Chereads / The Merlin's Reincarnation - Earth Book 3 / Chapter 18 - The Merlin's Reincarnation 3 : The Family Part 2

Chapter 18 - The Merlin's Reincarnation 3 : The Family Part 2

(sihir)

"eh..itu bukannya sekolahmu Xavier?" kakek menatap sebuah berita di televisi dan terlihat sekolahku terbakar dan hampir 10 orang luka ringan dan 2 orang luka berat.

"untung kau enggak kesekolah" Theo menatapku dengan wajahnya yang kaku,

"iya itu benar" jawabku menatap berita itu.

Terlihat sekali kerusakan yang sangat besar yang terjadi di sekolahku, tapi jujur saja aku senang karena tidak sekolah, libur tambahan itu bagus, soalnya hampir setiap hari aku di sekolah dengan alasan 'Xavier, kamu harus mengajarkan fisika ke anak year...' begitu dan aku seperti membuka kelas ttambahan untuk para siswa siswi yang usianya di atasku, mereka juga kebanyakan iri karena aku lebih pintar dari mereka, tapi ya aku nikmati saja.

"Xavier" kakekku menatapku dengan wajahnya yang ramah.

"kamu harus mempelajari buku sihir itu" kakekku menatapku dengan arti sebuah tanggung jawab.

"baiklah aku akan mencobanya" 

"kakek akan melatihmu" kakekku menghampiriku.

"maaf menganggu kalian berdua..sepertinya saya harus pergi " Theo menatapku dan kakekku dengan ramah, tumben sekali dia ramah biasanya cuek.

"iya Theno..mau kemana memang?" kakekku bertanya.

"aku..punya pekerjaan..." Theo mengelak dan terlihat langsung meminum habis tehnya.

Saat Theo sudah membuka pintu aku menahan tangannya.

"hey..hati-hati" ucapku aku tidak tahu kenapa aku mengucap itu ke dia, itu membuatku malu.

"a...ow, iya kau juga semangat belajar sihirnya" Theo mengusap kepalaku dengan lembut dan berjalan pergi ke suatu tempat.

Aku hanya terdiam menatapnya pergi, entah kenapa rasanya seperti dia akan dalam bahaya tapi dia pasti akan baik-baik saja, saat aku menutup pintu dan berbalik aku melihat kakekku menatapku dengan wajah yang 'katanya bukan pacar'.

"ya bukan..dia Cuma teman deket" ucapku yang memerah jujur saja aku saja tidak tahu apa aku suka dia atau tidak, lagi pula lebih baik aku menjalankan tugasku ketimbang melakukan hal yang sia-sia.

"Cuma..temen ya?" Kakekku menatapku dengan nada yang menyebalkan.

"sudahlah kakek, ayo..ajari aku sihir"

"baiklah yang pertama kau harus percaya sihir itu ada" kakek menatapku dengan wajah yang lembut.

"dan coba sebutkan mantra di sini" 

Aku membaca mantra dan terlihat ada mantra yang mudah yaitu 'Aegis Sanctum' yaitu mantra membuat membuat dinding pertahanan selama 5 menit dan dapat di tingkatkan menjadi 1 jam.

"baiklah... Aegis Sanctum" aku mengucapkan mantra dan tidak terjadi sesuatu, ayolah apa aku belum percaya sihir?, aku monolong sendiri membuat kesal karena Sihir tidak keluar dari tubuhku, kakek ku yang menatap dirku yang sedang frustasi mendekat dan mengusap bahuku.

"Xavier, coba jauhkan dulu logikamu dari sihir, ini terdengar aneh tapi jika kau tidak melakukannya kau akan terjebak dengan dirimu yang tidak bisa memenuhi takdirmu" kakek ku berbicara dengan lembut, aku bingung apa aku yang di takdirkan menjadi renkarnasi Merlin itu sendiri, kenapa tidak orang lain karena aku tidak bisa membuang logika ku dengan suatu hal yang aku saja tidak tahu pasti.

"baiklah aku akan berusaha" aku memfokuskan dirku dan berpikir bahwa Sihir itu nyata, Sihir itu nyata..Sihir itu nyata, tapi hasilnya nihil aku tetap tidak percaya sihir, memang aku harus berharap apa hidup bertahun-tahun dengan logika akan membuat kita tidak akan percaya sihir yang memang pada dasarnya tidak di dasari logika, coba saja fikir dari ada dan tidak ada tanpa penyebab yang jelas semua hal di dunia ini pasti ada penyebabnya mau orang bilang itu hantu atau bukan aku akan lebih memilih bahwa hantu itu tidak ada, silahkan mau berargumen tapi aku lebih percaya anomali grafitasi ketimbang hantu yang menggerakan benda.

"kek ini kayaknya enggak bisa" ucapku pesimis, sebenarnya enggak sih Cuma sepertinya aku tidak bisa, tapi masa aku kalah menyerah di sini, itu bukan gayaku.

"kau bisa Xavier, kau hanya belum percayai itu" kakekku masih berusaha membuatku percaya akan sihir tapi gimanapun juga sihir itu aneh.

Aku menatap kakekku dengan wajah yang lesu tanda ingin istirahat, membuat kakekku memperbolehkanku duduk di sofa dengan empuk.

"sebaiknya kamu di sini saja, sampai kamu bisa mengendalikannya" kakekku seperti tahu sesuatu.

"baiklah" jawabku dengan nada yang lelah.

Aku melihat ponselku belum ada jawaban dari ayahku, ayah masih pingsan di rumah sakit semoga saja ayah baik-baik saja, aku tidak bisa melihat ayahku yang kesakitan itu menyedihkan. 

"Xavier..tidur di kamar ayahmu saja" kakek menatapku yang terlihat lelah, ya aku lelah semalaman tidak tidur sampai menjelang pagi rasanya seperti mau mati.

"ya kek"

"di lantai atas di sebelah kiri tangga" 

Aku hanya mengangguk dan berjalan naik, aku melihat tanda nama ayahku di sana dan berjalan mendekati kamar ayah, rasanya seperti aroma ayah menenangkan sekali.

Aku berjalan masuk kamar ayahku dan terlihat ada foto wanita dengan wajah yang kaku tapi sangat cantik, berambut ungu panjang sepertiku dengan mata ungu yang indah.

"ibu?" aku melihat foto wanita itu yang sekisar ada 4 foto, jadi ibuku itu sudah berpacaran dengan ayah sebelum ayah menikah dengan nenek lampir itu ya, tapi bagus sih soalnya ayah enggak mungkin suka sama perempuan bodoh itu hanya membuang waktu, tapi sekarang apa yang dilakukan ibuku ya. Aku berpikir sambil meletakkan tubuhku di kasur ayahku, rasanya empuk dan nyaman aku menikmati setiap aingin yang berhembus dengan nyaman, cahaya yang menyilaukan membuat ruangan ini tampak indah dan nyaman.

Meskipun ini termasuk kamar yang kecil menurutku tapi ini sangat nyaman, aku bisa tidur di sini untuk merebahkan diriku dengan nyaman, rasanya seperti di awan, sepertinya aku tahu kenapa ayahku jadi anak rumahan, kamarnya sangat nyaman.

Aku menutup mataku dengan lembut, dan membuka mataku aku kaget melihat merlin yang ada di depanku.

"kau serius!, jangan mengejutkanku" aku menatapnya dengan kesal.

"maaf..maaf" Melrin menatapku dan duduk di sebelahku saat aku memposisikan diriku untuk duduk.

"sesulitan?"

"jangan bertanya" 

"ayolah aku tahu kau orang yang belum bisa percaya hal magis" Merlin menatapku dengan wajah nya yang ramah.

"itu benar, lah magis tidak cocok untuk orang yang menyukai logika sepertiku" aku menatap jendela yang mengarahkan kepandangan langit berwarna ungu.

"aku tahu tapi kau tahu...kau pasti akan percaya itu meski pun butuh waktu yang lama untuk kau percaya itu untukmu, perlahan itu bagus meskipun waktumu sedikit" Merlin menatapku dengan wajah yang mengatakan akan ada bahaya besar, aku menatapnya dengan wajah yang bingung.

"apa maksudmu dengan bahaya besar?" aku menatap Merlin dengan wajah yang serius.

"pokonya ada dan kau harus siap..waktumu tinggal sedikit dan petualanganmu masih panjang" Merlin menatapku dengan serius.

"hey..jelaskan aku dengan benar" aku menatapnya dengan wajah kesal berusaha menggapai nya tapi aku terbangun di kamar ayahku.

Aku tidak bisa jika harus di beri sebuah kalimat yang seharusnya tidak usah di potong.