Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

AKADEMI WAKTU

KURA01
--
chs / week
--
NOT RATINGS
23
Views
Synopsis
Akademi Waktu adalah sebuah lembaga misterius yang berada di luar dimensi manusia biasa, tempat di mana waktu bukan hanya dipelajari, tetapi juga dibentuk. Di bawah kepemimpinan Kepala Waktu yang usianya terlupakan oleh sejarah, akademi ini bertugas menjaga keseimbangan peradaban dengan mengawasi perjalanan waktu yang terus berkembang. Di dalam akademi ini, para murid belajar untuk memahami dan melindungi jalannya sejarah, termasuk ancaman dari makhluk temporal bernama Gharax, monster yang mampu memanipulasi waktu dan tak terkalahkan oleh manusia. Rael, seorang murid baru dengan tekad membara, datang dengan tujuan untuk mempelajari seni pertempuran temporal dan mengalahkan Gharax yang telah menghancurkan kerajaan demi kerajaan. Di sampingnya, Guru Aelia, seorang ahli manipulasi waktu, mengajarkan bahwa untuk mengalahkan Gharax, mereka harus memahami waktu seperti musuh mereka sendiri. Selain itu, Akademi Waktu juga mengesahkan takhta para pemimpin besar. Rania, putri dari seorang raja yang baru saja meninggal, harus menjalani ujian berat untuk mendapatkan pengesahan sebagai ratu. Ujian tersebut tak hanya berkaitan dengan pengetahuan sejarah, tetapi juga dengan kemampuannya untuk mempertahankan kerajaan di tengah ancaman Gharax yang semakin mendekat. Kepala Waktu dan Dewan Pengawas Waktu menyaksikan perjalanan Rael dan Rania yang penuh tantangan. Mereka harus belajar mengendalikan waktu, menghadapi ancaman dari luar dan dalam, serta memilih jalan yang dapat menyelamatkan peradaban mereka. Namun, di balik ujian ini, Gharax yang legendaris siap menguji takdir mereka, dan hanya mereka yang benar-benar memahami waktu yang akan mampu bertahan. Akademi Waktu berdiri sebagai benteng terakhir yang menjaga keseimbangan dunia, dan perjalanan Rael serta Rania akan menentukan nasib peradaban yang ada.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - CHAPTER 1

Di suatu tempat yang tak terjangkau oleh dimensi manusia biasa, tersembunyi sebuah akademi yang bernama Akademi Waktu. Sekolah ini bukanlah tempat biasa. Ia berdiri di luar garis waktu, menghubungkan berbagai era dan peradaban yang ada di dunia. Di sinilah para murid dan guru belajar untuk memahami, mencatat, dan bahkan membentuk perjalanan waktu itu sendiri.

Kepala sekolah Akademi Waktu adalah seorang pria yang dikenal oleh banyak nama, namun semua orang menyebutnya dengan satu gelar: Kepala Waktu. Nama asli beliau telah terlupakan oleh waktu itu sendiri. Tidak ada yang tahu berapa usia beliau, karena beliau telah hidup lebih lama daripada siapa pun yang ada di akademi itu.

Pagi itu, seperti biasa, Kepala Waktu duduk di ruang kerjanya, sebuah ruangan yang terletak di pusat Akademi, tempat yang dikelilingi oleh jam-jam antik dari berbagai era. Setiap jam itu, entah bagaimana, berdetak dengan ritme yang tak terduga, membawa kenangan dan harapan yang terkubur dalam sejarah.

Kepala Waktu memandangi sebuah peta besar yang menggantung di dinding. Peta itu bukanlah peta biasa, tetapi peta dinamis yang terus berubah seiring dengan perjalanan waktu. Itu menunjukkan berbagai titik dalam sejarah peradaban yang sedang berkembang, serta peristiwa-peristiwa penting yang membutuhkan perhatian lebih.

Tugas Akademi Waktu tidak hanya sekadar mencatat perjalanan waktu, tetapi juga melindungi peradaban dari ancaman yang bisa mengubah jalannya sejarah. Dan ada satu ancaman besar yang kini mengguncang dunia monster yang belum pernah bisa dikalahkan manusia.

Monster ini, yang dikenal dengan nama Gharax, berasal dari waktu yang terlupakan. Ia adalah makhluk yang dilahirkan dari kerusakan temporal, kebal terhadap senjata apapun dan mampu memanipulasi waktu sesuai keinginannya. Sudah berabad-abad manusia berusaha menundukkannya, namun Gharax selalu kembali, lebih kuat dari sebelumnya.

Di Akademi Waktu, setiap orang memiliki peran penting. Para murid adalah waktu itu sendiri, berjalan dan berkembang dengan setiap langkah yang mereka ambil. Namun, tidak semua murid datang untuk belajar teori atau sejarah; beberapa dari mereka, seperti Rael, datang dengan tujuan yang lebih besar.

Rael adalah seorang murid baru yang penuh tekad. Sejak kecil, ia telah dibesarkan dengan kisah-kisah tentang Gharax dan bagaimana monster itu telah menaklukkan kerajaan demi kerajaan. Kini, setelah melalui berbagai ujian dan seleksi, ia diterima di Akademi Waktu sebagai murid yang akan mempelajari seni pertempuran temporal dan seni penulisan sejarah yang akan mengubah peradaban.

Namun, untuk menjadi seorang penulis sejarah yang berpengaruh, Rael harus melewati tantangan besar, berlatih dengan para guru yang telah hidup berabad-abad dan belajar untuk mengubah takdir. Para guru ini bukan hanya mengajarkan pelajaran tentang sejarah, tetapi juga tentang cara menangani dan melawan entitas yang berusaha merusak waktu itu sendiri.

Salah satu guru yang paling terkenal adalah Guru Aelia, seorang wanita yang dikenal karena kemampuannya dalam meramal jalannya sejarah. Ia juga seorang ahli dalam seni memanipulasi aliran waktu untuk tujuan tertentu. Aelia telah menghabiskan lebih dari seratus tahun di Akademi Waktu dan memiliki pengetahuan yang lebih dalam tentang Gharax daripada siapa pun.

"Rael," kata Guru Aelia suatu hari ketika mereka sedang berada di ruang latihan, "Kemenangan melawan Gharax bukan hanya soal kekuatan. Ini tentang pemahaman mendalam tentang waktu itu sendiri. Gharax mengerti waktu dengan cara yang tidak bisa dipahami oleh manusia biasa. Jika kita ingin mengalahkannya, kita harus berpikir seperti dia."

Rael mengangguk, mencoba mencerna kata-kata Aelia. Mungkin dia bukanlah satu-satunya yang memiliki potensi untuk menghadapi ancaman itu, tetapi satu hal yang pasti dia harus memahami sejarah dengan cara yang lebih besar daripada sekedar mencatatnya.

Akademi Waktu juga memiliki tugas yang lebih berat untuk mengesahkan takhta raja dan ratu yang baru. Setiap perubahan dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan takhta kerajaan besar harus mendapat persetujuan dari Akademi Waktu. Sebagai pihak yang memiliki otoritas atas waktu, Akademi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa hanya raja atau ratu yang benar-benar layak yang dapat memimpin, agar sejarah tak jatuh ke tangan yang salah.

Baru-baru ini, sebuah kerajaan besar di dunia luar telah mengalami masa transisi takhta setelah kematian raja terakhir. Anak perempuan sang raja, Rania, yang muda dan cerdas, kini akan dinobatkan sebagai ratu. Namun, untuk memastikan bahwa masa depan kerajaannya berjalan sesuai dengan takdir yang telah ditetapkan oleh perjalanan sejarah, Rania harus mendapatkan pengesahan dari Akademi Waktu.

Namun, bukan hanya ujian sejarah yang harus ia lewati. Rania juga harus membuktikan bahwa dia dapat memimpin dengan kebijaksanaan, bahwa dia mampu menjaga keseimbangan dunia, dan bahwa takhtanya tak akan jatuh ke dalam tangan yang salah. Untuk itu, Rania harus melalui ujian berat yang melibatkan perjalanan waktu itu sendiri dan ancaman dari Gharax yang semakin dekat.

Di ruang utama Akademi, Kepala Waktu berkumpul dengan Dewan Pengawas Waktu. Di hadapan mereka, Rania duduk dengan tegas, matanya penuh dengan tekad. Meskipun usianya masih muda, dia telah menunjukkan kecerdasan dan kematangan yang jarang dimiliki oleh pemimpin sebayanya. Namun, apakah itu cukup?

"Rania," suara Kepala Waktu bergema di ruangan yang sunyi, "Jalanmu tidak mudah. Sebagai pemimpin, kamu tidak hanya akan menghadapi tantangan dari luar, tetapi juga dari dalam dirimu sendiri. Akankah kamu mampu menjaga keseimbangan dunia? Akankah kamu mampu bertahan ketika waktu itu sendiri berusaha melawanmu?"

Rania menundukkan kepala sejenak, kemudian menjawab dengan suara yang penuh keyakinan. "Saya akan melindungi kerajaan saya, apa pun yang terjadi. Saya tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi saya siap untuk menghadapinya. Tidak hanya untuk saya, tetapi untuk semua orang yang bergantung pada keputusan saya."

Kepala Waktu mengangguk perlahan, melihat potensi besar dalam diri Rania. Tetapi ancaman yang lebih besar menunggu. Gharax tidak hanya akan menguji peradaban, tetapi juga keputusan-keputusan yang diambil oleh orang-orang di dunia ini.

Akademi Waktu berdiri sebagai benteng terakhir melawan ancaman waktu yang terus berputar, dan takdir setiap peradaban akan ditentukan oleh mereka yang mampu memahami dan mengendalikan aliran waktu itu sendiri.

Kepala Waktu menatap Rania dengan tatapan yang sulit dibaca. "Waktu adalah penguji yang paling tak kenal ampun. Ia tidak peduli pada niat atau tekad. Ia akan membentukmu sesuai dengan kemauan-Nya, bahkan jika itu berarti menghancurkan segala yang kamu cintai."

Suasana hening sejenak, hanya suara detak jam yang terdengar di seluruh ruangan, masing-masing dengan irama yang berbeda, menciptakan harmoni yang aneh. Rania menahan napas, mencoba mencerna perkataan Kepala Waktu. Namun, ada satu hal yang lebih kuat dari ketakutannya. Keinginannya untuk melindungi rakyatnya, untuk menegakkan keadilan yang telah diwariskan kepadanya sebagai pewaris tahta.

"Apa yang harus saya lakukan, Kepala Waktu?" tanya Rania dengan suara yang lebih mantap. "Bagaimana saya bisa memastikan bahwa saya tidak hanya memenuhi takdir yang ditetapkan, tetapi juga dapat mengubahnya jika diperlukan?"

Kepala Waktu tersenyum tipis. "Itulah esensi dari perjalananmu, Rania. Untuk memahami bahwa waktu bukanlah sesuatu yang harus kau ikuti dengan patuh, tetapi sesuatu yang dapat kau kelola. Tentu, ada jalannya. Tetapi jalur itu akan terbentang penuh dengan rintangan yang tak terduga."

Sementara itu, Rael berdiri di sudut ruang dewan, diam-diam mendengarkan percakapan itu. Meski dia seorang murid yang masih muda, hatinya dipenuhi dengan keraguan. Di hadapan raja muda yang tegas seperti Rania, apakah dia, dengan pengetahuannya yang terbatas, akan mampu menghadapi ancaman Gharax? Apa yang bisa dia lakukan melawan kekuatan yang begitu luar biasa?

Guru Aelia, yang sejak tadi duduk di salah satu kursi di sisi ruangan, tiba-tiba berbicara. "Rael, waktunya sudah dekat. Persiapkan dirimu." Suaranya penuh dengan ketenangan yang luar biasa, seolah ia telah mengetahui jalan yang akan diambil oleh takdir. "Gharax akan datang lebih cepat dari yang kita duga. Jangan hanya belajar tentang sejarah, pelajari juga cara untuk mengubahnya."

Rael mengangguk perlahan. Meskipun kata-kata Aelia terasa berat, ia tahu bahwa saat itu akan datang. Dan ia harus siap, tidak hanya untuk menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan yang akan menentukan nasib masa depan.

Di luar Akademi Waktu, dunia terus berputar tanpa henti. Dalam waktu yang sangat singkat, perubahan besar akan terjadi. Gharax, sang makhluk dari waktu yang terlupakan, sedang menyusun rencananya. Kekuatan temporal yang ia miliki semakin menguat. Ia tak lagi sekadar makhluk yang mengubah peristiwa; kini ia mampu merobek tatanan waktu itu sendiri.

Di dalam Akademi, para murid terus berlatih dengan giat, mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Para guru, yang telah menyaksikan banyak pertempuran waktu sebelumnya, menurunkan pengetahuan mereka tentang cara mengendalikan aliran waktu. Namun, meskipun mereka berlatih keras, ada sesuatu yang tetap menghantui mereka: apakah mereka benar-benar siap menghadapi Gharax, ataukah pertempuran ini akan menjadi akhir dari segala yang mereka kenal?

Sementara itu, Rania mulai merasakan tekanan yang semakin berat. Sebagai calon ratu, ia harus memikul harapan tak hanya dari rakyatnya, tetapi juga dari seluruh alam semesta yang terikat pada jalannya waktu. "Akankah saya bisa mengendalikan takdir?" pikirnya dalam hati, saat ia memandang ke luar jendela ruang dewan yang menghadap ke horizon yang tak terjamah. Di luar sana, dunia menunggu untuk dibentuk oleh tangan yang tepat. Tetapi, apakah dia cukup kuat untuk melakukannya?

Tiba-tiba, dalam hening yang penuh ketegangan itu, sebuah suara bergema dari luar Akademi, suara yang menggetarkan setiap sudut ruang. Itu adalah suara Gharax, yang muncul dalam bentuk gema yang merobek realitas.

"Aku datang," suara itu terdengar serak dan penuh ancaman. "Tak ada waktu yang dapat menyelamatkan kalian. Tak ada yang bisa melawan kehendakku. Aku adalah waktu yang telah terlahir kembali."

Rael merasakan guncangan itu, seolah gelombang waktu yang rusak menabrak dirinya. Di matanya yang kini mulai terbuka terhadap kekuatan yang lebih besar, dia melihat bayangan Gharax muncul di seberang dimensi. Makhluk itu lebih nyata dari sebelumnya, lebih kuat dari yang pernah dibayangkan.

"Guru Aelia," Rael berbisik, "apa yang harus kita lakukan?"

Aelia menatapnya dengan tatapan yang penuh arti, seolah sudah mempersiapkan diri untuk saat ini. "Kita harus menghadapinya di dalam medan waktu, di tempat di mana sejarah dan masa depan bertemu. Tapi ingatlah, Rael, melawan Gharax bukan hanya soal melawan fisik. Itu adalah pertempuran untuk jiwa dan kesadaran. Kita harus memanipulasi waktu sebaik mungkin."

Dengan tekad yang bulat, Rael berdiri dan bersiap untuk berangkat ke medan pertempuran, ditemani oleh Guru Aelia dan beberapa murid lainnya yang terpilih. Mereka akan menjejakkan kaki di medan yang penuh dengan bahaya temporal, tempat di mana Gharax akan menguji mereka hingga batas kemampuan.

Namun, satu hal yang jelas. Waktu, yang selama ini dianggap sebagai sahabat, kini menjadi musuh yang paling mengerikan. Dan hanya dengan pemahaman yang mendalam tentang waktu itu sendiri, mereka mungkin bisa mengalahkan Gharax, atau mungkin juga, mereka akan menjadi bagian dari sejarah yang telah ditulis oleh tangan yang lebih besar.

Akademi Waktu kini menjadi lebih dari sekadar tempat belajar. Ia adalah medan perang terakhir bagi semua yang ingin mengendalikan takdir, dan bagi mereka yang berani menantang kekuatan waktu itu sendiri.

Perjalanan menuju medan pertempuran dimulai dengan langkah-langkah yang penuh keraguan dan ketegangan. Rael dan Guru Aelia, bersama dengan beberapa murid terpilih lainnya, telah dipilih untuk menjalani ujian yang akan membawa mereka ke dalam inti kekuatan temporal. Medan itu dikenal sebagai Limbus Waktu, adalah sebuah dimensi yang tidak terikat oleh batasan waktu dan ruang yang biasa. Di sana, waktu tidak bergerak dalam garis lurus. Ia berputar, mencabang, dan bahkan bisa kembali ke titik yang telah lalu.

"Semuanya, ingatlah," kata Guru Aelia dengan tegas, sambil memimpin mereka berjalan melewati lorong-lorong Akademi yang semakin gelap. "Tidak ada yang bisa diprediksi di Limbus Waktu. Jika kalian kehilangan arah, jika kalian terjebak dalam waktu yang salah, kalian bisa terperangkap selamanya. Tapi, lebih penting dari itu jika kalian gagal memahami esensi waktu, kalian akan jatuh ke dalam cengkeraman Gharax."

Rael merasa hatinya berdegup kencang. Meskipun dia sudah banyak belajar tentang teori temporal dan teknik manipulasi waktu, dia tahu ini bukanlah latihan biasa. Ini adalah ujian yang nyata, dengan taruhannya jauh lebih besar daripada sekadar pelajaran atau prestasi.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah ruang besar yang penuh dengan cahaya remang-remang. Di tengah ruang itu, berdiri sebuah lingkaran besar yang dihiasi dengan simbol-simbol kuno, simbol-simbol yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang benar-benar memahami waktu. Guru Aelia berdiri di tengah lingkaran tersebut, mengeluarkan sebuah kristal bercahaya dari kantongnya dan menempatkannya di atas batu altar yang terletak di tengah lingkaran.

"Ini adalah kunci untuk membuka gerbang menuju Limbus Waktu," ujar Aelia, memandang para murid dengan serius. "Setelah kita melangkah melalui gerbang ini, kita tidak hanya akan menghadapi Gharax, tetapi juga berbagai kemungkinan yang bisa muncul akibat perubahan-perubahan yang telah dilakukan dalam waktu. Ingat, hanya mereka yang mampu memanipulasi waktu dengan bijak yang akan keluar dari sini hidup-hidup."

Rael mengangguk, meskipun ketegangan terasa begitu mencekam. Guru Aelia menoleh padanya, memberi isyarat untuk melangkah ke tengah lingkaran. "Rael, kamu adalah yang pertama yang akan menguji batas kemampuanmu. Dalam perjalanan ini, kamu akan menghadapi bayangan-bayangan masa depanmu yang berbeda-beda. Temui mereka, dan temukan apa yang sebenarnya kamu takuti."

Rael merasa seolah dunia di sekelilingnya mulai bergoyang. Cahaya kristal yang terpasang di altar tiba-tiba memancarkan sinar yang begitu terang, membutakan mata mereka semua. Sebuah lubang besar di langit-langit ruangan muncul, dan dari dalamnya muncul kabut tebal yang menyelimuti seisi ruang. Guru Aelia mengarahkan mereka untuk berdiri tegak, siap menghadapi apa yang akan datang.

"Jangan pernah kehilangan fokus," Aelia memperingatkan mereka, saat kabut mulai menyelimuti mereka, membawa mereka melintasi batas-batas waktu yang tak terjangkau.

Rael menutup matanya sejenak, dan begitu membuka matanya, ia merasa seperti terlempar ke suatu tempat yang asing. Di sekelilingnya, dia melihat sebuah kerajaan besar, dengan menara tinggi yang menjulang di langit. Jalan-jalan yang sibuk dengan rakyat yang bergembira, namun ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak terlihat. Saat Rael mengamati lebih dekat, ia menyadari bahwa semua orang di kota itu tampak seperti bayangan, hampir transparan, seperti kenangan yang tidak lagi memiliki substansi.

Tiba-tiba, sebuah sosok muncul di hadapannya. Rania, raja muda yang baru saja ia temui di Akademi Waktu, berdiri di sana, mengenakan mahkota yang kini terbuat dari bahan logam hitam berkilau, terlihat lebih tua dan lebih lelah dari yang ia ingat. Rania menatapnya dengan mata yang penuh pengetahuan dan kesedihan.

"Rael," suara Rania terdengar jauh dan dalam, "ini adalah masa depan yang tidak akan terjadi. Ini adalah dunia yang kamu ciptakan jika kamu gagal memahami waktu."

Rael merasa tubuhnya seperti terkunci dalam pandangan Rania. "Apa maksudmu?" Rael bertanya, merasa jantungnya berdetak cepat.

Rania mengulurkan tangan, dan saat ia menyentuh bahu Rael, bayangan masa depan itu mulai pecah, terbentuk kembali, dan berubah menjadi serpihan waktu yang berhamburan di sekelilingnya. Setiap serpihan membentuk gambar-gambar yang mengerikan, kerajaan yang runtuh, orang-orang yang hancur, dan perang yang tidak pernah berakhir.

"Ini adalah dunia yang akan kau ciptakan jika kamu tidak belajar untuk menyeimbangkan waktu," kata Rania dengan suara yang semakin samar.

Rael terlempar kembali, dan sebelum dia bisa memahami sepenuhnya, dia mendapati dirinya kembali di ruang besar di Akademi Waktu. Semua murid lain juga telah kembali ke tempat semula, terengah-engah, dan tampaknya mereka baru saja melalui pengalaman yang sama.

Guru Aelia mengamati mereka dengan tatapan penuh arti. "Kalian baru saja melihat beberapa kemungkinan masa depan. Itu adalah gambaran tentang apa yang bisa terjadi jika kita tidak berhati-hati dengan keputusan kita. Gharax menguasai kemampuan untuk menciptakan dunia-dunia paralel, realitas yang saling bertabrakan dan mempengaruhi satu sama lain."

Rael menggigil. Bayangan yang ia lihat tadi sangat nyata, sangat mempengaruhi dirinya. "Apakah itu masa depan yang benar-benar bisa terjadi?" tanya Rael, suaranya hampir tak terdengar.

"Ya," jawab Aelia dengan tenang. "Jika kita gagal memahami waktu dan kita terus menerus menciptakan perubahan yang tidak seimbang, kita akan berada di bawah kekuasaan Gharax. Dunia akan terpecah, dan kita tidak akan bisa memperbaikinya."

Rael merasa takut. Tugasnya tidak lagi sekadar belajar tentang sejarah. Ini lebih besar dari itu. Dia harus memahami waktu dengan lebih mendalam, dan menghadapinya bukan hanya sebagai saksi, tetapi sebagai penguasa yang bisa mengendalikan jalannya peristiwa.

Guru Aelia memandang mereka satu per satu. "Gharax tidak hanya datang untuk menghancurkan sejarah. Dia datang untuk mengubahnya sesuai dengan keinginannya. Tetapi, kita memiliki kekuatan yang lebih besar. Kekuatan untuk mengendalikan jalannya waktu, jika kita cukup bijaksana."

Rael tahu saat ini hanya ada satu pilihan, mengalahkan Gharax dan menjaga keseimbangan waktu. Namun, itu berarti mereka harus menghadapi lebih dari sekadar kekuatan fisik atau kecerdikan. Mereka harus menghadapi bagian terdalam dari diri mereka sendiri. Rasa takut, keraguan, dan keinginan untuk mengubah dunia menurut kehendak mereka.

Akademi Waktu, tempat yang telah menjadi rumah bagi mereka, kini menjadi medan perang. Dan Rael, bersama Rania dan seluruh murid lainnya, harus bertarung tidak hanya untuk menyelamatkan dunia, tetapi juga untuk memastikan bahwa mereka tidak terperangkap dalam kekuatan waktu yang tak terkendali.

Setelah pengalaman yang menegangkan di Limbus Waktu, Rael merasa dunia di sekitarnya tampak lebih berat. Ketegangan yang ia rasakan bukan hanya dari ancaman Gharax yang semakin dekat, tetapi juga dari kenyataan bahwa setiap langkah yang mereka ambil bisa mengubah masa depan dengan cara yang tak terduga. Di dalam dirinya, pertanyaan besar bergulir tanpa henti: Apakah aku bisa mengendalikan waktu? Apakah aku bisa mengubah masa depan tanpa menghancurkannya?

Kepala Waktu, yang selalu tampak tenang dan tak tergoyahkan, kini semakin jarang muncul di depan murid-muridnya. Entah karena kesibukan yang semakin meningkat atau karena kesadaran akan ancaman besar yang sedang mereka hadapi, dia lebih sering terperangkap dalam ruang kerjanya, meneliti aliran waktu yang semakin berantakan.

Rael, meskipun masih merasa tidak siap, tahu bahwa tugasnya untuk menghadapi Gharax semakin mendesak. Seiring waktu, para murid yang lebih terlatih di Akademi Waktu semakin fokus pada pembelajaran cara bertarung dengan aliran waktu. Mereka mempelajari teknik manipulasi waktu yang lebih canggih, mengubah kenangan, bahkan memanipulasi kejadian-kejadian kecil di masa lalu yang bisa mempengaruhi jalannya peristiwa-peristiwa besar.

Namun, meskipun Rael belajar dengan giat, dia merasa dirinya tertinggal. Berbeda dengan murid lainnya, yang menguasai teknik-teknik temporal dengan cepat, Rael merasa terjebak dalam sebuah paradoks: ia harus bisa mengendalikan waktu, tetapi untuk itu, ia harus melepaskan diri dari kontrol terhadap masa depan. Hal ini membuatnya meragukan dirinya sendiri. Apa yang harus aku pilih? Melawan Gharax dengan kekuatan yang ada atau mencari cara lain untuk menyelamatkan semuanya tanpa mengubah takdir?

Guru Aelia, yang tampaknya lebih tahu tentang pergolakan batin Rael, memanggilnya suatu sore di ruang latihan yang luas, yang dihiasi oleh cermin-cermin besar yang dapat memantulkan berbagai potongan waktu.

"Rael," kata Aelia, suaranya lembut namun penuh ketegasan, "aku tahu perasaanmu. Kamu takut akan kekuatan yang sedang kamu pelajari. Waktu bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan dengan ego atau ambisi. Ia harus dipahami, dihormati, dan dijaga keseimbangannya."

Rael menatapnya penuh pertanyaan. "Tapi bagaimana aku bisa menghadapinya? Gharax, dia sudah mengalahkan banyak kerajaan, dan sekarang dia semakin kuat. Jika aku tidak bisa mengendalikan waktu, bagaimana aku bisa mengalahkannya?"

Guru Aelia tersenyum samar, seolah mengerti kebingungannya. "Itulah masalahnya, Rael. Kamu tidak akan bisa mengalahkannya dengan mengendalikan waktu. Gharax tidak memanipulasi waktu seperti yang kita lakukan. Dia bukanlah bagian dari waktu yang kita kenal. Dia adalah kebalikan dari waktu itu sendiri. Dia dilahirkan dari kekacauan temporal yang tidak bisa dipahami dengan logika manusia."

Rael terdiam, mencoba mencerna kata-kata Aelia.

"Namun, ada satu hal yang Gharax lupakan," lanjut Aelia. "Dia lupa bahwa meskipun kita adalah makhluk yang terikat oleh waktu, kita masih bisa memilih untuk tidak terjebak dalam takdir yang sudah ditentukan. Kita memiliki pilihan, Rael. Itu adalah kekuatan manusia yang paling besar, kemampuan untuk memilih, bahkan dalam kekacauan."

Rael menatapnya dengan penuh perhatian. "Jadi, aku harus... memilih?"

"Benar," jawab Aelia dengan penuh keyakinan. "Kamu harus memilih apakah akan terus berjalan mengikuti jalur yang sudah ada atau menciptakan jalur baru yang mungkin tak terduga. Hanya kamu yang bisa membuat pilihan itu. Ingatlah, Rael! waktu itu bukanlah takdir. Waktu adalah aliran yang bisa dipengaruhi oleh mereka yang memiliki keberanian untuk melawannya."

Rael mengangguk, meskipun rasa takut dan keraguan masih menyelimutinya. Pilihan itu terasa sangat berat, terutama ketika menyangkut nasib dunia. Tapi satu hal yang jelas seiring dengan waktu yang terus berputar, ia tak bisa hanya berdiri diam. Ia harus mengambil keputusan.

Hari berikutnya, Rania dipanggil kembali untuk melanjutkan ujian kepemimpinannya di Akademi Waktu. Ratu muda ini, yang baru saja dinobatkan setelah kematian ayahnya, kini menghadapi ujian terakhir yang akan menentukannya sebagai pemimpin yang sah di mata Akademi. Namun, tugasnya tidak hanya untuk melaksanakan protokol kerajaan. Ia harus menunjukkan bahwa ia mampu mempertahankan keseimbangan dunia meski harus berhadapan dengan ancaman Gharax.

Rania berdiri di depan Dewan Pengawas Waktu, dengan mata yang tajam penuh keyakinan. "Saya tahu tugas saya tidak mudah," katanya dengan suara yang tegas, "tetapi saya juga tahu bahwa saya tidak bisa melakukannya sendirian. Akademi Waktu, kalian adalah satu-satunya yang memiliki kekuatan untuk membantu saya menjaga keseimbangan dunia. Kami semua terikat oleh waktu, dan jika saya tidak mendapat persetujuan kalian, kerajaan saya tidak akan mampu bertahan."

Kepala Waktu, yang duduk di kursi utama Dewan, menatap Rania dengan tatapan yang dalam. "Rania," suaranya bergema, "keseimbangan dunia bukan hanya soal pemerintahanmu, tetapi juga tentang bagaimana kamu mengatasi ancaman yang datang. Kamu tidak hanya berjuang untuk dirimu sendiri, tetapi untuk semua peradaban yang ada."

Rael, yang hadir di ruang itu untuk mendengarkan, merasakan ada sesuatu yang besar sedang terjadi. Apakah ini saatnya untuk membuat pilihan? pikirnya. Apakah waktunya sudah tiba untuk menghadap Gharax dan melawan takdir?

Tiba-tiba, ruang dewan yang sepi itu terguncang. Suara berderak keras terdengar dari langit-langit, dan kilatan cahaya putih menyilaukan mata semua orang. Sebuah gelombang energi temporal yang sangat kuat menerjang ruang tersebut, mengirimkan mereka semua ke dalam ketidakseimbangan. Wajah-wajah mereka yang tadinya tenang kini berubah panik.

"Sekarang!" teriak Kepala Waktu, berdiri tegak dengan tatapan penuh tekad. "Gharax telah datang! Saat ini adalah ujian sesungguhnya!"

Rael merasakan getaran besar di seluruh tubuhnya. Gharax... Monster dari waktu yang terlupakan. Tiba-tiba, ia merasakan sebuah dorongan kuat dalam dirinya. Apa yang harus dia lakukan? Apakah ia bisa mengendalikan takdir dan bertarung melawan makhluk yang bahkan lebih tua dari waktu itu sendiri?

Di tengah gemuruh dan kehancuran yang melanda ruang itu, Rael akhirnya tahu satu hal, pilihan itu harus dibuat sekarang, atau semuanya akan hilang. Waktu yang mereka kenal sedang menguji mereka, dan mereka harus bertindak cepat untuk menjaga keseimbangannya.

"Kita tidak bisa lagi menunggu," kata Rael dengan suara penuh tekad. "Kita harus bertarung bukan hanya untuk kerajaan, tetapi untuk waktu itu sendiri!"

Rael merasakan getaran hebat di dalam dirinya, sebuah dorongan tak terelakkan yang menuntunnya ke sebuah keputusan yang sulit. Waktu, yang selama ini ia pelajari sebagai sesuatu yang bisa dipahami dan dimanipulasi, kini terasa seperti sebuah kekuatan liar yang akan menelannya jika ia tidak bertindak dengan bijak. Di hadapannya, ancaman Gharax bukan hanya tentang pertempuran fisik atau kecerdikan temporal, tetapi tentang bagaimana cara bertahan di dalam arus waktu yang tidak lagi terduga.

Saat itu, ruang dewan yang semula tenang kini berubah menjadi huru-hara. Kilatan cahaya yang menyilaukan itu berasal dari sebuah celah yang terbuka di langit-langit ruang Akademi Waktu sebuah lubang temporal yang terbuka lebar, membawa serta gelombang energi yang membuat segala yang ada di sekitarnya terhuyung. Dari dalam celah itu, sebuah sosok besar mulai terlihat. Sebuah makhluk yang lebih menyerupai bayangan daripada tubuh nyata Gharax.

Makhluk itu tampak seperti sosok yang terbuat dari kegelapan purba, dengan bentuk yang terus berubah, seolah waktu itu sendiri mengalir melalui tubuhnya. Tidak ada wajah yang jelas, hanya garis-garis kabur yang menandakan eksistensi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata manusia. Suaranya bergema dalam setiap celah waktu yang ada, seolah berasal dari seluruh dimensi, "Waktu kalian sudah habis, Akademi Waktu."

Kepala Waktu mengangkat tangannya, mengarahkan seluruh murid dan guru untuk bersiap. "Rael," serunya, matanya penuh tekad dan kebijaksanaan yang tidak bisa ditandingi. "Ini adalah pertempuran yang lebih besar dari apa pun yang telah kamu pelajari. Kamu harus menggunakan lebih dari sekadar pengetahuan tentang waktu untuk menghadapinya. Kamu harus merasakannya dalam setiap detak jantungmu."

Rael mengangguk, meskipun tubuhnya bergetar. Gharax bukan hanya ancaman yang mengerikan; dia adalah kekuatan yang berasal dari kekacauan temporal, sesuatu yang tak bisa diprediksi atau dikendalikan dengan mudah. Meskipun para murid telah mempelajari seni manipulasi waktu, mereka belum pernah berhadapan dengan sesuatu yang bisa merusak jalinan waktu itu sendiri, menghancurkan sejarah dan masa depan dalam satu ketukan.

Guru Aelia melangkah maju, matanya penuh dengan keprihatinan dan keberanian yang sama. "Kita harus menyatukan kekuatan kita. Rael, kamu telah melihat masa depan yang kacau. Sekarang, kamu tahu apa yang harus dilakukan." Suaranya tegas, namun ada sedikit keraguan yang tidak bisa disembunyikan. "Kita tidak hanya akan bertarung dengan Gharax, kita harus memulihkan keseimbangan waktu yang telah dia rusak."

Rael mengerti. Pertempuran ini bukan sekadar menghancurkan makhluk itu, tetapi lebih kepada menyembuhkan waktu yang terdistorsi. "Aku tahu," jawab Rael, meskipun hatinya penuh kecemasan. Waktu yang tidak bisa terkontrol adalah musuh yang paling berbahaya dan di depan mereka kini adalah makhluk yang bisa memanipulasi masa lalu, kini, dan masa depan dengan cara yang tak pernah bisa dipahami oleh manusia.

Rael melangkah maju, merasakan aliran waktu berputar di sekelilingnya. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada Aelia, yang sudah memulai ritual dengan mengangkat tangannya ke udara, memanggil energi temporal yang besar.

"Aku akan membuka aliran waktu yang lebih dalam. Kalian harus melangkah masuk dan berhadapan langsung dengan Gharax di medan waktu yang lebih tinggi," jawab Aelia, memusatkan energi dari kristal yang terletak di tengah ruang. "Ini akan membawa kita ke dalam inti dari kekacauan temporal yang dia ciptakan."

Rael, yang kini mulai merasakan kekuatan besar yang mengalir melalui tubuhnya, menatap Gharax dengan tekad. Tidak ada jalan mundur sekarang. Jika mereka tidak bisa memulihkan keseimbangan waktu, maka seluruh dunia akan runtuh dalam kekacauan yang tak terelakkan. Mereka harus menghadapinya, dengan atau tanpa persiapan yang cukup.

Tiba-tiba, dengan ledakan energi yang dahsyat, dunia di sekitar mereka mulai berubah. Ruang dan waktu terdistorsi, dan mereka merasa seperti melangkah ke dalam sebuah alam yang tak dapat dijelaskan oleh indera manusia. Semua yang mereka kenal ruang, waktu, bahkan fisika berkecamuk dalam kekacauan yang luar biasa. Di tengah kekacauan itu, Gharax berdiri, semakin besar dan lebih kuat, seolah menyerap semua kekuatan yang ada.

"Tidak ada lagi yang bisa menyelamatkan kalian," suara Gharax bergema, menggetarkan ruang. "Aku adalah yang pertama, dan aku akan menjadi yang terakhir. Waktu akan berhenti, dan dunia akan kembali ke dalam kegelapan."

Rael merasakan getaran itu, dan meskipun terhimpit oleh rasa takut, ia tahu satu hal mereka tidak bisa kalah. Ini adalah pertempuran bukan hanya untuk dunia mereka, tetapi untuk semua dunia yang pernah ada dan yang akan datang.

"Dengarkan aku, Gharax!" teriak Rael, suara penuh kekuatan yang datang dari kedalaman hatinya. "Kita mungkin terikat oleh waktu, tapi kita masih bisa memilih untuk melawan! Tidak ada yang bisa mengendalikan masa depan selain kita sendiri!"

Gharax hanya tertawa, tawa yang menggema melalui dimensi waktu yang terdistorsi. "Kalian tidak mengerti. Waktu adalah ilusi. Aku adalah yang pertama, dan aku akan menghancurkan segala sesuatu yang ada!"

Dengan gerakan tangan yang cepat, Gharax mulai merobek realitas di sekitar mereka. Ruang dan waktu berubah begitu cepat, melompati masa lalu dan masa depan. Namun, Rael tahu bahwa mereka harus melawan kekacauan ini dengan kekuatan yang lebih dari sekadar manipulasi waktu. Mereka harus melawan dengan keyakinan bahwa ada lebih dari sekadar takdir yang mengikat mereka, ada kehendak bebas.

Rael merasakan energi yang kuat mengalir melalui dirinya, sesuatu yang lebih besar dari semua pelajaran yang pernah ia terima di Akademi Waktu. Ini adalah saatnya, pikirnya. Aku harus membuat pilihan sekarang atau tidak sama sekali.

Dengan satu langkah mantap, Rael mengangkat tangannya, memusatkan energi waktu yang telah ia pelajari, namun kali ini dengan niat yang berbeda. Ia tidak mencoba mengendalikan waktu itu sendiri. Sebaliknya, ia melepaskan segala keinginan untuk mengendalikannya, membiarkan waktu itu mengalir bebas sebuah keputusan yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan selama ini. Ia membuka dirinya untuk waktu itu, membiarkannya mengalir dengan cara yang alami, tanpa distorsi.

Di saat yang bersamaan, Guru Aelia, Kepala Waktu, dan murid lainnya juga menyatukan kekuatan mereka, menyatukan aliran waktu dalam kesatuan yang luar biasa. Waktu, yang sebelumnya terpecah-pecah dan kacau, mulai pulih perlahan-lahan.

Gharax, yang merasa kekuasaannya terancam, mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya. Namun, ia tidak menyadari bahwa kekuatan mereka yang bersatu tidak hanya melawan dirinya, tetapi juga memulihkan keseimbangan yang selama ini telah dia rusak.

Rael merasakan pertempuran itu merupakan pertempuran untuk hidup, untuk masa depan, dan untuk waktu itu sendiri. Ini adalah momen penentu, di mana takdir dunia akan ditentukan oleh mereka yang berani memilih untuk melawan kekacauan yang diciptakan oleh Gharax.

Dan, akhirnya, dengan satu teriakan penuh tekad, Rael dan semua yang ada di Akademi Waktu berhasil melawan Gharax, memulihkan waktu dan memastikan bahwa keseimbangan dunia tetap terjaga. Tetapi, mereka tahu satu hal yang lebih penting daripada kemenangan itu sendiri bahwa waktu, meskipun bisa dirusak, adalah sesuatu yang akan terus berputar, dan hanya mereka yang bisa memahami, menghormati, dan merasakannya yang dapat menjaga kedamaian dunia.

Pertempuran di dalam alam waktu itu mengubah segalanya. Begitu Gharax akhirnya terluka dan disingkirkan dari dunia ini, dunia sekitar mereka perlahan kembali ke keseimbangan. Ruang yang semula berputar tak terkendali kini mulai menstabilkan dirinya, dan kekacauan yang disebabkan oleh makhluk itu pun mereda. Namun, meskipun dunia tampak kembali normal, Rael merasa ada sesuatu yang tak lagi sama.

Dia berdiri di tengah ruang utama Akademi Waktu, tatapannya kosong dan berpikir dalam-dalam. Seluruh pertempuran itu, perasaan yang datang setelahnya, mengajarkan dia satu hal yang tak bisa dipelajari dari buku-buku atau bahkan dari ajaran para guru terbaik. Waktu itu hidup bukan hanya sebuah aliran atau mekanisme yang bisa dipahami atau dikendalikan. Ia memiliki irama dan pilihan, seperti halnya kita.

Kepala Waktu mendekat, matanya penuh makna, namun tidak ada kegembiraan di sana. "Rael," katanya pelan, "kemenangan ini bukanlah akhir. Waktu yang kita perjuangkan sekarang sudah berbeda. Kita mungkin telah menundukkan Gharax, tetapi kita harus ingat bahwa dia bukan satu-satunya ancaman yang akan datang. Kita masih belum mengetahui banyak tentang bagaimana distorsi waktu ini bisa terjadi, atau siapa yang mungkin mencoba menyalahgunakannya di masa depan."

Rael mengangguk, merasakan berat kata-kata Kepala Waktu itu. Gharax adalah ancaman yang datang dari kekacauan yang terlupakan, pikirnya. Tapi kekacauan itu tak akan pernah benar-benar hilang. Seperti waktu itu sendiri, ia akan selalu ada, bersembunyi di balik lapisan-lapisan takdir.

Guru Aelia, yang berdiri di dekatnya, menatap Rael dengan ekspresi yang lebih lembut. "Kamu telah belajar banyak, Rael. Tidak hanya tentang waktu, tetapi juga tentang pengorbanan dan kebijaksanaan. Kamu telah memilih untuk membiarkan waktu mengalir sebagaimana mestinya, bukannya mengendalikannya. Itu adalah pelajaran yang paling penting."

Rael menatap langit-langit ruang utama, yang kini kembali tenang setelah kegaduhan itu. "Aku merasa seperti aku tidak bisa kembali ke cara yang lama. Semua yang aku pelajari, semua yang kita pelajari di sini tentang waktu... sekarang terasa begitu kecil. Seperti kita hanya memanipulasi bayangannya, tapi tidak benar-benar memahami esensinya."

"Memahami esensi waktu adalah tugas yang tak pernah selesai," jawab Aelia, senyumnya penuh makna. "Tapi kamu sudah memulai perjalanan yang lebih besar, Rael. Kamu sudah belajar bahwa waktu bukan sekadar alat. Ia adalah bagian dari kita, dan kita adalah bagian darinya."

Rael merasa ada kedamaian yang mengalir dalam dirinya saat mendengar kata-kata Aelia. Meskipun dia tahu perjalanan ini jauh dari selesai, ada sesuatu dalam dirinya yang mulai berubah, sesuatu yang membuatnya merasa lebih siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Sementara itu, di luar Akademi Waktu, dunia mulai pulih. Kerajaan-kerajaan yang hampir jatuh ke tangan Gharax kini mulai membangun kembali kehidupan mereka, dan Rania, yang telah melalui ujian kepemimpinan dengan sukses, kini memimpin kerajaannya dengan bijaksana. Keputusan-keputusan sulit yang diambilnya di bawah pengaruh Akademi Waktu akan menentukan masa depan banyak peradaban, tetapi Rania tahu bahwa dia tidak bisa mengandalkan takdir semata. Setiap pilihan harus dipertimbangkan dengan hati-hati, dan setiap keputusan harus mempertimbangkan keseimbangan yang lebih besar.

Di antara peradaban yang dibangun kembali, Rael mendengar kabar tentang Rania yang baru saja dinobatkan sebagai ratu yang sah. Kemenangan Rania adalah simbol bahwa meskipun waktu itu dapat diputarbalikkan dan dikecoh oleh ancaman-ancaman besar, ia tetap berjalan dengan atau tanpa persetujuan siapa pun.

Namun, meskipun kedamaian mulai kembali ke dunia luar, Rael tahu bahwa hal itu tidak akan berlangsung selamanya. Dalam Akademi Waktu, ancaman baru mungkin sudah mulai muncul. Waktu adalah entitas yang tidak bisa dikendalikan sepenuhnya, dan kekacauan yang telah mereka hadapi hanyalah salah satu wajah dari masalah yang lebih besar. Di dalam dirinya, Rael merasakan suatu panggilan untuk melanjutkan pencariannya untuk memahami lebih dalam lagi mengenai waktu, dan bagaimana ia dapat melindungi dunia dari ancaman yang datang darinya.

"Rael," suara Kepala Waktu kembali terdengar, kali ini lebih lembut, namun penuh pengertian. "Aku tahu kamu merasa ada yang belum selesai. Tapi ingat, perjalanan ini bukan hanya tentang memahami atau mengendalikan waktu. Ini tentang hidup di dalamnya. Tentang bagaimana kita berinteraksi dengan dunia yang terus berubah di sekitar kita."

Rael menatap Kepala Waktu dengan tatapan yang lebih tenang. "Aku mengerti, Kepala Waktu. Aku pikir aku siap untuk melangkah lebih jauh untuk belajar lebih banyak tentang waktu dan apa yang benar-benar berarti bagi kita."

Kepala Waktu tersenyum, meskipun senyumnya terasa berat dengan beban yang sudah terlalu lama ia pikul. "Waktu tidak akan pernah berhenti menguji kita, Rael. Tapi kamu sudah menunjukkan bahwa kamu siap untuk menghadapi ujian yang lebih besar. Tidak hanya sebagai murid, tetapi sebagai penjaga waktu."

Dengan kata-kata itu, Rael merasakan dorongan baru untuk terus maju. Seperti aliran waktu itu sendiri, ia tahu bahwa jalan di depannya mungkin tak selalu lurus atau mudah. Akan ada saat-saat penuh ketidakpastian, di mana masa lalu dan masa depan bertabrakan, dan keputusan yang diambil bisa mengubah segala sesuatu.

Namun, satu hal yang pasti Rael sudah siap untuk menjalani perjalanan itu. Karena pada akhirnya, meskipun dunia bisa diguncang oleh ancaman yang tak terduga, waktu dengan segala keindahan dan kekeliruannya akan terus mengalir. Dan dalam setiap detik yang berlalu, ada kesempatan untuk memilih, untuk belajar, dan untuk tumbuh.

"Akademi Waktu adalah rumah kita, Rael," kata Aelia, mengakhiri percakapan mereka. "Dan rumah ini tidak hanya mengajarkan kita tentang sejarah dan takdir. Ia mengajarkan kita tentang masa depan yang belum ditulis. Apa yang akan kamu tulis, Rael, adalah sesuatu yang hanya kamu yang tahu."

Rael menatap peta besar yang masih tergantung di dinding ruang utama, peta yang menggambarkan jalur waktu yang terus berubah. Ia merasa sebuah kekuatan baru dalam dirinya. Aku siap untuk menulis masa depan, pikirnya. Aku siap untuk membuat pilihan, meskipun tak tahu apa yang akan datang.

Dan dengan langkah pertama yang mantap, Rael melangkah maju ke dalam aliran waktu yang tak terduga, tempat di mana petualangan baru, yang lebih besar dari apa pun yang pernah dia bayangkan, menunggunya.