Chereads / The Merlin's Reincarnation - Earth Book 3 / Chapter 23 - The Merlin's Reincarnation 3 : The Family Part 7

Chapter 23 - The Merlin's Reincarnation 3 : The Family Part 7

(Momen yang hilang)

"ibu aku ingin bertanya" aku menatap ibuku dengan wajah yang panik, soalnya bagaimana ya aku ingin tahu ini.

"apa itu"

"ibu selama ini kemana? dan siapa nama ibu?" tanyaku memulai langsung dengan dua pertanyaan, membuat ibuku kaget dan langsung minum dengan perlahan soalnya tadi dia tersedak saat mendengar pertanyaanku.

"Bagaimana kita menjelaskannya" Ibuku tampak berpikir sambil mencari kalimat yang pas untuk menjawab pertanyaanku.

"pertama nama ibu adalah Victoria Claire Ashbourne kau pasti mengenal dengan sebutan Nyonya Ash itu panggilan ibu" ibuku menjelaskan sambil menatapku dengan wajahnya yang kaku.

Aku pernah mendengar nama Ash tapi enggak di jelaskan secara spesifik siapa Ash itu sendiri, orang-orang hanya mengenalnya dengan wanita cantik dengan rambut ungu yang indah dulu aku sempet berpikir itu ibuku hanya saja jika aku pikirkan lagi mungkin ada orang yang mengecat rambutnya menjadi full ungu dan ternyata benar itu ibuku yang ternyata seorang wanita cantik yang memukai, serius dia di depanku dengan rambut ungu yang indah.

"Dan untuk tempat tinggal ibu, ibu berada di berbagai tempat terkadang karena meneliti suatu hal hanya saja tempat tinggal ibu itu di mansion utama ayahmu yang berada di Northampton" ibuku menjelaskan membuatku kaget.

Masalahnya Mansion utama ayahku di Northampton itu luas banget dan sangat besar, aku memang tidak pernah melihatnya tapi itu sangat megah dan luas aku tidak tau kalo ayahku memberikan mansion besar itu untuk ibuku, terlihat juga dari ini kalo ayah itu sangat menyayangi ibu.

"pasti kau kaget yang Mansion sebesar itu hanya di tinggali oleh ibu, jujur saja ibu juga berpikir seperti itu tapi ayahmu bilang 'ini rumah yang indah cocok untuku jadi kamu tidak boleh menolaknya' dan bahkan di rumah itu sudah ada 10 pembantu yang siap melayani ibu...jadi ibu merasa seperti membebani ayahmu..

Cuma mau bagaimana ya...nikmatin saja soalnya dipaksa dan juga itu sangat nyaman jadi ibu fikir tinggal di mansion itu sangat menyenangkan dengan uang bulanan di atas 3 miliar dan kadang enggak habis.."

Aku kaget ternyata ayah sesayang itu dengan ibu, enggak kaget sih kalo mereka cocok.

"tapi ya...ibu merasa dia berlebihan karena ibu sudah berkerja dan dia malah memberikan vasilitas yang mewah dengan alasan...ibu adalah orang yang dia sayangi" ibu melanjutkan membuatku berpikir jika ayahku adalah orang yang sangat mencintai atau obsesi kepada ibu, dan ibu juga terlihat tidak mempermasalahkan itu.

Malah menikmati yang disuguhi ayah untuk nya, Aku menatap ibuku yang sedang perawatan wajah dengan skincare yang dia gunakan, aku hanya menatapnya dan tiba-tiba saja langsung dipakaikan skincare di wajahku oleh ibuku padahal aku tidak melakukan apapun.

Tapi ini ya...rasanya memiliki ibu, kita bisa merasakan kehangatan seorang ibu dan mendapatkan sosoknya itu.

Aku merasa senang berada di dekat ibuku meski ibuku berwajah kaku dan dingin dia terlihat sangat lembut dan baik.

"kau ini copy paste ku ya?" ibu menatapku dan langsung memegang kedua pipiku dengan kedua tangannya.

"aku tidak tahu" jawabku saat ibuku memegang pipiku dengan lembut.

"mirip sekali aku bingung, coba saja rambutmu tidak seperti laki-laki, kamu pasti akan disebut versi miniku" ibu masih menatapku dengan tatapan tajam.

Memang rambutku pendek karena tidak suka rambut panjang, kepanasan juga kalo rambut panjang.

Tiba-tiba saja ada ketukan pintu membuat ibuku berdiri dan mengambil sesuatu itu surat dari pengadilan.

"pembagian harta?"

"iya sepertinya kemungkinan kamu besok harus siap, nak" ibuku membuka surat dari pengadilan dan membaca surat itu dengan serius.

"loh ada nama ibu" ibu kaget saat melihat ada namanya di berpagian ahli waris.

"boleh aku lihat" aku meminta dengan baik, ibuku memberikan kertas pembagian harta itu kepadaku, aku kaget ternyata ada namaku di urutan kedua sebagai ahli waris yang mendapatkan hampir 30% harta ayah, sedangkan ibu mendapatkan 40% harta ayah, untuk ketiga orang itu hanya mendapat sisanya, wah kebayang seberapa berisiknya mereka bertiga sekarang berdebat karena pembagian hartanya tidak merata sama sekali.

Tapi kalo dipikir mereka bertiga tidak mendapatkan apapun memang harusnya, dari hal yang aku tahu sih Rose sebenarnya pernah menggelapkan beberapa uang kantor ayahku dan ayahku masih baik ingin memberikan 10% hartanya untuk Rose, dan juga Rose adalah orang yang membohongi dunia jika 2 anak itu adalah anak dari ayahku padahal anak dari orang lain.

Semoga saja ada yang adil enggak berat sebelah soalnya takutnya si Rose itu ya..nenek lampir itu mau merebut semua hartanya untuk dirinya termasuk perusahaan.

"ibu sepertinya akan medapat ejekan dari mereka" ibu menatapku dengan wajah kakunya.

"ayolah bu jangan seperti itu" 

Tiba-tiba saja suara ketukan yang berbeda seperti sandi peluit membuat ibuku bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.

"ow...kau lagi" ibuku berbicara mempersilahkan Theo?, masuk ke penginapannya itu.

"oh sudah dapet suratnya" Theo mengambil surat itu dan membacanya dengan serius.

"santai saja aku ikut di sidang ini" Theo seperti memberi sebuah harapan tapi jujur saja aku tidak percaya dengan ucapannya itu.

"oya kau punya apa?" tanyaku menantangnya, terlihat dia menyeringai dan menerima tantanganku, dia membuka retakan dimensi dan mengeluarkan tumpukan berkas yang berukuran 30 cm dan sangat tebal.

"apa ini?" tanyaku dan terlihat ibuku mengambil satu berkas dan membacanya.

"waw..ini berkas penggelapan dana dan juga transaksi pembayaran dokter untuk tutup mulut soal anak kandungnya..ya, dapet dari mana?" ibuku menatap Theo dengan wajah yang kagum jujur saja aku kaget pas ibuku berbicara seperti itu jadi aku membuka satu berkas dan memang ini adalah transaksi gelap Rose dan perbuatan dari ke dua anak Rose itu.

"jangan tahu aku dapet dari mana yang penting keadilan ditegakan" Theo berbicara dengan sangat percaya diri, aku jadi ingin tahu gimana wajah Theo yang pesimis, tapi itu tidak mungkin dia kan memamg selalu di penuhi dengan optimis tapi yang ringan enggak terlalu membara sih.

Cuma ini bagus orang gila peraturan ada di pihak kami jadi kami ada dorongan untuk melawan mereka yang terlalu membara dan merasa dirinya itu harus menerima semua harta waris ayahku, tapi yang jelas.

"kau serius enggak akan di black list sama para penguasa (pemerintah)" ibuku menatap Theo.

"santai aku akan menggunakan bahasa yang halus untuk berbicara dengan para manusia biadap itu..dan mengajari mereka untuk melakukan sesuai dengan peraturan yang tertulis dengan baik" Theo menjawab dengan nadanya yang merasa dirinya bisa keluar dari situasi yang akan merugikannya.

Tapi aku tidak kaget sih soalnya ibu bilang dia kenal Theo meskipun Cuma sebatas kenal tidak terlalu dekat.