Chereads / AKADEMI WAKTU / Chapter 24 - CHAPTER 24

Chapter 24 - CHAPTER 24

Malam itu, setelah kembali ke tempat yang lebih aman, Araneth dan Alian duduk di dalam ruang yang dilapisi dengan dinding batu yang tebal dan cahaya redup dari lentera minyak. Mereka memeriksa kembali dokumen kuno yang telah diberikan oleh pria tua di toko barang antik itu, yang ternyata berisi petunjuk penting tentang keberadaan dan kekuatan Akademi Waktu. Namun, meskipun mereka tahu bahwa ini adalah bukti yang cukup untuk mengguncang dunia Aetheris, ada sesuatu yang aneh.

Kebenaran yang mereka temukan tidak membangkitkan efek seperti yang mereka harapkan. Tidak ada gelombang temporal yang bergetar, tidak ada distorsi dalam waktu atau lonjakan energi seperti yang biasa mereka rasakan ketika suatu rahasia besar terungkap. Keheningan yang mencekam terasa semakin mendalam, seolah dunia tidak peduli dengan penemuan ini.

Alian memandang Araneth dengan ekspresi bingung. "Kenapa ini terasa… seolah-olah dunia tidak meresponsnya?" tanyanya, matanya menyapu dokumen yang berisi sejarah akademi yang telah terlupakan itu. "Seharusnya ada reaksi. Waktu seharusnya bergetar ketika kebenaran ini terungkap. Tapi tidak ada."

Araneth memegang kartu identitasnya yang baru saja dikembalikan, merasakannya dengan jari-jari yang kini kaku. "Aku tidak mengerti. Bukankah kita sudah melewati batas waktu yang tak terjamah oleh dunia luar? Seharusnya ada pembalikan, atau distorsi temporal…"

Namun, jawabannya hanya keheningan. Kebenaran tentang Akademi Waktu, sebuah entitas yang memegang kekuatan mengubah alur dunia, ternyata tidak menimbulkan gejolak apa pun. Waktu itu sendiri seakan tidak peduli. Seolah sejarah yang hilang itu adalah bagian dari takdir yang lebih besar, tak bisa diubah, dan bahkan terlupakan oleh kekuatan alam itu sendiri.

"Apakah ada yang salah?" tanya Araneth, berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada Alian. "Kenapa Akademi Waktu tidak bereaksi seperti yang seharusnya?"

Alian menghela napas panjang, menatap jauh ke dalam kegelapan. "Ini tidak bisa menjadi kebetulan. Ini pasti ada sesuatu yang lebih dalam dari yang kita pikirkan. Mungkin kita hanya belum melihat gambaran besarnya.

Mereka berdua terdiam sejenak, merasakan betapa tidak terjamahnya perasaan ini. Seharusnya, ketika rahasia besar tentang Akademi Waktu muncul kembali, waktu seharusnya bergetar, memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang telah berubah. Sebagai utusan Akademi, mereka telah terlatih untuk mendeteksi distorsi temporal, namun kali ini, tidak ada apa-apa. Seolah-olah alam semesta itu sendiri menutup mata terhadap kebenaran yang baru saja terungkap.

"Tidak mungkin," bisik Araneth, mengingatkan dirinya. "Akademi Waktu tidak bisa menjadi legenda yang begitu terabaikan… Ada yang lebih besar yang sedang terjadi."

Alian mengangguk, seolah mengetahui apa yang sedang dipikirkan Araneth. "Aku rasa, kita telah melewati titik yang lebih dari sekadar penemuan sejarah. Jika benar Akademi Waktu adalah kekuatan yang bisa mengubah alur dunia, maka kehilangan sihir dan kerusakan temporal di dunia ini, mungkin semuanya dirancang untuk menciptakan kekosongan ini. Dunia tidak bereaksi karena mereka sudah diprogram untuk tidak bereaksi."

Dengan kata lain, mungkin dunia Aetheris sudah dipersiapkan sejak awal untuk mengabaikan keberadaan Akademi Waktu, agar waktu tetap mengalir dengan kecepatan yang konstan, tanpa gangguan dari kekuatan-kekuatan besar yang pernah ada.

Satu hal yang semakin jelas bagi keduanya adalah kenyataan bahwa Akademi Waktu yang ada di dalam mitos dan legenda itu tidak hanya sekadar legenda. Meskipun dunia tidak bereaksi seperti yang mereka harapkan, waktu tetap berjalan. Seperti sebuah ironi, dunia Aetheris kini terjebak dalam sebuah pola waktu yang terputus, seolah tidak ada yang bisa mengubahnya.

Namun, dalam keheningan itu, sebuah pertanyaan besar tetap mengambang, apakah Akademi Waktu benar-benar telah hilang? Mungkinkah para penjaga waktu yang pernah ada di dalam Akademi telah mengunci semua pengetahuan mereka agar tidak bisa kembali untuk mengubah takdir? Jika benar, maka mereka adalah kehilangan terbesar dalam sejarah dunia ini dan dunia mungkin sudah begitu dalam tertidur dalam ilusi waktu yang sempurna.

"Apakah kita bisa menghentikan ini?" tanya Araneth dengan suara pelan, seolah memecah keheningan yang menyesakkan. "Apakah kita bisa memulihkan sesuatu yang telah terlupakan oleh dunia ini?"

Alian tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya menatap ke luar jendela, di mana langit malam tampak begitu mendalam dan sunyi, seolah mencerminkan keheningan waktu yang tak bisa mereka hancurkan.

"Mungkin kita bukan yang pertama yang mencoba," jawab Alian akhirnya. "Dan mungkin kita juga bukan yang terakhir. Namun, untuk pertama kalinya, kita tahu bahwa sejarah tidak bisa diubah, hanya diterima."

Mereka berdua menghabiskan malam itu dengan kebingungan yang dalam, tetapi juga dengan rasa takut yang baru. Waktu yang telah menjadi penghalang terbesar dalam perjuangan mereka, kini terasa seperti sebuah jeruji yang mengurung mereka, dan segala upaya mereka untuk mengubahnya mungkin hanya akan memperburuk keadaan.

Namun, mereka tahu bahwa meskipun dunia tidak bereaksi terhadap penemuan ini, mereka tidak bisa mundur. Akademi Waktu mungkin telah menghilang dari kesadaran dunia, namun ada kekuatan lain yang masih tersembunyi. Kekuatan yang bisa membalikkan keabadian, mengubah sejarah, dan memberi dunia kesempatan untuk keluar dari kehilangan yang abadi.

"Jika dunia tidak bisa bereaksi, maka kita harus membuat mereka melihatnya." Kata Alian akhirnya, dengan penuh tekad.

Dengan perasaan yang lebih berat dari sebelumnya, mereka melangkah ke masa depan, di mana kebenaran masih terbungkus dalam waktu yang terlupakan. Dunia mungkin tidak siap, tapi mereka akan mencari cara untuk mengembalikan Akademi Waktu, meskipun itu berarti mereka harus menentang waktu itu sendiri.

Setelah sekian lama, ketertarikan dunia terhadap Akademi Waktu perlahan mulai redup. Berita yang pernah mengguncang Aetheris, tentang penemuan bukti sejarah Akademi Waktu dan kekuatan temporal yang dahsyat, seakan memudar seiring berjalannya waktu. Masyarakat mulai sibuk dengan urusan duniawi mereka, dan meskipun beberapa kelompok elit masih berusaha menggali lebih dalam, mayoritas dunia tampak lebih tertarik pada kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat dirasakan secara langsung.

Namun, meskipun begitu, sesuatu yang tak terduga mulai terjadi di dunia pendidikan. Di berbagai sekolah menengah atas, sejarah yang semula dianggap mitos atau hanya sebagai cerita legenda kuno mulai diajarkan dengan lebih serius. Para pendidik muda, yang bahkan tidak menyadari kedalaman sejarah yang tersembunyi, mulai memperkenalkan Akademi Waktu sebagai bagian dari kurikulum sejarah.

Pada awalnya, banyak yang menganggap ini hanya sebagai pelajaran tambahan yang tak lebih dari sekadar materi sejarah yang telah lama terlupakan. Namun, seiring berjalannya waktu, para siswa mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Di balik setiap kata yang terucap tentang Akademi Waktu, mereka mulai merasa adanya kekuatan yang lebih besar, meskipun tidak bisa mereka jelaskan dengan akal sehat.

Di sebuah sekolah menengah atas di kota Valdoria, seorang guru sejarah muda bernama Professor Lysandra mulai memanfaatkan bahan-bahan lama yang ditemukan di perpustakaan sekolah, yang sebagian besar berisi catatan kuno tentang Akademi Waktu. Dia mulai mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa Akademi Waktu bukanlah sekadar organisasi atau lembaga pendidikan biasa. Akademi itu adalah pusat pengetahuan waktu, yang katanya memiliki kemampuan untuk memanipulasi waktu, menyelami dimensi temporal, dan mengatur jalur sejarah.

"Di masa lampau," ujar Lysandra dengan suara penuh semangat di depan kelas, "Akademi Waktu adalah tempat di mana penjaga waktu dilatih. Mereka adalah individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang aliran waktu dan pengetahuan alam semesta. Mereka tidak hanya mengajarkan tentang sejarah, tetapi juga tentang keabadian dan cara-cara untuk memelihara keseimbangan waktu."

Para siswa mendengarkan dengan penuh perhatian. Beberapa dari mereka bahkan mulai merasa ada daya tarik tertentu dalam cerita itu, meskipun banyak yang menganggapnya hanya sebagai teori atau bagian dari mitologi yang terkubur.

Salah satu siswa yang bernama Kael, yang dikenal sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan, mulai mempertanyakan lebih jauh tentang praktik temporal yang diajarkan di Akademi Waktu. "Tapi bagaimana mereka bisa memanipulasi waktu?" tanyanya penuh rasa ingin tahu. "Apakah itu mungkin?"

Lysandra tersenyum. "Itulah yang banyak orang tidak pahami, Kael. Waktu bukanlah sekadar aliran yang linear. Di Akademi Waktu, mereka mempelajarinya sebagai energi yang dapat dipahami, dilihat, dan dimanipulasi. Mereka tidak hanya mengajarkan sejarah, mereka juga mempengaruhi masa depan dengan kekuatan waktu."

Mulai dari Valdoria, ajaran tentang Akademi Waktu tersebar ke sekolah-sekolah menengah atas lainnya. Di setiap kota besar, pelajaran tentang Akademi Waktu mulai dimasukkan dalam mata pelajaran sejarah atau bahkan mata pelajaran pilihan khusus seperti Ilmu Waktu. Buku-buku yang sebelumnya terbatas pada koleksi pribadi atau koleksi akademis tertentu, kini mulai dicetak ulang dan diedarkan ke perpustakaan umum. Dokumen-dokumen kuno yang berisi catatan dan cerita tentang Akademi Waktu mulai ditemukan di pameran sejarah, bahkan digunakan dalam kursus online.

Namun, meskipun topik ini mulai mendapatkan perhatian, masyarakat tetap tidak sepenuhnya terbuka terhadap kemampuan akademi tersebut. Sihir yang pernah ada di dunia Aetheris, kini lebih dianggap sebagai simbol sejarah daripada bagian dari kehidupan nyata. Banyak yang menganggapnya sebagai cerita romantis yang berasal dari masa lalu yang telah lama berlalu.

Di balik sikap skeptis orang dewasa, para remaja mulai merasa tertarik dan terpesona oleh ide manipulasi waktu yang diajarkan tentang Akademi Waktu. Salah satu remaja yang paling tertarik adalah Lianara, seorang gadis berusia 16 tahun yang selalu tertarik dengan fenomena luar biasa. Dia menghabiskan banyak waktu di perpustakaan sekolah, membaca semua buku yang tersedia tentang Akademi Waktu, dan catatan-catatan temporal yang tidak banyak orang yang memahami.

Lianara merasa seolah ada koneksi pribadi dengan Akademi Waktu. Setiap kali membaca tentang penjaga waktu atau perjalanan temporal, ia merasa seolah-olah ada sesuatu dalam dirinya yang mengenali ajaran itu, seperti sebuah memori yang terpendam. Ia mulai bertanya-tanya, apakah mungkin di masa depan, dunia ini akan kembali terhubung dengan kekuatan besar itu.

Suatu hari, saat membaca buku tentang sejarah Akademi Waktu, Lianara menemukan sesuatu yang mengejutkan: di salah satu catatan, ada nama Aric, seorang individu yang dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah akademi. Nama itu menarik perhatian Lianara lebih dari yang lain, karena ia merasa bahwa nama itu memiliki arti lebih dari sekadar sejarah.

"Aric... dia terlihat familiar," gumam Lianara. "Apakah ini kebetulan?"

Seiring dengan semakin populernya topik ini di kalangan remaja, mulai banyak bermunculan komunitas daring yang berfokus pada penemuan sejarah Akademi Waktu. Mereka mulai berbagi informasi, berdiskusi tentang kemungkinan kembalinya Akademi Waktu, dan mengungkap jejak-jejak yang pernah ditinggalkan oleh para penjaga waktu di masa lalu. Sejumlah arkeolog muda bahkan mulai menjadikan penelitian tentang Akademi Waktu sebagai bagian dari proyek mereka, berharap menemukan lebih banyak artefak yang dapat membuktikan keberadaan tempat itu.

Namun, meskipun ada peningkatan ketertarikan terhadap Akademi Waktu, dunia dewasa yang sibuk dengan kemajuan teknologi dan politik dunia masih enggan untuk menerima pengetahuan temporal sebagai bagian penting dari kehidupan mereka. Beberapa pemerintah bahkan mulai menganggapnya sebagai topik yang tidak relevan dan berbahaya, mengingat kepercayaan bahwa menggali terlalu dalam pada waktu bisa menyebabkan distorsi yang merusak.

Namun, meskipun tidak ada reaksi besar dari dunia terhadap kebangkitan kembali sejarah Akademi Waktu, ada sebuah benih baru yang mulai tumbuh di kalangan generasi muda. Seperti bunga yang mekar perlahan di bawah sinar matahari yang redup, minat terhadap manipulasi waktu dan pengetahuan temporal mulai memunculkan ide-ide baru yang tidak terduga.

Meskipun Akademi Waktu dan kekuatan yang pernah dimilikinya tampaknya terlupakan, semakin banyak remaja dan pemikir muda yang berusaha menghubungkan kembali dunia ini dengan masa lalu, berharap bahwa mungkin, suatu hari nanti, mereka bisa memperbaiki jalur waktu yang terputus dan membawa kembali keabadian pengetahuan yang dulu pernah ada.

Akademi Waktu mungkin sudah menjadi mitos, namun generasi berikutnya mulai memperkenalkan kembali kebenaran itu, dengan harapan bahwa sejarah yang terlupakan akhirnya akan menemukan tempatnya di dunia yang baru.

Setelah melalui serangkaian peristiwa yang menegangkan di dunia Aetheris, Araneth dan Alian akhirnya kembali ke Akademi Waktu. Tugas mereka sebagai utusan Akademi telah selesai, namun beban yang mereka bawa jauh lebih berat dari yang mereka bayangkan. Mereka dikirim untuk mempelajari bagaimana dunia Aetheris berkembang, tetapi yang mereka temui justru sebuah kenyataan yang menggetarkan, bahwa dunia ini seakan-akan telah terjerat dalam suatu pola waktu yang telah diprogram untuk menutup mata terhadap kebenaran besar yang mereka temukan tentang Akademi Waktu itu sendiri.

Ketika mereka memasuki ruang utama Akademi, yang dipenuhi dengan udara berat penuh energi temporal, Seraphis, Kepala Akademi, sudah menunggu mereka. Wajahnya yang abadi dan tenang tampak tidak terkejut, meskipun Araneth dan Alian tahu bahwa laporan mereka kali ini akan mengungkap banyak hal yang tak pernah mereka duga sebelumnya.

"Kalian kembali lebih cepat dari yang kutunggu," kata Seraphis dengan suara dalam dan lembut, namun mengandung kekuatan yang luar biasa. "Apa yang kalian temukan di dunia luar?"

Araneth dan Alian saling memandang, dan tanpa berkata apa-apa, Araneth mengeluarkan dokumen yang mereka temukan di dunia Aetheris, dokumen kuno yang memuat bukti sejarah Akademi Waktu yang terlupakan. "Ini... buktinya," kata Araneth dengan suara berat. "Kami menemukan fakta tentang keberadaan Akademi yang selama ini dianggap sebagai legenda. Namun anehnya, dunia Aetheris seakan tidak merespons penemuan ini. Tidak ada reaksi waktu, tidak ada distorsi temporal, seolah-olah dunia ini menolak untuk berubah."

Seraphis tidak langsung menjawab. Ia memeriksa dokumen itu dengan cermat, matanya melintas di atas setiap tulisan dan simbol kuno yang tercetak di atasnya. Waktu seolah berhenti ketika ia membaca catatan-catatan itu, dan kedalaman yang terpancar dari sorot matanya membuat Araneth dan Alian merasa bahwa mereka telah menyentuh sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang mereka kira.

"Apa yang kalian temui ini adalah kebenaran yang lama terkubur," kata Seraphis akhirnya, suaranya tenang namun penuh makna. "Namun, apa yang lebih penting adalah apa yang tidak kalian temukan. Dunia Aetheris memang tidak bereaksi. Itu bukan kebetulan."

Araneth mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Kepala? Dunia ini tidak bereaksi terhadap kebenaran yang kita bawa. Seharusnya ada distorsi, ada sesuatu yang terasa berbeda. Tapi tidak ada apa-apa."

Seraphis menatap mereka dengan tajam. "Itulah masalahnya. Sejak lama, dunia ini telah diprogram untuk tidak bereaksi terhadap kebenaran tentang Akademi Waktu. Ketika kami, para penjaga waktu, memutuskan untuk mengunci pengetahuan besar ini, kami tidak hanya menghilangkan kemampuan untuk memanipulasi waktu. Kami juga menanamkan sebuah ilusi temporal yang menutupi semua jejak kami, membekukan dunia ini dalam waktu yang terputus."

Alian menggelengkan kepala, masih mencoba mencerna penjelasan ini. "Jadi dunia ini sudah disetting agar tidak ada perubahan besar? Tidak ada reaksi terhadap kekuatan besar yang kami temukan?"

Seraphis mengangguk, wajahnya serius. "Ya. Dunia Aetheris sekarang hidup dalam sebuah dimensi temporal yang terkontrol, sebuah lapisan waktu yang menghalangi segala upaya perubahan besar. Jika kebenaran ini terungkap, maka keseimbangan yang telah diciptakan untuk menjaga

tatanan dunia akan terganggu. Waktu itu sendiri, sebagai sebuah kekuatan yang mengatur segalanya, tidak bisa dibiarkan dipengaruhi oleh perubahan apapun."

Suasana menjadi hening, dan Araneth merasakan berat yang luar biasa di dadanya. Semua yang mereka ketahui tentang Akademi Waktu dan kekuatan temporal yang ada, seakan menjadi sesuatu yang tidak mungkin untuk dijangkau. "Jadi ini bukan hanya tentang menemukan Akademi Waktu," kata Araneth akhirnya. "Ini tentang melawan kekuatan yang telah mengatur segala sesuatunya sejak lama."

Seraphis memandang mereka dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Betul. Dunia ini telah terperangkap dalam sebuah ilusi waktu yang sangat kuat. Kami, para penjaga waktu, dahulu berusaha menjaga keseimbangan, namun setelah peristiwa besar yang mengubah aliran waktu, kami memilih untuk mengunci pengetahuan ini agar tidak disalahgunakan. Kami membuat dunia ini begitu terisolasi, seolah waktu itu sendiri menolak perubahan."

"Tapi kenapa?" tanya Alian, rasa penasaran menguasai dirinya. "Kenapa dunia ini harus begitu terkunci dari kebenaran yang ada?"

Seraphis menatap mereka dalam-dalam. "Karena tidak semua kebenaran layak untuk diketahui. Terkadang, pengetahuan tentang waktu dan keabadian terlalu besar untuk dipahami oleh umat manusia. Jika dunia ini mengetahui seluruh kebenaran tentang Akademi Waktu, akan ada kekacauan yang tak terbayangkan. Tak ada yang tahu apa yang bisa terjadi jika struktur waktu ini mulai terurai."

Araneth merasa sebuah ketegangan yang semakin menekan. Mereka yang dipilih sebagai utusan untuk mempelajari dunia Aetheris kini menghadapi dilema yang lebih besar dari sekadar menemukan kebenaran sejarah. Mereka berada di ujung jurang antara pengetahuan dan keamanan dunia itu sendiri.

"Jadi, apakah ini berarti kita tidak bisa melakukan apapun?" tanya Araneth dengan suara penuh tekad. "Apakah kita hanya akan membiarkan dunia ini hidup dalam kebohongan, terperangkap dalam ilusi yang tidak mereka sadari?"

Seraphis terdiam sejenak, lalu ia berbicara dengan nada yang lebih rendah, penuh makna. "Kalian yang datang sebagai utusan Akademi Waktu, yang berani membuka jalan menuju kebenaran. Tetapi ada konsekuensi besar jika kalian memilih untuk melangkah lebih jauh. Kebenaran yang kalian temukan adalah gerbang, gerbang yang akan membawa kalian pada pilihan besar. Dunia ini sudah terperangkap dalam waktu yang terprogram, dan jika kalian mencoba untuk mengubahnya, kalian mungkin akan meruntuhkan segala sesuatu yang ada."

Dengan kata-kata itu, Seraphis mengarahkan mereka ke sebuah pintu tersembunyi di sisi ruangan. "Jika kalian memilih untuk melanjutkan, kalian harus siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Dunia Aetheris, seperti yang kalian kenal, mungkin tidak akan pernah sama lagi setelah ini."

Araneth dan Alian saling berpandangan. Mereka sudah terlalu jauh terlibat dalam misteri ini. Mereka tidak bisa mundur. Tidak sekarang.

"Kami siap," kata Alian, suara tegas penuh tekad. "Kami tidak bisa membiarkan dunia ini tetap terjebak dalam ilusi. Jika waktu adalah kunci, maka kami akan mencari cara untuk membuka gerbang itu."

Seraphis menatap mereka lama, seolah memastikan bahwa mereka benar-benar memahami apa yang akan mereka hadapi. "Maka langkah kalian telah diputuskan. Ikuti aku, dan kita akan mulai mempersiapkan perjalanan ini."

Dengan langkah mantap, mereka mengikuti Seraphis menuju ruang yang lebih dalam di Akademi, menuju tempat di mana pengetahuan waktu yang terlupakan tersembunyi. Dunia Aetheris, meskipun tidak bereaksi, mungkin sudah siap untuk menghadapi perubahan besar yang akan datang.

Perjalanan mereka baru saja dimulai.

Ketika Araneth dan Alian mengikuti Seraphis menuju ruang tersembunyi di dalam Akademi Waktu, mereka merasakan sebuah getaran yang berbeda. Seolah-olah setiap langkah mereka semakin dekat dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pengetahuan yang hilang. Gerbang waktu, yang terletak jauh di dalam Akademi, bukan sekadar pintu menuju sejarah yang terlupakan, tetapi mungkin juga sebuah jalan menuju perubahan besar bagi dunia Aetheris itu sendiri.

Ruangan yang mereka masuki terasa dingin dan penuh misteri. Dindingnya dipenuhi dengan simbol-simbol kuno, yang tampaknya terukir oleh tangan yang sudah lama menghilang. Seraphis menghentikan langkahnya di tengah ruangan dan menatap mereka dengan serius. "Ini adalah ruang inti dari Akademi Waktu. Di sini, pengetahuan tentang waktu yang terhapus, tentang bagaimana dunia Aetheris seharusnya berfungsi, disimpan. Namun, ini bukan sekadar tentang memahami waktu. Ini adalah tempat di mana keputusan terbesar akan dibuat."

Araneth dan Alian menatap Seraphis, semakin tidak sabar. Mereka tahu bahwa apa yang akan mereka temui selanjutnya bukan hanya akan mengubah pandangan mereka tentang dunia, tetapi mungkin juga nasib dunia itu sendiri.

"Apa yang akan kita temui di sini?" tanya Araneth, suara penuh penasaran.

Seraphis melangkah menuju sebuah altar berbentuk lingkaran yang terletak di tengah ruangan. "Di sini," katanya, "terdapat sebuah gerbang temporal yang dapat menghubungkan kita dengan masa lalu atau masa depan. Namun, gerbang ini tidak dapat digunakan dengan sembarangan. Hanya mereka yang mengerti prinsip dasar waktu dan pengorbanan yang terlibat yang dapat menggunakannya."

"Dan apa yang harus kita lakukan untuk menggunakannya?" tanya Alian, mata berbinar dengan antusiasme.

Seraphis mengangkat tangan, dan sebuah peta kuno mulai muncul di atas altar. Peta itu memancarkan cahaya biru yang lembut, menggambarkan jalur waktu yang bercabang-cabang. "Kalian harus memilih jalur yang tepat, jalur yang tidak hanya akan mempengaruhi masa depan Aetheris, tetapi juga masa lalu yang telah terlupakan. Dunia Aetheris, seperti yang kalian tahu, berada dalam sebuah lingkaran waktu yang dikendalikan oleh kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang terhubung langsung dengan Akademi Waktu."

"Tapi bukankah dunia ini sudah begitu terperangkap dalam ilusi waktu?" tanya Araneth, masih tidak yakin dengan pilihan yang harus mereka ambil.

Seraphis menatapnya tajam, seolah ingin memastikan bahwa mereka benar-benar memahami apa yang sedang dipertaruhkan. "Benar. Dunia ini terperangkap dalam sebuah proses waktu yang begitu rapat dan terkendali. Namun, di balik kekuatan besar ini ada titik-titik lemah yang dapat dimanfaatkan. Gerbang waktu ini bisa membuka jalur bagi kalian untuk mempengaruhi sejarah, jika kalian memilih jalur yang benar."

Di luar ruang inti, langit Aetheris mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Distorsi waktu, yang telah terpendam begitu lama, mulai menggetarkan atmosfer dunia ini, dan meskipun dunia ini tidak sepenuhnya menyadarinya, Araneth dan Alian dapat merasakannya. Pola waktu yang telah terkunci seakan mulai bergeser, memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki sesuatu yang telah lama terlupakan.

"Jadi kita harus memilih, apakah akan mengubah masa lalu atau masa depan dunia ini?" tanya Alian, semakin mendalam dalam pemikirannya.

Seraphis mengangguk, tatapannya tajam. "Benar. Namun, ingatlah, tidak ada pilihan yang tanpa konsekuensi. Mengubah masa lalu dapat merusak segala sesuatu yang telah tercipta, dan mengubah masa depan berarti kalian harus siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak terduga. Setiap tindakan yang kalian ambil akan membentuk ulang jalannya sejarah."

Araneth dan Alian saling berpandangan. "Jika dunia ini terjebak dalam ilusi waktu, apakah kita bisa benar-benar mengubahnya?" tanya Araneth, matanya penuh keraguan. "Apakah dunia ini siap untuk menghadapi perubahan besar?"

Seraphis menatap mereka dengan sorot mata yang dalam, penuh kebijaksanaan dan kesedihan. "Waktu adalah kekuatan yang tidak bisa dianggap enteng. Kebenaran yang kalian temukan mungkin hanya permulaan dari sesuatu yang lebih besar. Dunia ini memang terperangkap dalam ilusi, tetapi setiap perubahan membutuhkan pengorbanan. Jika kalian ingin membebaskan dunia ini, kalian harus siap untuk menghadapinya."

Sementara Seraphis berbicara, Araneth dan Alian semakin merasakan berat keputusan yang harus mereka ambil. Di hadapan mereka terhampar pilihan yang begitu besar, mengubah jalannya sejarah atau membiarkan dunia ini tetap terperangkap dalam pola waktu yang sudah ada. Namun, mereka tahu bahwa dunia Aetheris takkan bisa bertahan lama dalam ketidakpastian ini. Sesuatu harus berubah. Jika tidak, dunia ini akan jatuh ke dalam kehancuran yang tak terhindarkan.

"Kami harus melangkah ke depan," kata Alian, suara penuh keyakinan. "Kami tidak bisa membiarkan dunia ini terus terjebak dalam ilusi. Dunia harus tahu kebenarannya."

Araneth mengangguk, meskipun rasa ragu masih menggelayuti hatinya. "Jika kita harus mengubah jalannya sejarah, maka kita akan melakukannya. Dunia ini berhak tahu, dan kita akan membuktikan bahwa Akademi Waktu bukanlah sebuah mitos."

Seraphis memberikan senyum yang sangat tipis, seolah tahu bahwa perjalanan mereka akan sangat panjang dan penuh bahaya. "Jika itu keputusan kalian, maka lakukanlah. Pilih jalur yang ingin kalian ambil, tetapi ketahuilah, dunia Aetheris akan melihat perubahan itu."

Dengan langkah mantap, Araneth dan Alian melangkah maju menuju gerbang temporal, siap menghadapi konsekuensi dari pilihan yang akan mereka buat. Mereka tahu bahwa apapun yang mereka pilih, dunia ini tidak akan pernah sama lagi. Akademi Waktu mungkin akan bangkit kembali, atau mungkin dunia ini akan terperangkap dalam perubahan yang tak terbayangkan.

Saat mereka memasuki gerbang itu, dunia Aetheris di luar Akademi Waktu mulai bergetar. Keputusan yang mereka buat akan mempengaruhi jalannya waktu itu sendiri. Dunia ini mungkin akan melihat kebangkitan sebuah keabadian, atau malah menghadapi kehancuran yang tidak pernah terbayangkan.

Yang pasti, waktu yang telah lama terhenti kini akan bergerak lagi.

Keheningan menggantung di udara, dan Araneth serta Alian berdiri di hadapan Seraphis, kepala Akademi Waktu yang bijaksana namun penuh misteri. Mereka baru saja kembali setelah perjalanan panjang di dunia Aetheris, membawa pengetahuan dan petunjuk yang dapat mengubah alur dunia. Namun, mereka tahu bahwa jalan menuju pemulihan Akademi Waktu tak akan semudah yang mereka bayangkan.

Seraphis mengamati mereka dengan mata yang penuh kebijaksanaan dan ketegasan, seolah mengukur keputusan besar yang baru saja mereka ambil. "Kalian telah membuka jalan antara Akademi Waktu dan dunia Aetheris," ujar Seraphis, suaranya dalam dan menggema di dalam ruang besar yang dipenuhi cahaya kuno. "Namun, menghubungkan kedua dunia ini kembali bukanlah tanpa konsekuensi. Ada syarat yang harus dipenuhi, dan kalian harus siap untuk menjalani takdir ini."

"Apa syaratnya?" tanya Araneth, wajahnya serius meski hatinya diliputi kecemasan.

Seraphis melangkah ke depan, dan sebuah ilusi temporal muncul di hadapan mereka, menggambarkan hutan lebat yang dipenuhi pepohonan tinggi, dengan sebuah gubuk kayu sederhana yang tersembunyi di tengahnya. "Jika kalian ingin mendirikan kembali Akademi Waktu di dunia ini, kalian harus membangunnya di tempat yang terisolasi, di tengah hutan yang terlupakan, jauh dari pandangan dunia," kata Seraphis dengan suara yang mantap. "Itu akan menjadi temple waktu yang akan memulai kembali perjalanan besar ini."

Alian dan Araneth saling berpandangan. "Di tengah hutan?" Alian bertanya, suaranya penuh kebingungan. "Kenapa tempat yang tersembunyi?"

Seraphis mengangguk. "Dunia Aetheris tidak siap menerima kembalinya kekuatan Akademi Waktu dengan cara yang mencolok. Jika kalian membangun akademi yang terlihat mencolok, dunia ini akan terjerumus ke dalam kerusakan temporal yang lebih besar. Akademi harus tersembunyi, hanya mereka yang memiliki pemahaman yang benar tentang waktu yang akan bisa menemukannya."

"Tapi itu berarti…" Araneth berpikir keras, mencoba memahami semua implikasi dari kata-kata Seraphis, "Akademi ini akan benar-benar tersembunyi dari dunia? Seperti sebuah tempat yang tak terlihat oleh kebanyakan orang?"

"Tepat," jawab Seraphis dengan tegas. "Akademi itu harus dibangun dengan cara yang sederhana. Seperti gubuk kayu yang tidak mencolok, namun di dalamnya tersembunyi kekuatan besar. Hanya mereka yang benar-benar memiliki pemahaman waktu yang akan menemukannya."

Araneth dan Alian mengangguk, tetapi ada rasa berat yang mulai mengendap di hati mereka. Mereka tahu bahwa untuk mengembalikan Akademi Waktu, mereka harus menghadapi tantangan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Namun, ada satu hal lagi yang harus mereka pahami, syarat lain yang diungkapkan Seraphis.

"Ada satu hal lagi yang perlu kalian penuhi," kata Seraphis, matanya seakan menembus mereka dengan tajam. "Kalian harus memilih seorang murid pertama, seorang individu yang sangat penting dalam pemulihan Akademi Waktu. Murid itu harus mempunyai darah yang kuat yang terhubung dengan sejarah Akademi, dan hanya dia yang bisa memulai perjalanan ini."

Alian dan Araneth mengerutkan dahi. Mereka sudah mendengar banyak hal, tetapi ini adalah hal yang baru bagi mereka.

"Siapa yang kalian maksud?" tanya Araneth, bingung, meskipun hatinya sudah mulai curiga.

Seraphis menatap mereka dengan intens. "Varic."

"Varic?" Araneth dan Alian serentak menyebutkan nama itu.

Varic, seorang pemuda yang mereka kenal sejak lama. Bukan hanya sekadar kenal, Varic adalah teman mereka, seorang pemuda yang terhubung erat dengan masa lalu mereka, sebuah masa lalu yang jauh lebih dalam dari yang mereka tahu. Ia adalah keturunan Aric, seorang pelayan Akademi Waktu yang dikenal dalam sejarah, dan sangat mungkin memiliki darah yang mengalir dari penjaga waktu itu.

Alian mengangguk, mengingat kembali pertemuannya dengan Varic di masa lalu, saat mereka bertiga, Araneth, Alian, dan Varic, terlibat dalam banyak peristiwa yang membentuk jalan mereka hingga saat ini. "Tapi, mengapa Varic?" Alian bertanya dengan ragu. "Dia bahkan tidak tahu siapa dirinya sebenarnya."

Seraphis menghela napas panjang, kemudian menjelaskan dengan sabar. "Varic adalah keturunan Aric, seorang pelayan yang sangat setia pada Akademi Waktu. Meskipun Varic tidak tahu, darah Aric mengalir di dalam tubuhnya. Dan hanya dengan dia, kekuatan temporal yang ada dalam darahnya bisa membangkitkan potensi Akademi Waktu."

Araneth menyentuh dagunya, berpikir. "Tapi dia… dia bukan seorang penjaga waktu. Bagaimana dia bisa melakukannya?"

Seraphis tersenyum samar. "Bukan tugasnya untuk menjadi penjaga waktu, tetapi darahnya mengandung potensi besar. Dia adalah kunci yang akan menghubungkan kembali kekuatan Akademi Waktu dengan dunia Aetheris. Tanpa Varic, pemulihan ini tidak akan pernah sempurna."

Alian menatap Seraphis dengan lebih tajam. "Kapan kita harus menemukannya?"

Seraphis mengangkat tangannya, dan sebuah ilusi temporal muncul di hadapan mereka, memperlihatkan sebuah desa kecil yang terletak di dekat hutan Silvershade, tempat Varic tinggal. "Varic tinggal di sana. Dia tidak tahu tentang takdirnya, tetapi dia akan menjadi murid pertama di Akademi Waktu yang baru."

"Aku paham," kata Araneth, menatap ilusi itu dengan tekad. "Kami akan pergi mencarinya."

Seraphis menatap mereka dengan serius. "Ingat, membangun Akademi Waktu bukanlah hal yang ringan. Tempat itu harus menjadi tempat yang menguji mereka yang datang, hanya mereka yang bisa memahami makna waktu yang akan diterima. Jangan pernah menganggap ini enteng."

Dengan itu, Seraphis melangkah mundur, memberikan mereka izin untuk pergi. "Jalan kalian telah ditentukan. Temui Varic dan bangun Akademi Waktu di tempat yang terisolasi itu. Dunia Aetheris akan menguji kalian, tetapi jika kalian sukses, keseimbangan dunia ini akan pulih kembali."

Araneth dan Alian saling menatap. Mereka tahu bahwa jalan mereka tidak akan mudah. Menghubungkan dunia dengan Akademi Waktu, membangun gubuk kayu di tengah hutan, dan mengajak Varic sebagai murid pertama, semua ini adalah tantangan yang tak terbayangkan. Namun, mereka sudah tidak punya pilihan. Dunia Aetheris membutuhkan mereka untuk bertindak, dan mereka akan melakukan apa saja untuk mengembalikan kekuatan yang pernah hilang.

"Kami akan pergi sekarang," kata Araneth dengan penuh tekad, sambil menatap Alian. "Ini adalah langkah pertama kita."

Dengan langkah yang pasti, mereka berdua berangkat menuju Silvershade, tempat di mana Varic dan takdir mereka menunggu.

Pagi pertama di Akademi Waktu yang baru terasa penuh dengan harapan dan ketegangan. Meskipun hanya sebuah gubuk kayu yang sederhana, terletak di tengah hutan Silvershade, tempat ini kini memegang peranan yang sangat besar dalam perjalanan dunia Aetheris. Di luar, kabut tipis masih menyelimuti pepohonan tinggi yang mengelilingi bangunan kecil itu, memberikan kesan bahwa tempat ini benar-benar tersembunyi dari dunia luar. Hanya mereka yang memiliki pemahaman tentang waktu yang akan bisa menemukan jalan menuju akademi ini.

Araneth dan Alian berdiri di depan gubuk kayu yang sederhana namun memiliki aura yang kuat, seakan tempat ini sendiri sudah mulai mengeluarkan energi yang sangat kuno. Mereka telah menghabiskan malam pertama mereka di sini, bersama dengan Varic, yang kini mulai memahami sedikit tentang takdir yang menyertainya.

Varic, meskipun ragu dan bingung dengan segala yang terjadi, merasa ada ikatan yang tak terjelaskan antara dirinya dan tempat ini. Darah Aric yang mengalir di tubuhnya, serta kata-kata Seraphis, mulai membuka sebagian pemahaman di dalam dirinya. Namun, ia belum sepenuhnya siap untuk menerima kenyataan bahwa dirinya adalah bagian dari perjalanan besar yang bisa mengubah nasib dunia Aetheris.

"Hari pertama," kata Araneth sambil menatap hutan yang sepi di sekitar mereka. "Ini baru awal. Kita harus memastikan semuanya siap sebelum para calon murid pertama datang."

Alian mengangguk setuju. "Kita harus menjaga agar tempat ini tetap tersembunyi. Keberadaan akademi ini harus tetap menjadi rahasia, sampai para calon penjaga waktu yang benar-benar terpilih datang."

Varic yang berdiri di samping mereka, menatap gubuk kayu itu dengan tatapan bingung. "Aku masih tidak mengerti," ujarnya dengan suara pelan, "Kenapa aku?"

Araneth menatapnya dengan lembut. "Karena darahmu memiliki potensi besar, Varic. Darah Aric, pelayan Akademi Waktu yang setia. Itu berarti kamu memiliki kemampuan untuk menyambungkan kembali dunia ini dengan Akademi Waktu."

Varic menghela napas, mencoba mencerna kata-kata itu. "Aku hanya seorang anak desa. Bagaimana aku bisa mengerti tentang waktu? Apalagi, aku tidak merasa seperti seorang penjaga."

"Itulah tugas kami," kata Alian sambil menepuk bahunya. "Kami akan membimbingmu. Kami tidak mengharapkanmu langsung menguasai semuanya. Tapi kita akan belajar bersama, dan dari sana kita akan tahu apa yang harus dilakukan."

Di dalam gubuk kayu, suasana sudah mulai terasa berbeda. Meskipun sederhana, tempat ini sudah disiapkan untuk pelajaran pertama. Ada beberapa meja kayu kasar, kursi-kursi sederhana, dan sebuah papan tulis besar yang hampir tak terlihat oleh mata yang tidak terlatih. Di sudut ruangan, sebuah meja kecil dengan berbagai artefak temporal dan buku-buku kuno yang baru saja mereka bawa dari Akademi Waktu terletak rapi.

Varic melangkah masuk dan menatap buku-buku itu dengan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Apa semua ini?" tanyanya, mendekati meja itu.

"Ini adalah pengetahuan yang akan kita pelajari bersama," jawab Araneth. "Buku-buku ini berisi tentang waktu, bagaimana ia mengalir, bagaimana kita bisa memanipulasinya, dan bagaimana menjaga keseimbangan temporal agar dunia ini tetap berjalan dengan lancar."

Alian menambahkan, "Namun, sebelum kita masuk ke materi yang lebih dalam, kita harus memastikan bahwa kamu siap. Tidak semua orang bisa memahami waktu seperti yang kita lakukan."

Mereka semua duduk di meja kayu yang sederhana itu, dengan Varic di tengah-tengah mereka. "Hari ini, kita akan memulai dengan dasar-dasar Akademi Waktu," kata Araneth. "Kita akan mulai dengan memahami apa itu energi waktu, dan bagaimana ia mengalir melalui dunia ini."

Varic mengangguk, meskipun ada keraguan yang masih ada di dalam dirinya. Ia merasa bahwa ia baru saja memulai perjalanan panjang yang penuh dengan hal-hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Araneth membuka salah satu buku kuno yang ada di meja. Halaman pertama memuat gambar-gambar yang menggambarkan alur waktu yang rumit, seperti cabang-cabang takdir yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Ia mulai menjelaskan kepada Varic dengan penuh kesabaran.

"Waktu, seperti yang kamu lihat di sini, bukanlah sekadar aliran linier. Ia seperti sebuah aliran energi yang dapat dipengaruhi oleh berbagai kekuatan. Para penjaga waktu di Akademi Waktu dulu dilatih untuk memahami dan mengendalikan aliran ini."

Varic menatap gambar-gambar itu dengan bingung, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang mulai merasakan resonansi dengan penjelasan itu. Seolah-olah, bagian dari dirinya sudah lama mengenal semua ini, meskipun ia tidak pernah mempelajarinya sebelumnya.

"Apakah kamu bisa merasakannya?" tanya Araneth, menyadari perubahan halus pada ekspresi Varic.

Varic mengangguk pelan. "Entahlah. Sepertinya ada… sesuatu yang familiar tentang ini."

"Itu adalah tanda pertama," kata Alian dengan senyum tipis. "Kamu mulai membuka hubunganmu dengan energi waktu."

Namun, meskipun ada pemahaman yang mulai terbentuk dalam diri Varic, hari pertama ini tidak berjalan tanpa tantangan. Ketika mereka melanjutkan pelajaran, sebuah distorsi kecil mulai terjadi di sekitar mereka, sebuah gangguan dalam energi temporal yang muncul tiba-tiba. Sebuah kilatan cahaya melintas di udara, dan suara gemuruh halus terdengar dari kejauhan, seolah-olah dunia itu sendiri sedang mencoba beradaptasi dengan keberadaan mereka di sini.

Araneth dan Alian berdiri dengan waspada. "Ini tidak baik," kata Alian, matanya menyapu ruangan dengan cermat.

"Sesuatu terganggu," Araneth menambahkan, memusatkan perhatian pada kilatan cahaya yang menghilang begitu cepat. "Ini adalah pertanda bahwa kekuatan yang kita bangkitkan mungkin sudah menarik perhatian lebih dari sekadar dunia ini."

Varic menatap mereka dengan cemas. "Apa yang sedang terjadi?"

"Kita baru saja memulai," jawab Araneth dengan serius. "Mungkin ada kekuatan yang belum terbangun sepenuhnya, dan sekarang kita harus berhati-hati."

Hari pertama di Akademi Waktu baru saja dimulai, dan meskipun terlihat sederhana, distorsi temporal yang terjadi menunjukkan bahwa jalan mereka menuju pemulihan dunia Aetheris tidak akan mudah. Dunia ini sepertinya sudah mulai merespons kehadiran mereka, tetapi pertanyaan besar tetap ada: Apa yang sebenarnya menunggu mereka di masa depan?