Chereads / The Merlin's Reincarnation - Earth Book 3 / Chapter 21 - The Merlin's Reincarnation 3 : The Family Part 5

Chapter 21 - The Merlin's Reincarnation 3 : The Family Part 5

(berita)

Xavier Wirght Jones/ Xavier Austin Oxley

Aku terbangun dengan sangat tidak bagus, karena tubuhku sakit akibat tadi malah yang berusaha keras untuk membangkitkan sihirku.

"sudah bangun?" kakek menatapku yang turun dari tangga sambil mengusap kelopak mataku dengan kasar.

Kakek menghampiri ku dan menarik tanganku yang mengusap kelopak mataku.

"nanti matamu merah jangan seperti itu" kakek berbicara dengan lembut sambil menuntunku untuk duduk di kursi.

Kakekku sedang memasak sarapan dengan melodi yang dia nyanyikan rasa kebersamaan keluarga ini sangat menyenangkan meskipun kurang orang tuaku tapi aku sangat senang menghabiskan waktu dengan kakekku, meski aku merindukan ayahku, semoga saja tidak terjadi sesuatu dengan ayahku.

Aku memakan sarapanku yang sudah jadi dengan sangat lahap, soalnya ini enak sekali, aku sangat ingin tinggal di sini jadinya.

 

###

"kek...aku mau mandi, aku make baju apa?" tanyaku kepada kakeku yang sedang mencuci piring.

"pakai saja baju ayahmu..." kakekku berbicara membuatku berpikir.

Masalahnya baju dalamku bagaimana?, aku kan, aku hanya mengangguk dan naik ke tangga, ya sudah lah ya aku tidak usah sehari bisa kali ya Cuma jorok, iuguhh....

Aku membuka pintu dan kaget melihat sebuah tas sekolahku dan tas pc notebookku yang berada di tempat tidur. 

"Loh siapa yang bawa tasku, perasaan aku Cuma bawa diri sendiri" aku membuka tas sekolahku dan menemukan surat.

Ini aku tahu kamu enggak ada baju ganti, dan aku tahu kamu pasti bosan tanpa ada yang kamu sukai, jadi aku bawakan pc notebookmu.

Semangat 

Theo-

Aku membaca surat itu dan sedikit memerah dengan pengertian Theo kepadaku, dia..dia kenapa peduli sih.

Aku melihat ada bajuku dan beberpaa baju dalamku, apa dia melihat semuanya?, semoga saja dia enggak sampe, duh jangan berpikir negatif dan aku harus mandi saja.

Aku melihat ternyata sabun dan sampoku ada bahkan pasta gigi yang sering aku pakai dia tahu?, ya...ampun apa dia stalker?, enggak mungkin orang yang taat peraturan begitu mikir pasangan dari wajahnya saja taat peraturannya saja keliatan, seperti orang yang akan menghukum orang lain yang bertindak tidak sesuai dengan peraturan.

Dia kejam sih Cuma manis juga.

Aku masuk ke kamar mandi masih dengan memikirkan kepekaan Theo yang berlebihan padaku, aneh sih Cuma terserah aku Cuma mau ini cepat selesai dan berterimakasih padanya, dia baik.

Aku melihat kamar mandi yang masih ada bathtub nya dan memilih untuk merendam diri di bathtub, aku menatap langit-langit kamar mandi dengan wajah yang kaku memikirkan bagaimana caranya memakai sihir dengan baik karena aku bakal menjadi penyihir secara tidak langsung dan aku harus bisa menguasai sihir itu.

"kalo enggak salah ada mantra Sanare Vitae itu mantra yang bisa menyembuhkan luka, hem...ayo kita coba" aku mengambil sebuah pisau dan melukai jariku, sambil mengucapkan mantara Sanare Vitae lukaku kembali sembuh dengan normal dan tidak ada bekas lukanya sama sekali.

"bagus" aku merasa sangat senang karena berhasil.

###

Aku yang selesai berpakaian rapih langsung turun dan kaget melihat kakekku yang terdiam sambil menundukkan kepalanya dengan wajah yang terlihat membawa kabar buruk, aku langsung mendekati kakek ku dan menatapnya dengan wajah yang khawatir.

"kakek kenapa ?" 

"baca ini, Xavier" kakekku memberikan ponselnya dan aku membaca, aku kaget saat membaca pesan 'maaf pasian dengan nama Max Austin Oxley sudah tiada', aku yang membaca itu langsung terkena sebuah pisau besar yang menusukku dengan sangat keras, aku enggak bercanda ini pukulan yang lumayan besar untukku.

"Kek, kita harus hadir, kan?" aku menatap kakekku dengan wajah yang kaku seperti ada yang berat di tubuhku aku tidak tahu apa yang aku rasakan tapi rasanya tidak enak.

"iya ayo kita harus siapin barang sekarang.." kakek langsung berjalan ke kamarnya menyiapkan barang-barangnya, aku juga merapikan 2 tasku dan membawa turun kedua tasku.

Aku dan kakekku menaiki bus untuk ke Oxford meskipun cukup jauh jarak yang di tempuh tapi upacara kematian besok dan di mulai dengan kedatanganku dan kakekku, di perjalanan aku masih memikirkan masa-masa bersama ayahku dan aku sangat kesal kenapa di saat seperti ini harus melihat momen-momen bersama ayahku yang selalu ada di setiap pertumbuhanku.

Aku melihat pemandangan merasa bahwa ini hal yang tidak pernah, aku pikirkan akan terjadi secepat ini dengan keadaan ku yang masih membutuhkan sosok orang tua, ini pasti pembagian harta dan itu yang di harapkan para sampah di rumahku, aku bingung harus berreaksi apa saat melihat mereka senang dengan harta yang di bagikan, aku tahu ayahku tidak akan se-bodoh itu.

###

Pagi hari ini. aku sudah berada di sebuah gereja memakai setelan jas ku untuk menghormati kepergian ayahku, aku hanya diam di kursi paling debat sambil melihat peti matinya yang putih bersih dan indah, tadi aku sempat melihat wajahnya sangat indah tenang dan tentram dan sangat aman.

Aku melihat di sebelah kananku ada kakekku dan di sebelah kiriku terdapat ibu lampir itu dan kedua anaknya yang penjilat, aku hanya menatap kakekku dengan tatapan 'semoga ayah di terima' jawab kakekku dengan gerakan yang menunduk tanda 'amin'.

"di tunggu ya harta warisannya" nenek lampir itu tampak menangis pura-pura di sebelahku dan aku kaget melihat wanita berambut ungu panjang yang indah dengan mata berwarna ungu tua berjalan dengan anggun ke peti mati ayahku.

"itu..ibumu" kakek berbicara membuatku kaget, dia ibuku?, serius bukan aku tidak percaya dia sangat cantik, anggun dan indah.

Ini tipe ayah.., serius ibuku lebih bak dari nenek lampir yang selalu tritmen kulit sampai mengkilat pun kalah ini sama ibuku.

Wanita itu menatapku dan tersenyum lembut sambil berjalan ke bangku kosong di belakang, aku kaget serius seperti ini tu mimpi aku bisa melihat ibuku yang ternyata secantik ini.

"dia cantik kan?" kakek menatapku membuatku menatapnya balik.

"ya..cantik" jawabku akhirnya aku tahu wajah cakepku ini dari siapa.

"kenapa wanita rendahan itu di sini" jawab nenek lampir itu mengejek ibuku.

"bukannya kau yang rendahan perkalian 5 saja enggak bisa, bisanya ngehamburin harta ayahku" ucapku berbicara dengan nenek lampir itu agar dia sadar atas tindakannya, aku serius aku kasian melihat ayahku yang kerja 24 jam untuk memimpin perusahaan nya dan membuat inovasi baru di setiap harinya.

Dan orang ini malah enggak sadar dengan hal itu, jujur saja siapa yang mendidik anaknya seperti ini, kalian para orang tua enggak kasian kehidupan anaknya kedepannya, bakal miskin dan tidak berpendidikan bagus, ya ampun dunia jelek banget ya.

Wanita lapir itu menatapku dengan wajah kesal dan aku hanya menatap dengan tatapan 'sini maju kalo berani'.