(Pertanyaan)
Manusia sampah, serius ini adalah hal sampa yang sering aku lihat dari mausia, mereka tidak merasa bersalah hanya karena membunuh nyawa seseorang, padahal orang yang membayar mereka hanya memberikan dosa pada mereka hanya di tambah bayaran saja biar dosa itu enggak mereka lihat.
"tapi kenapa Tuan mudah sombong itu tidak mati" Jayna menatap Lily dengan tatapan tajam, "kau sudah memasukkan bubuk dari dua obat itu kan?, kenapa dia tidak mati"
"aku tidak tahu ketua, aku sudah memberikan bekalnya pada Tuan muda tapi dia sepertinya tidak memakannya" jawab Lily dengan wajah yang takut.
Ternyata memang untuk harta, aku menatap ponselku yang sudah merekam pembicaraan mereka berdua, aku langsung melempar bekalku ke arah mereka berdua.
"kalo mau matiin orang itu yang bener" kataku sambil menatap mereka dengan wajah sekakmat, tanda mereka akan kalah denganku.
Mereka menatapku dengan wajah yang takut karena sudah ketauan olehku, lagian pikirannya Cuma uang bukan mikir stategi yang mulus agar tidak ketauan, ini mala ketauan memang mereka pikir aku sebodoh itu sampe mereka bisa membohongiku.
"kalian bisa membohongi semua orang, tapi kalian tidak bisa membohongiku, dengan ini ku nyatakan kalian di pecat, hanya saja jika kalian mau memberitau siapa pemimpi kalian aku bisa membuat kontrak kerja kalian bertambah dan tidak membawa bukti-bukti ini di meja hukum.." ucapku mencoba dipercayai meskipun suatu saat nanti aku akan menyeret mereka ke arah hukum dengan alasan aku butuh bukti.
Mereka berdiskusi dengan omonganku tadi semoga saja orang-orang bodoh itu mau menurutiku, kesetiaan mereka itu bisa di bayar dengan uang jadi harusnya mereka mau, meskipun aku harus membayar mereka 20 jt mereka pasti mau, soalnya manusia dengan rendah kesetiaan itu hal yang mudah untuk membodoh-bodohi mereka.
"maaf kami tidak bisa memberitaumu" ucap Jayna membuat pilihan salah.
"jangan seperti itu, kalian mau uang?" aku memegang black cardku terlihat seperti memamerkannya di depan mereka, ayolah tergoda kalian itu hanya ingin harta.
"Nonya Rose" jawab Lily tergoda, aku langsung melangkah mendekati mereka berdua terlihat Jayna kesal dengan Lily.
"kau serius Lily..." Jayna kesal dengan kelakuan Lily yang terlalu kaku dan asal berbicara, Lily tampak merasa bersalah karena langsung membongkar siapa dalangnya.
"bagus terimakasih Lily" aku berjalan meninggalkan Lily dan Jayna.
Aku merasa puas sudah merekam semua pembicaraan tadi, aku berjalan masuk kamar dan menguci pintu kamarku dengan perlahan. Aku langsung menduplikat rekaman suara itu agar ada penganti jika hilang, aku tahu pasti ada yang ingin menghapus rekaman ini atau ponselku penuh dengan pelajaran kan.
Kembali ketahun sekarang, aku menunjukkan bukti rekaman itu di sidang harta waris dengan wajah yang senang. Semua orang mendengar seksama rekaman itu dan berbisik-bisik dengan wajah yang tidak suka kepada Rose, Rose menatapku dengan wajahnya yang sangat kesal.
Pas sekali Theo datang dengan dokumen penting menjatuhkan Rose di depan semua orang, "kau datang di waktu yang tepat?" aku menatap Theo dengan wajah yang senang.
"iya..sepertinya" Theo berbicara dan menatap hakim dengan wajah yang kaku.
Theo dapat menyelesaikan sidang warisan ini tanpa terganggu, serius Theo itu siapa sampai bisa melakukan apapun di tempat yang tidak bisa sembarangan orang lewati, apa dia detektif atau orang yang memiliki wewenang di pemerintahan itu sendiri?. Masih misteri sih bagiku siapa Theo itu, lagian dia tidak pernah memberitau siapa dirinya aku hanya tahu kalo dia adalah orang yang baik, mungkin baik.
Akhir dari sidang meskipun berakhir Rose di bawa ke jeruji besi dengan alasan melakukan korupsi dana perusahaan Oxley sebesar 40 miliar, itu juga karena Theo yang berhasil mencari tahu soal korupsi dana itu, meskipun dulu nenek sempat berbicara soal dana perusahaan cabang yang hilang aku tidak tahu jika itu masuk berita, bahkan tidak ada beritanya.
Sekarang aku merasa Theo ini adalah orang yang perlu diselidiki, Aku masuk ke mobil milih ibuku terlihat ibuku yang menatapku dengan wajah kakunya.
"kau mengawasi Theo ya? " ibuku tahu jika aku meras waspada kepada Theo, ya..bagaimana enggak aku merasa waspada, dia sangat tahu segalanya padahal belum ada berita soal itu, ada sih Cuma beberapa tahun doang dan itu langsung di tutup paksa karena sudah ditemukan pelakunya meskipun itu bukan pelaku aslinya.
"ya..dia sangat, sangat..apa ya kata-kata yang cocok?, itu apa ya?, pokonya dia aneh kenapa dia bisa tahu sesuatu sampai seperti itu" aku berasa skeptis dengan Theo sampai tidak tahu apa yang aku bicarakan.
"Theo memang masih misteri dia itu apa dan mahluk apa dia?, hanya saja jangan terlalu menganggu privasi orang lain" ibuku mengusap kepalaku dengan lembut.
Tapi memang benar sih privasi orang itu jangan terlalu diganggu, aku masih ingat saat bertanya hal pribadi Theo, dia sangat santai menjawab 'tidak' berkali-kali dengan alasan 'jangan ingin tahu hal soal diriku', dia mengatakan itu dengan wajah kakunya, aku bingung kenapa emosi dia stabil sekali sampai aku bingung kenapa dia bisa tidak kesal sama sekali dengan pertanyaanku yang berkali-kali.
###
Beberapa hari yang lalu, "Theo kau ini mahluk apa?" tanyaku kepada Theo yang sedang menatapku dengan wajah kakunya.
"manusia" Theo menjawab jelas dia berbohong membuatku kesal dengannya.
"jawab aku kau ini apa, Theo?" Tanyaku dengan frustasi.
"hanya manusia..." Theo menatapku denbgan wajah kakunya, serius dia sangat menyebalkan saat dia berbohong dan menutupi dia itu siapa, apa dia tidak menggapku teman?.
"ayolah kita kan teman" aku menatapnya.
"teman bukan berarti tahu semua hal privasi yang seharusnya dijaga" Theo menatapku dengan wajah kakunya yang tidak ada rasa frustasi sama sekali, serius emosi dia enggak ada yang ada hanya kestabilan.
###
Kembali ke Waktu sekarang, aku di dalam mobil dengan ibuku yang mengemudikan kendaraannya dengan laju yang normal dan tidak melewati batasan kecepatan. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, lama tidak sekolah membuatku bingung apa yang harus aku lakukan, belajar?, bermain game?.
Mungkin latihan sihir lagi?, aku berpikir bingung dengan apa yang akan aku lakukan.
Aku kembali ke rumah utama ku dengan ibuku yang mengurus perusahaan utama dengan aku yang berada di taman rumah sendirian, sambil membaca buku fisika sambil menikmati angin yang berhembus dengan sangat lembut.
Tiba-tiba saja kakekku muncul dan duduk di sebelahku dengan membawa roti lapis isi daging, ya..kakekku memang sekarang tinggal denganku mengawasiku dan menemaniku di saat ibuku berkerja.
"kau tahu hidup seperti ini itu tidak masalah, menikmati waktu bersama keluarga itu hal yang penting bukan?" kakekku menatapku sambil makan roti lapis isi daging.