Alia duduk di meja kerjanya, memandangi peta lama yang ia dapatkan dari koleksi perpustakaan arkeologi. Peta itu menggambarkan daerah sekitar perkebunan teh tempat Maya dan Johannes bertemu. Peta itu tidak hanya menggambarkan batas-batas tanah, tetapi juga mencatat lokasi-lokasi penting yang menjadi saksi bisu hubungan mereka: kebun teh tempat Johannes bekerja, rumah Maya yang sederhana, dan tempat-tempat rahasia yang mereka kunjungi. Tempat-tempat ini—yang kini menjadi bagian dari sejarah yang terlupakan—mendekatkan Alia pada sosok Maya yang semakin hidup dalam pikirannya.
Di tengah kegelisahannya, Alia mengingat kembali bagaimana dia pertama kali menemukan surat Johannes yang tertinggal di dalam kotak kayu, disimpan begitu lama oleh waktu. Surat itu, yang seharusnya menjadi penghubung antara Maya dan Johannes, seolah-olah berbicara langsung padanya. Ada rasa sakit, kerinduan, dan penyesalan yang begitu kuat. Johannes menulis tentang Maya, dengan segala perasaan yang belum bisa dia ungkapkan secara penuh.
Namun, setelah membaca surat-surat itu berulang kali, Alia merasa sesuatu yang lebih besar sedang tersembunyi di balik kisah cinta mereka—sesuatu yang membuat perpisahan mereka tak hanya menyakitkan, tetapi juga tak terhindarkan.
Alia memutar kursinya, menatap jendela yang menghadap ke halaman belakang rumah yang kini sudah mulai dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Tiba-tiba, seolah ada sesuatu yang menyentuh pikirannya. Cinta mereka tidak hanya hilang karena perbedaan ras atau status sosial, tetapi karena sesuatu yang lebih dalam: pilihan-pilihan sulit yang harus mereka buat, dan konsekuensi dari pilihan-pilihan itu.
***
Pada suatu pagi yang cerah, Alia mengunjungi kembali situs yang pernah dia teliti bersama Pak Wira. Namun kali ini, dia datang dengan tujuan yang lebih spesifik: menemukan lebih banyak tentang perpisahan Maya dan Johannes. Perjalanan ini terasa semakin personal. Dia merasa seolah-olah bagian dari kisah mereka yang belum sepenuhnya terungkap.
Sambil berjalan menyusuri jejak-jejak kuno di situs itu, Alia mengenang cerita-cerita yang ia dengar dari para pekerja lokal. Mereka semua tahu tentang Maya—wanita muda yang begitu cantik dan cerdas, yang meskipun hidup di bawah bayang-bayang penjajahan, tetap memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan memperjuangkan hak-haknya. Namun, mereka juga tahu bahwa hubungan Maya dengan Johannes bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya karena ras dan status sosial, tetapi juga karena keadaan politik yang memaksa mereka untuk bersembunyi dari dunia luar.
Di salah satu sudut situs, Alia menemukan sebuah ruangan kecil yang dulunya digunakan oleh para pekerja untuk beristirahat. Di sana, dia menemukan lebih banyak dokumen yang tampaknya sengaja disembunyikan. Beberapa di antaranya adalah surat-surat yang ditulis oleh Maya. Surat-surat itu bukan untuk Johannes, tetapi untuk seorang teman dekat yang selama ini tak diketahui siapa identitasnya. Alia mulai membaca surat-surat itu dengan hati-hati.
"Johannes datang kemarin. Kami berbicara, seperti biasa, tapi ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya. Dia tampak bingung, seolah tidak tahu lagi apa yang harus dia pilih—antara aku dan tanggung jawabnya kepada negaranya. Aku ingin sekali bisa mengubah segalanya, tapi aku tahu kita tak akan pernah bisa berada di dunia yang sama."
Maya menulis dengan penuh kepedihan, mencurahkan segala perasaannya dalam kata-kata yang penuh dengan ketidakpastian. Alia membaca lebih jauh, semakin paham bahwa hubungan mereka tak hanya dipengaruhi oleh rasa cinta, tetapi juga oleh kesadaran akan posisi mereka di dunia yang penuh dengan ketidakadilan. Maya dan Johannes adalah dua individu yang terjebak dalam situasi yang mengharuskan mereka memilih: melawan dunia yang menghalangi mereka atau melepaskan satu sama lain demi keselamatan.
Setelah membaca surat itu, Alia merasakan beban yang berat. Ternyata, hubungan mereka berakhir bukan karena keinginan mereka, tetapi karena dunia luar yang terlalu besar dan penuh tantangan untuk bisa mereka lawan bersama. Johannes, meskipun sangat mencintai Maya, akhirnya merasa terjepit oleh tanggung jawabnya sebagai bagian dari sistem kolonial. Sementara Maya, meskipun cinta kepada Johannes begitu mendalam, sadar bahwa dia tidak bisa terus bersembunyi di balik bayang-bayang ketidakadilan yang ada.
Alia merasakan bahwa kisah ini bukan hanya tentang kehilangan cinta, tetapi juga tentang bagaimana sejarah seringkali memisahkan orang-orang yang memiliki niat baik. Seperti banyak kisah cinta lainnya yang terhalang oleh kondisi sosial dan politik, kisah Maya dan Johannes adalah pengingat bahwa tidak semua cinta dapat bertahan, terutama jika dunia tidak memberinya kesempatan untuk tumbuh.
***
Setelah beberapa hari melanjutkan pencariannya, Alia semakin yakin bahwa perpisahan antara Maya dan Johannes adalah perpisahan yang menyakitkan namun tak terhindarkan. Alia tahu bahwa mereka mungkin tidak pernah bisa bersatu—bukan karena kurangnya cinta, tetapi karena mereka datang dari dua dunia yang berbeda.
Namun, di sisi lain, Alia juga menyadari bahwa kisah mereka bukanlah kisah kehilangan yang sia-sia. Ada sesuatu yang tetap bertahan di dalam diri Maya, meskipun dia harus melepaskan Johannes. Dalam surat-surat yang ditulisnya, Maya tidak hanya berbicara tentang cinta, tetapi juga tentang bagaimana dia menemukan kedamaian dalam dirinya meskipun hidup dalam ketidakpastian. Maya menerima kenyataan bahwa cinta mereka tidak bisa menjadi kenyataan, tetapi ia tetap berjuang untuk hidupnya sendiri, untuk keluarganya, dan untuk bangsanya. Alia merasa terinspirasi oleh kekuatan dalam diri Maya.
Alia merasa bahwa dia, meskipun hidup di zaman yang berbeda, juga menghadapi banyak tantangan dalam hidupnya. Mungkin tidak ada penjajahan seperti yang dialami Maya, tetapi perjuangan untuk menemukan tempat dalam dunia yang seringkali tak mengerti siapa dirinya tetap ada. Alia tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup dengan penyesalan dan keraguan. Seperti Maya, dia harus belajar untuk menerima bahwa beberapa cinta memang harus hilang, tetapi itu tidak berarti segalanya berakhir. Cinta yang hilang tetap meninggalkan jejak, dan dari jejak itu, bisa tumbuh kekuatan yang lebih besar.
***
Malam itu, Alia duduk di beranda rumahnya, menatap langit yang dipenuhi bintang. Dia merasa sedikit lebih ringan. Mungkin Maya dan Johannes tidak bisa bersama, tetapi kisah mereka akan hidup selamanya, menginspirasi mereka yang berani memilih jalan yang sulit. Alia tahu bahwa meskipun cinta itu hilang, namun keberanian untuk mencintai dan berjuang untuk sesuatu yang lebih besar tetap akan selalu dikenang.
Dan dengan pemahaman itu, Alia menulis di jurnalnya, menutup malam itu dengan kata-kata yang penuh harapan.
"Kadang, kita harus melepaskan apa yang kita cintai, bukan karena kita tidak lagi menginginkannya, tetapi karena dunia ini terlalu besar untuk bisa kita kalahkan bersama. Namun, cinta yang hilang tidak pernah benar-benar hilang. Ia tinggal dalam setiap keputusan, dalam setiap jejak yang kita tinggalkan."