat mungkin menyimpan distorsi temporal, jadi jangan terkejut jika kalian merasa seperti berjalan dalam lingkaran."
Kael dan anggota klub lainnya mengangguk dan berjalan lebih hati-hati, mengikuti langkah Lysandra yang tampak sangat familiar dengan jalan setapak yang berkelok-kelok dan sulit ditembus itu. Di sepanjang perjalanan, mereka melihat berbagai jenis tanaman dan pohon yang tidak mereka kenal. Beberapa tanaman tampak seperti sisa-sisa dari masa lalu, seakan tumbuh tanpa peduli dengan waktu yang berlalu.
Saat mereka semakin dalam memasuki hutan, suasana semakin terasa lebih menekan. Tiba-tiba, mereka mendengar suara keras dari belakang, seperti ranting patah. Mereka berhenti sejenak dan memandang sekeliling, namun tidak ada yang terlihat. Hanya ada keheningan yang aneh setelah suara itu, seolah-olah dunia di sekitar mereka menguap menjadi sunyi.
"Ini tidak berbahaya," kata Lysandra, mengerutkan kening. "Namun hati-hati, kalian mungkin akan merasa terjebak dalam permainan waktu. Jangan biarkan rasa takut menguasai kalian."
Kael merasakan ketegangan itu, tapi ia tetap memutuskan untuk maju. Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di sebuah punggung bukit yang tinggi. Dari tempat itu, mereka bisa melihat ke bawah, di mana sebuah struktur yang tersembunyi di antara pepohonan besar muncul di kejauhan.
"Itu… itu dia!" seru Lianara, dengan suara bergetar penuh antusiasme.
Struktur yang mereka lihat itu adalah ruin sebuah bangunan tua yang sepertinya telah lama terlupakan, terbungkus oleh semak belukar dan pohon-pohon yang tumbuh tinggi. Bangunan itu tampak seperti sebuah gubuk kayu tua yang terlindung rapat oleh alam, namun sangat jelas bahwa itu bukanlah struktur biasa. Bentuknya yang berbeda dan bentuk arsitekturnya yang tidak lazim mengisyaratkan bahwa itu adalah Akademi Waktu yang mereka cari-cari.
"Itu tidak bisa menjadi kebetulan," kata Kael, berbisik. "Itu pasti tempat yang kita cari."
Namun, Lysandra terlihat lebih hati-hati. "Kita harus berhati-hati," katanya dengan suara yang tegas. "Apa yang kalian lihat mungkin hanya bagian permukaan dari apa yang tersembunyi di bawahnya."
Mereka melangkah lebih dekat, dan saat mereka semakin dekat ke struktur itu, mereka merasakan udara yang semakin dingin dan padat. Sesuatu di dalam diri mereka mengatakan bahwa mereka sedang berada di ambang penemuan besar, tapi juga di ambang bahaya yang tak terduga. Ketika mereka memasuki area sekitar bangunan itu, mereka melihat sebuah pintu kayu tua yang tertutup rapat, dengan ukiran-ukiran aneh di sekelilingnya.
"Ini bukan sekadar pintu biasa," kata Lysandra, mendekati pintu tersebut dengan hati-hati. "Ada penjaga waktu yang melindunginya. Kita harus berhati-hati."
Saat Kael melangkah lebih dekat, tiba-tiba sebuah suara terdengar di udara, seolah-olah suara zaman yang terlupakan berbicara dari dalam bangunan itu.
"Siapa yang mencari… kebenaran yang terkubur?" suara itu bergema dalam benak mereka, menuntun mereka untuk bertanya, apakah mereka benar-benar siap untuk menghadapi apa yang ada di balik pintu itu?
Pertanyaan itu menggantung, seolah menggoda mereka untuk melangkah lebih jauh, menuju waktu yang terlupakan, dan mungkin juga, keberadaan Akademi Waktu yang selama ini mereka cari.
Kael dan anggota Klub Peneliti Temporal berdiri tegak, terpesona oleh suara yang terdengar begitu jelas namun tidak ada sumber yang bisa mereka lihat. Pintu kayu tua di hadapan mereka tampak lebih dari sekadar penghalang fisik. Sebuah aura mistis terasa di sekelilingnya, seolah tempat itu sendiri memiliki kekuatan yang lebih dari sekadar batasan dunia nyata.
"Siapa yang mencari... kebenaran yang terkubur?" suara itu bergema lagi, kali ini lebih dalam dan seakan datang dari setiap sudut hutan. Hembusan angin yang semula tenang kini berubah menjadi sebuah putaran halus, membawa bau tanah dan daun basah. Udara di sekitar mereka terasa lebih berat, lebih pekat, seolah waktu itu sendiri tertahan di dalam hutan ini.
Kael menatap pintu dengan mata yang berkilat, semangat yang membara di dalam dadanya. Namun, saat matanya bertemu dengan Lysandra, wajah profesor itu yang biasanya tenang kini tampak ragu.
"Kita telah sampai di sini," katanya pelan, matanya tertuju pada ukiran-ukiran di sekitar pintu. "Tapi ini bukan tempat yang bisa dimasuki sembarangan. Kita harus memahami apa yang kita hadapi."
Lianara, yang tampak sangat antusias, melangkah maju, mendekat ke pintu tersebut. "Profesor, apakah ini berarti kita telah menemukan Akademi Waktu?" tanyanya, hampir tak sabar.
Lysandra menggelengkan kepala perlahan, memperhatikan ukiran-ukiran di sekitar pintu yang tampaknya bergerak sedikit, mengikuti gerakan mereka. "Bukan begitu, Lianara. Pintu ini... adalah simbol dari waktu itu sendiri. Mungkin ini adalah penghalang yang melindungi bukan hanya tempat, tetapi juga sesuatu yang lebih besar."
Kael menahan napas. Suara itu, meski misterius, memberi mereka harapan besar. "Jika ini adalah penghalang, maka kita harus memecahkannya. Kita sudah sampai sejauh ini, kita tidak bisa mundur."
Tanpa menunggu lebih lama, Kael melangkah maju dan mendekati pintu, meraih gagang pintu yang terbuat dari kayu tua yang sudah lapuk. Ketika tangannya menyentuhnya, sebuah getaran halus menyebar ke seluruh tubuhnya, dan seolah ada energi tak terlihat yang mengalir dari gagang pintu itu ke dalam dirinya.
"Berhenti, Kael!" seru Lysandra, tapi sudah terlambat.
Pintu kayu itu tiba-tiba terbuka sendiri dengan suara berderit yang mengerikan, seakan tidak sabar untuk mengungkapkan rahasia yang tersembunyi di baliknya. Di balik pintu, sebuah ruang yang gelap dan misterius menanti mereka. Namun, di dalam kegelapan itu, Kael bisa merasakan adanya kehadiran, sebuah kekuatan yang lebih besar dari apa yang mereka bayangkan.
Kael menoleh ke teman-temannya, wajahnya penuh tekad. "Ini dia. Kita harus masuk," katanya, meskipun suaranya agak gemetar karena ketegangan yang begitu besar.
"Kita tidak tahu apa yang ada di dalam sana," kata Lysandra, suara tegasnya lebih terasa seperti peringatan daripada larangan. "Kita mungkin akan bertemu sesuatu yang lebih dari sekadar Akademi Waktu. Waktu itu bisa sangat berbahaya jika tidak kita pahami."
Namun, kata-kata Lysandra seolah-olah tidak mampu menghentikan tekad Kael. "Kami sudah sampai sejauh ini," jawab Kael dengan suara yang lebih pasti. "Kita harus mencari tahu apa yang tersembunyi di baliknya. Ini adalah kesempatan kita."
Dengan hati-hati, Kael melangkah masuk, diikuti oleh Lianara dan Riven. Lysandra menghela napas, melangkah setelah mereka, meskipun masih tampak ragu. Begitu mereka melangkah melewati pintu, suasana di dalam langsung berubah. Ruangan besar yang gelap itu dipenuhi dengan lampu-lampu temaram yang berkedip-kedip, memberikan cahaya yang sangat redup, hampir seperti bayangan masa lalu yang melayang.
Di tengah ruangan, sebuah meja besar berdiri kokoh, dikelilingi oleh tumpukan buku dan artefak-artefak kuno yang tampaknya sangat tua. Namun, yang paling mencolok adalah sebuah orbital jam besar yang tergantung di dinding tengah ruangan, berputar dengan sangat lambat, seolah-olah memantulkan gelombang waktu itu sendiri.
Kael melangkah lebih jauh, meraih salah satu buku dari tumpukan. Saat membuka halaman pertama, tulisan yang ada di sana mulai berkilauan dengan warna-warna yang tidak bisa dijelaskan. "Ini... ini bukan hanya buku biasa!" serunya dengan takjub.
"Hati-hati, Kael," kata Lysandra, yang kini memandang dengan lebih cermat. "Buku itu mungkin berisi petunjuk, tetapi juga peringatan."
Namun, Kael tidak mendengarkan. Penasaran, dia mulai membaca lebih jauh. "Buku ini... berbicara tentang akumulasi waktu dan energi temporal. Ini bisa jadi adalah inti dari Akademi Waktu!"
Lianara mendekat, matanya penuh kegembiraan. "Jika ini benar, maka kita mungkin bisa memahami bagaimana waktu itu berfungsi, dan bagaimana kita bisa mengendalikannya!"
Tiba-tiba, suara yang sama yang mereka dengar dari luar kembali terdengar, namun kali ini jauh lebih kuat dan lebih mendalam. "Siapa yang layak... mengungkap rahasia waktu?" suara itu bergema dengan cara yang membuat seluruh ruangan bergetar.
Kael dan yang lainnya terdiam sejenak, merasakan ketegangan yang semakin memuncak. Mereka tahu bahwa mereka telah memasuki ruang yang sangat berbahaya, di mana setiap langkah bisa membawa mereka lebih dekat pada kebenaran, tetapi juga lebih dekat pada kerusakan yang tak terbayangkan.
"Kita harus siap," kata Lysandra dengan suara yang serius. "Ini bukan sekadar pencarian pengetahuan. Ini adalah ujian yang sangat berat. Waktu itu sendiri, dan kekuatan yang ada di sini, bisa menjadi sangat berbahaya jika tidak dimengerti dengan benar."
Dengan perlahan, mereka semua melangkah lebih dalam, dan saat mereka melewati meja itu, sebuah pintu tersembunyi terbuka, menuntun mereka menuju ruang yang lebih dalam lagi. Mereka tahu, tanpa ragu, bahwa keputusan mereka untuk mencari Akademi Waktu akan mengarah pada penemuan yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Tapi mereka juga menyadari bahwa sekali mereka melangkah lebih jauh, tidak ada jalan kembali.
Di dalam kegelapan itu, misteri waktu dan sejarah yang terlupakan mulai terungkap, dan semuanya akan berujung pada keberanian mereka untuk menghadapi kebenaran yang telah lama terkubur.
Kael dan teman-temannya melangkah lebih hati-hati ketika mereka melihat seorang pria muda yang muncul dari dalam ruangan Akademi Waktu. Sosok itu mengenakan jubah yang sudah usang, namun masih memancarkan aura yang kuat, seolah penuh dengan pengetahuan yang mendalam. Wajahnya tampak tegas, meskipun ada kecemasan yang samar di matanya. Kael bisa merasakan bahwa ini bukanlah orang biasa.
"Siapa kalian?" tanya pria itu dengan suara tenang, namun penuh kewaspadaan.
Kael yang sedikit terkejut, segera menjawab. "Kami... kami mencari Akademi Waktu. Kami ingin tahu lebih banyak tentang tempat ini."
Pria itu mengamati mereka sebentar, seolah menilai apakah mereka benar-benar siap untuk mengetahui lebih banyak. Setelah beberapa detik yang terasa lama, dia mengangguk pelan dan membuka sedikit jubahnya. "Nama saya Varic," katanya, suaranya lebih lembut namun penuh ketegasan. "Dan aku adalah murid pertama yang berasal dari dunia kalian, dunia Aetheris."
Kael dan anggota klub lainnya terdiam, kebingungan. Mereka saling berpandangan, mencoba mencerna kata-kata Varic. "Dunia Aetheris?" tanya Kael. "Tapi, bukankah dunia ini adalah tempat kita berasal?"
Varic tersenyum samar, memahami kebingungan mereka. "Dunia Aetheris adalah dunia tempat kalian berasal, ya, namun Akademi Waktu dibangun di dunia yang berbeda, dunia Waktu. Di dunia ini, waktu bukanlah sesuatu yang linear. Dan di sini, aku adalah murid pertama yang dilatih untuk memahami waktu itu sendiri."
Lianara mengerutkan kening. "Jadi, dunia ini bukan dunia yang kita kenal? Dan Akademi Waktu, itu dibangun di dunia yang berbeda?"
Varic mengangguk. "Benar. Akademi Waktu pertama kali dibentuk di dunia Waktu untuk mengajarkan pengendalian dimensi dan waktu. Itu adalah tempat untuk melatih orang-orang yang akan menjaga keseimbangan antar dunia, seperti dunia kalian, dunia Aetheris. Aku adalah orang pertama yang datang ke sini, namun... aku belum menjadi penjaga waktu."
Kael terkejut. "Kamu belum menjadi penjaga waktu?"
Varic menggelengkan kepala. "Belum. Aku masih dalam proses pembelajaran. Seperti kalian, aku juga berada di bawah bimbingan para pengajar Akademi Waktu, Alian dan Araneth. Mereka adalah penjaga waktu sejati yang melatih aku untuk memahami seluruh aspek dari waktu, kekuatan yang lebih besar dari yang kalian bayangkan."
"Jadi, kamu... sedang dilatih untuk menjadi penjaga waktu?" tanya Lianara, merasa lebih bingung lagi. "Dan kami... kami tidak hanya mencari Akademi Waktu, kami juga mencari pengetahuan tentang waktu itu sendiri?"
Varic mengangguk dengan tenang. "Itulah tujuan Akademi Waktu, untuk mengajarkan pengendalian waktu, tapi juga untuk melindungi keseimbangan yang ada antara dunia-dunia yang terhubung. Setiap langkah yang kalian ambil di sini akan membawa kalian lebih dekat pada pemahaman itu."
Riven, yang diam sejak tadi, akhirnya berbicara. "Tapi kenapa tempat ini disembunyikan begitu lama? Kenapa ada begitu banyak rahasia yang mengelilinginya?"
Varic menatap mereka dengan serius, seolah mengingat sesuatu yang jauh lebih besar. "Akademi Waktu dibangun di dunia Waktu dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan antara dimensi, dan menjaga agar kekuatan besar yang bisa mengubah waktu dan ruang tidak jatuh ke tangan yang salah. Waktu bukanlah kekuatan yang bisa dibiarkan begitu saja. Jika jatuh ke tangan yang salah, dunia kalian dan dunia Aetheris bisa hancur."
Kael merasakan ketegangan yang mulai menekan dirinya. "Apa yang bisa kami lakukan? Kami hanya... ingin memahami tempat ini, dan mengungkap rahasia yang tersembunyi."
Varic mengamati mereka dengan mata yang penuh perhatian. "Pemahaman tentang waktu adalah beban yang berat. Tidak ada yang bisa mengendalikan waktu tanpa konsekuensinya. Tetapi jika kalian benar-benar ingin melangkah lebih jauh, kalian harus siap untuk menghadapi konsekuensi itu. Keseimbangan yang kalian cari bukan hanya tentang pengetahuan. Ini tentang pengorbanan."
Lianara tampak semakin terpikat dengan kata-kata Varic, namun juga cemas. "Apa yang sebenarnya kita cari di sini?"
Varic menatap Akademi Waktu yang berada di hadapan mereka dengan pandangan yang jauh. "Kalian mencari lebih dari sekadar pengetahuan. Kalian mencari pengertian yang lebih dalam tentang dunia dan waktu. Tetapi lebih dari itu, kalian mencari jawaban tentang nasib kalian sendiri, dan tempat kalian dalam aliran waktu."
Kael yang masih merasa bingung, namun semakin yakin dengan tekadnya, bertanya, "Kapan kita akan mulai belajar? Bagaimana kita bisa memahami semua ini?"
Varic melangkah mundur sedikit, membuka pintu besar Akademi Waktu. "Mari masuk. Alian dan Araneth akan menjelaskan lebih banyak. Mereka adalah pengajar utama di sini. Aku masih berada di bawah bimbingan mereka untuk menguasai pengendalian waktu yang sejati. Dan kalian, kalian mungkin adalah orang-orang yang bisa membawa perubahan besar, baik untuk dunia kalian maupun dunia ini."
Dengan penuh tekad, Kael dan anggota klub lainnya melangkah masuk ke dalam Akademi Waktu, dipandu oleh Varic. Begitu mereka melangkah lebih jauh, rasa cemas mereka mulai berganti dengan rasa ingin tahu yang semakin mendalam. Setiap sudut dari Akademi ini terasa seperti rahasia yang belum terungkap. Waktu itu sendiri seakan mengelilingi mereka, menanti untuk diungkap.
Namun, mereka tahu, perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan jawaban. Ini adalah perjalanan untuk memahami bahwa waktu itu sendiri adalah kekuatan yang bisa mengubah segala sesuatu, termasuk nasib mereka.
Akademi Waktu, yang tersembunyi di dunia yang jauh berbeda, siap mengajarkan mereka bahwa pemahaman tentang waktu bukanlah sebuah hadiah tanpa risiko. Dan dunia mereka, dunia Aetheris, akan berubah selamanya setelah mereka menemukan kebenaran yang ada di baliknya.
Varic memimpin Kael dan anggota Klub Peneliti Temporal lebih dalam ke dalam Akademi Waktu. Makin jauh mereka berjalan, makin terasa atmosfer aneh yang mengelilingi tempat ini, seperti ada energi yang berdenyut dalam setiap sudut ruangan, mengalir di dinding, menggerakkan udara. Semuanya tampak begitu berbeda, seperti waktu itu sendiri sedang bergerak dengan cara yang tak mereka mengerti.
Mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan besar yang lebih terang, dengan lampu-lampu besar yang menggantung di langit-langit tinggi, memberikan cahaya yang cemerlang namun sejuk. Di tengah ruangan, sebuah meja panjang terbuat dari batu hitam menghadap mereka, dikelilingi oleh dua sosok yang tampaknya sudah menunggu kedatangan mereka.
Kedua sosok itu adalah pria dan wanita, masing-masing mengenakan jubah panjang berwarna gelap yang tampaknya terbuat dari bahan yang tidak biasa, seperti kain yang bisa menyerap cahaya. Wajah mereka tampak penuh kebijaksanaan, namun ada juga kesan tegas dan penuh kewaspadaan dalam mata mereka.
"Selamat datang," kata pria itu dengan suara berat dan dalam, suaranya penuh kekuatan, namun ada kelembutan yang samar dalam intonasinya. "Kami sudah menunggu kalian."
Kael dan teman-temannya berhenti sejenak, bingung dengan cara mereka menyapa. Varic, yang tampaknya tidak terkejut dengan kehadiran mereka, memberikan anggukan penuh penghormatan. "Ini adalah Alian dan Araneth," kata Varic, suaranya sedikit berubah, menunjukkan rasa hormat yang dalam. "Mereka adalah penjaga waktu sejati, dan mereka akan menjadi pengajar kalian di Akademi Waktu."
Alian, pria yang lebih tua dengan rambut abu-abu yang tergerai panjang, tersenyum bijak. "Kami tahu mengapa kalian datang," katanya, tatapannya tajam namun penuh pengertian. "Kalian mencari pengetahuan, pemahaman tentang waktu dan dimensi. Tetapi sebelum kalian dapat mengakses pengetahuan ini, ada sesuatu yang lebih penting yang harus kalian pahami."
Araneth, wanita dengan rambut hitam yang mengalir seperti sutra, berdiri tegak di sebelah Alian. Matanya yang gelap penuh dengan kekuatan yang terpendam. "Waktu bukanlah sesuatu yang bisa dipahami hanya dengan akal. Ia bukanlah alat untuk dimainkan sesuka hati. Waktu adalah kekuatan yang mengikat dunia ini, dan dunia-dunia lainnya, dalam aliran yang tidak tampak. Mengendalikannya membutuhkan lebih dari sekadar pemahaman, ia membutuhkan pengorbanan."
Lianara tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Pengorbanan? Apa yang kalian maksud?" tanyanya, suaranya bergetar.
Alian menatap mereka dengan tatapan yang tajam, seperti sedang menilai sejauh mana mereka siap untuk menerima kenyataan yang lebih besar. "Mengerti waktu berarti mengerti keseimbangan. Setiap perubahan yang kalian lakukan di dalamnya memiliki konsekuensi. Ketika kalian mengubah satu hal, itu akan mempengaruhi yang lainnya, mungkin di tempat yang jauh atau di masa yang jauh."
Araneth menambahkan, "Dan ketika kalian berusaha mengendalikan waktu, kalian akan menemui dua hal: Kekuatan luar biasa dan risiko yang tak terbayangkan. Hanya mereka yang benar-benar siap yang bisa bertahan."
Kael merasa cemas, namun tekadnya tidak surut. "Kami sudah sampai sejauh ini. Kami ingin memahami kekuatan ini. Kami ingin tahu bagaimana cara kita mengendalikannya, dan apa yang harus kami lakukan."
Varic mengangguk, tampaknya sudah tidak asing lagi dengan peringatan itu. "Aku sudah belajar dari Alian dan Araneth," katanya, menatap serius kepada Kael dan yang lainnya. "Waktu bukanlah sesuatu yang hanya bisa kita miliki. Kita hanya diberi kesempatan untuk memahami dan mengalir bersamanya."
Alian melangkah maju, suaranya kini lebih rendah dan penuh makna. "Jika kalian ingin belajar, maka kalian harus siap menghadapi ujian, uji keberanian, uji pemahaman, dan uji pengorbanan. Tidak ada yang bisa mengendalikan waktu tanpa melalui ujian itu. Dan dalam ujian ini, setiap jawaban yang kalian temukan akan membuka jalan baru, namun juga mungkin mengubah segalanya."
Araneth menyentuh meja batu di depannya, dan dengan gerakan tangan yang halus, sebuah peta temporal muncul di atasnya. Peta itu berputar pelan, menampilkan berbagai lapisan dunia yang berlapis-lapis, dimensi-dimensi yang saling berhubungan, setiap lapisan memancarkan garis-garis waktu yang bersinar dengan intensitas berbeda.
"Ini adalah peta waktu," kata Araneth, menunjuk ke peta tersebut. "Setiap titik di sini mewakili peristiwa dalam sejarah, dalam aliran waktu yang tak terhitung jumlahnya. Setiap pilihan yang kalian buat dapat mengubah garis waktu ini. Tetapi ingat, tidak semua perubahan itu mengarah ke tempat yang lebih baik."
Kael menatap peta itu dengan kagum, merasa seperti ia baru saja melihat gambaran besar tentang apa yang sesungguhnya terjadi di dunia ini. "Jadi, kami harus belajar untuk menavigasi ini?" tanyanya, suaranya hampir berbisik.
Alian mengangguk pelan. "Benar. Dan lebih dari itu, kalian harus memahami bahwa setiap keputusan memiliki dampak. Tidak ada yang bisa tahu seberapa besar dampaknya hingga kalian benar-benar melangkah. Tetapi, jangan takut akan konsekuensinya, tak ada yang lebih berbahaya daripada ketidaktahuan."
Lysandra, yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian, akhirnya berbicara. "Jadi, ini lebih dari sekadar mempelajari teori? Ini juga tentang bagaimana kita memahami dan mengendalikan aliran waktu itu sendiri?"
Araneth mengangguk. "Pasti. Akademi Waktu bukan hanya tempat untuk belajar tentang waktu. Ini adalah tempat untuk memahami bagaimana kita bisa berinteraksi dengan dimensi-dimensi ini tanpa mengacaukannya. Jika kalian berhasil, kalian akan menjadi penjaga waktu, seperti kami. Jika tidak..." Suaranya terhenti sejenak, memberikan tekanan yang cukup dalam. "Maka kalian akan menghadapi akibatnya."
Kael merasa sebuah dorongan kuat di dalam dirinya. Ia telah berada di titik ini begitu lama, dan sekarang, di depan para penjaga waktu, ia merasakan tak hanya ketegangan, tetapi juga peluang besar yang menanti. "Kami siap," katanya dengan suara yang lebih pasti.
Varic, yang sudah cukup lama berada di tempat ini, tersenyum dengan lembut. "Maka perjalanan kalian baru saja dimulai. Bersiaplah untuk menghadapi ujian, dan ingat, waktu bukanlah teman yang bisa dipercaya sepenuhnya. Tetapi, jika kalian berani menantangnya, kalian akan memahaminya lebih baik daripada siapa pun."
Dengan kata-kata itu, Alian dan Araneth membawa mereka ke dalam ruangan yang lebih dalam di Akademi Waktu. Masing-masing langkah mereka terasa lebih berat dari sebelumnya, dan Kael tahu, mereka tidak hanya akan mengungkap rahasia waktu, tetapi juga menghadapi ujian yang dapat mengubah takdir mereka selamanya.
Akademi Waktu bukan hanya tempat untuk menemukan pengetahuan. Ini adalah tempat untuk memahami bahwa waktu itu sendiri adalah ujian terbesar yang pernah ada.
Kael, Lianara, Lysandra, dan Riven mengikuti Alian dan Araneth semakin dalam ke dalam Akademi Waktu, di tengah atmosfer yang semakin tegang. Setiap langkah mereka seolah membawa mereka lebih jauh ke dalam misteri yang lebih besar, tetapi juga semakin menjauh dari kenyataan yang mereka kenal. Di balik setiap pintu dan lorong, ada sesuatu yang mengintai, sesuatu yang tampak lebih besar dari sekadar akademi ini.
Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah ruang luas yang tampak lebih seperti ruang observasi daripada ruang pengajaran biasa. Di sana, sebuah orb besar terletak di tengah ruangan, memancarkan cahaya biru lembut yang bergerak seolah mengalir mengikuti waktu itu sendiri. Di sekeliling orb, terdapat pola-pola geometris yang rumit, seolah menggambarkan hubungan antara dimensi dan waktu.
Alian berdiri di depan orb, tatapannya tajam, penuh makna. "Di sini," katanya, "kalian akan memulai pemahaman yang lebih dalam tentang waktu. Tetapi sebelum kalian dapat memahami Akademi Waktu yang sesungguhnya, kalian harus menyadari satu hal yang sangat penting."
"Apakah itu?" tanya Kael, rasa penasaran yang tak tertahankan mendorongnya untuk berbicara.
Alian menoleh dengan ekspresi serius. "Akademi ini... bukanlah Akademi Waktu yang sesungguhnya. Tempat ini hanya gerbang. Sebuah ilusi yang dirancang untuk mempersiapkan kalian menghadapi dunia yang lebih besar. Akademi Waktu yang sejati berada di dunia lain, dunia yang lebih jauh, di luar jangkauan dunia Aetheris, tempat dimana waktu tidak berfungsi seperti yang kalian ketahui."
Riven mengerutkan kening, mencoba mencerna kata-kata Alian. "Jadi, kita tidak berada di Akademi Waktu yang sesungguhnya?"
"Betul," jawab Araneth, suaranya penuh keyakinan. "Akademi Waktu yang kalian cari, tempat yang sesungguhnya, yang dipimpin oleh Seraphis, berada di dunia yang disebut Dunia Waktu. Di dunia itu, waktu bukanlah garis lurus seperti yang kalian kenal. Waktu adalah sesuatu yang mengalir dalam lingkaran, bisa diputar kembali, dipercepat, atau bahkan dilipat menjadi beberapa lapisan yang saling tumpang tindih."
Kael merasa dunia seakan terbalik. "Tapi, jika ini bukan tempat yang kami cari, kenapa kalian mengajarkan kami di sini? Kenapa kalian membawa kami ke tempat ini?"
Varic, yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian, mengangguk pelan. "Ini adalah langkah pertama. Untuk mencapai Dunia Waktu dan bertemu dengan Seraphis, kalian harus memahami dasar-dasar pengendalian waktu, sesuatu yang tidak bisa dipahami hanya dengan membaca buku atau mengikuti teori. Kalian harus mengalaminya, harus merasakannya sendiri."
Lianara tampak bingung. "Tapi bagaimana kami bisa sampai ke dunia itu? Bagaimana caranya kami bisa melintasi dimensi itu?"
Araneth tersenyum samar. "Itulah yang harus kalian pelajari di sini. Untuk masuk ke Dunia Waktu, kalian harus terlebih dahulu mempelajari cara bekerja dengan waktu itu sendiri. Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan dengan kekuatan fisik atau sihir biasa. Kalian harus mempelajari bagaimana memanipulasi waktu dalam skala yang sangat kecil terlebih dahulu, baru kemudian kalian bisa berpindah dimensi."
Alian melangkah lebih dekat, matanya tajam menatap Kael dan yang lainnya. "Setiap pemahaman tentang waktu yang kalian capai akan membawa kalian lebih dekat ke Dunia Waktu. Namun, ini bukan proses yang mudah. Waktu itu berbahaya. Jika kalian salah langkah, kalian bisa terjebak di luar waktu, terperangkap dalam lingkaran yang tak terhingga. Jadi, sebelum kalian bisa bertemu dengan Seraphis dan mempelajari pengendalian waktu yang lebih besar, kalian harus siap dengan konsekuensinya."
Kael merasa beban yang lebih berat kini menggantung di atas pundaknya. "Konsekuensi?" tanyanya dengan nada penuh tanda tanya.
Araneth mengangguk pelan. "Waktu adalah kekuatan yang sangat tidak stabil. Bahkan kami, yang telah belajar selama bertahun-tahun, masih bisa tersesat. Setiap kali kalian mengubah aliran waktu, kalian tidak hanya mempengaruhi dunia kalian, tetapi juga dimensi lainnya. Jika kalian tidak hati-hati, dunia yang kalian kenal bisa hancur dalam sekejap. Itu sebabnya Seraphis hanya memilih mereka yang benar-benar siap."
Lysandra mengangguk, wajahnya tampak lebih serius dari biasanya. "Jika ini adalah langkah pertama untuk menuju Dunia Waktu, maka kami harus menghadapinya. Kami sudah tahu bahwa pengetahuan ini tidak akan datang tanpa risiko. Tapi... bagaimana cara kami mulai memahami waktu? Dari mana kami harus memulai?"
Alian berjalan ke orb besar yang terletak di tengah ruangan. "Mulailah dengan memahami aliran dasar waktu. Ini bukan hanya tentang memanipulasi waktu di dunia kalian, tetapi tentang memahami bagaimana waktu mengikat segala sesuatu. Waktu adalah dimensi yang melingkupi dunia, yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan. Kalian harus belajar untuk merasakannya, untuk menjadi satu dengan aliran ini."
Araneth melanjutkan, "Kami akan mengajarkan kalian dasar-dasar pertama, cara untuk mempengaruhi waktu dalam ruang yang terbatas. Mengendalikan waktu di dalam diri kalian sendiri, dalam kehidupan sehari-hari, adalah langkah pertama untuk mengerti bagaimana dunia besar ini berfungsi."
"Untuk sampai ke Dunia Waktu," kata Varic, "kalian harus menguasai pemahaman dasar ini. Setelah itu, barulah kalian bisa melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih jauh, ke tempat yang jauh lebih berbahaya, yang dipimpin oleh Seraphis. Jika kalian gagal, kalian akan tersesat. Tetapi jika kalian berhasil, kalian akan memiliki kekuatan untuk mengubah takdir."
Kael menatap orb besar di hadapannya, perasaan bingung dan cemas bergumul dalam dirinya. Ia tahu bahwa mereka baru saja memulai perjalanan yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya dari yang ia bayangkan. Namun, tekadnya tetap kokoh. "Kami siap," katanya dengan suara yang tegas, meskipun ada keraguan yang samar di dalam hatinya. "Kami akan belajar apa pun yang diperlukan untuk menguasai waktu."
Alian menatap mereka semua dengan penuh perhatian, seolah menilai sejauh mana mereka benar-benar siap untuk perjalanan yang menanti. "Jangan berpikir bahwa ini akan mudah. Ini adalah ujian besar. Tapi jika kalian dapat menguasai waktu, kalian akan mengerti segalanya, dan kalian akan siap menghadapi Seraphis."
Araneth kemudian mengangkat tangannya, dan ruang di sekitar mereka mulai bergetar. "Mari mulai pelajaran pertama kalian. Untuk memahami waktu, kita harus pertama kali memahami bagaimana waktu itu mengalir melalui kita. Ini akan menjadi perjalanan yang panjang, dan hanya mereka yang dapat menghadapinya dengan hati yang kuat yang akan berhasil."
Dengan kata-kata itu, aliran energi di dalam ruangan berubah. Orb yang sebelumnya tenang kini berputar lebih cepat, mengeluarkan cahaya yang semakin terang. Kael dan yang lainnya merasa seolah seluruh ruangan bergema dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Mereka tahu, perjalanan ini akan mengubah hidup mereka, dan dunia mereka selamanya.
Akademi Waktu yang mereka datangi bukanlah tempat akhir, tetapi hanya gerbang menuju sebuah perjalanan yang lebih besar, menuju dunia yang tidak mereka kenal, dan kekuatan yang lebih besar dari apa pun yang bisa mereka bayangkan.