Chereads / LOVE IN TWO ERAS / Chapter 13 - Keterikatan Sejarah

Chapter 13 - Keterikatan Sejarah

Alia membuka jendela ruang kerjanya dan membiarkan angin malam yang sejuk masuk, membawa aroma tanah basah yang khas dari hutan di luar kota. Di bawah cahaya bulan yang lembut, dia duduk di kursinya, merenung, menyusun potongan-potongan cerita yang semakin menjadi lebih hidup dalam pikirannya. Semakin banyak informasi yang dia gali, semakin jelas bahwa kisah Maya dan Johannes lebih dari sekadar kisah cinta terlarang di tengah penjajahan Belanda. Itu adalah kisah tentang perjuangan, pengorbanan, dan sebuah harapan yang tak pernah padam meskipun dunia berusaha menghancurkannya.

Setiap hari, Alia menemukan lebih banyak petunjuk tentang kehidupan mereka. Surat yang ditulis oleh Johannes, yang ditemukan di kotak kayu itu, semakin mempesona pikirannya. Surat itu bukan hanya berisi ungkapan kerinduan, tetapi juga gambaran tentang dunia yang sangat berbeda dari dunia yang ia kenal. Dalam surat-surat itu, Johannes tidak hanya berbicara tentang Maya, tetapi juga tentang masa depan yang penuh ketidakpastian, tentang dilema moral dan politik yang dihadapinya sebagai seorang Belanda yang bekerja di tanah jajahan.

Alia merasa semakin terhubung dengan kisah ini. Ia tak hanya terhanyut dalam cerita cinta Maya dan Johannes, tetapi juga dalam perjuangan mereka. Di satu sisi, Maya adalah simbol dari ketidakadilan yang dirasakan oleh pribumi Indonesia pada masa itu. Di sisi lain, Johannes, meskipun berasal dari penjajah, tampak seperti orang yang mulai meragukan sistem yang ada dan berusaha untuk membuat pilihan yang benar, meskipun itu sulit.

Hari itu, Alia memutuskan untuk kembali ke situs arkeologi yang sudah menjadi tempat penyelidikan utama. Begitu sampai di sana, dia langsung bertemu dengan Pak Wira, kepala tim arkeologi, yang sedang memeriksa beberapa temuan terbaru. Alia membawa beberapa dokumen dan foto-foto tambahan yang telah dia temukan, bertekad untuk mencari tahu lebih banyak.

"Ada apa, Alia? Kamu terlihat serius," tanya Pak Wira, mengamatinya dengan cermat.

Alia duduk di meja yang tersedia dan membuka map berisi temuan-temuannya. "Pak Wira, saya rasa kita sudah menemukan sesuatu yang lebih besar daripada yang kita kira," jawabnya. "Maya dan Johannes, mereka bukan hanya sepasang kekasih yang terpisah oleh zaman. Ada lebih banyak lagi yang harus kita gali."

Pak Wira mengerutkan kening, tertarik. "Apa maksudmu?"

Alia mengeluarkan beberapa foto lama yang ia temukan, termasuk foto-foto yang menunjukkan sebuah pertemuan antara Maya dan Johannes di tengah kebun teh. Dalam foto-foto itu, terlihat jelas keduanya berinteraksi dengan sangat dekat, meskipun dengan ekspresi yang penuh kecemasan, seakan mengetahui bahwa dunia di sekitar mereka akan menghakimi hubungan mereka.

"Ini adalah foto-foto dari masa ketika mereka masih sering bertemu," jelas Alia. "Namun, saya menemukan sesuatu yang lebih menarik—dokumen tentang gerakan perlawanan yang terjadi di daerah ini pada masa itu. Ada kemungkinan bahwa Maya terlibat dalam suatu bentuk perlawanan terhadap sistem kolonial, dan Johannes mungkin terlibat dalam membantu mereka, meskipun dia berasal dari pihak penjajah."

Pak Wira mendengarkan dengan penuh perhatian. "Jadi, menurutmu, hubungan mereka bukan hanya tentang cinta, tetapi tentang perlawanan terhadap penjajahan?"

"Bisa jadi. Saya menemukan catatan tentang sebuah kelompok kecil yang aktif di daerah ini pada tahun 1920-an, yang berusaha untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam beberapa laporan yang saya temukan, nama Maya sering disebut, meskipun dengan sebutan yang tidak langsung. Ada kemungkinan besar bahwa dia adalah bagian dari kelompok ini, atau setidaknya mengetahui tentang mereka," jelas Alia dengan keyakinan.

Pak Wira terdiam sejenak, kemudian mengangguk perlahan. "Jika itu benar, maka hubungan mereka memang lebih dari sekadar kisah cinta pribadi. Ini bisa menjadi bagian dari perjuangan yang lebih besar, yang melibatkan banyak orang di masa itu. Mungkin Maya dan Johannes adalah dua sisi dari perlawanan yang tak terlihat—satu yang berjuang untuk kemerdekaan, dan satu lagi yang mulai meragukan legitimasi sistem kolonial."

Alia menghela napas, merasa beban yang lebih berat menyertai pencariannya. "Saya merasa bahwa kisah mereka lebih dari sekadar sebuah penemuan arkeologi. Ada sesuatu yang mengikat kita dengan masa lalu. Cinta mereka, meskipun tidak mungkin dilanjutkan, mungkin adalah bagian dari perjalanan panjang sejarah Indonesia menuju kemerdekaan."

"Ini adalah penemuan yang besar, Alia," kata Pak Wira. "Kita harus menggali lebih dalam. Jika kamu merasa hubungan mereka berhubungan dengan gerakan perlawanan, kita harus menyelidiki lebih lanjut. Cobalah untuk mencari lebih banyak informasi dari dokumen-dokumen lama atau catatan yang mungkin belum kita temukan."

Alia merasa semangatnya semakin membara. "Saya akan melanjutkan pencariannya, Pak Wira. Saya merasa bahwa kita sedang berada di titik awal dari sebuah pengungkapan besar."

Beberapa hari kemudian, Alia kembali ke ruang kerjanya, membaca dengan cermat catatan-catatan yang dia kumpulkan. Dalam salah satu catatan, dia menemukan sebuah referensi yang menyebutkan kelompok pemuda yang bersembunyi di daerah sekitar perkebunan teh pada tahun 1920-an, berjuang untuk menentang kebijakan kolonial. Nama Maya muncul dalam catatan tersebut, disebut sebagai seseorang yang sering memberi informasi penting kepada kelompok itu. Dalam dokumen lain, ada sebutan tentang Johannes, yang tampaknya memiliki hubungan dengan kelompok ini, meskipun peran pastinya belum jelas.

Alia merasa bahwa ia semakin dekat dengan pemahaman tentang hubungan antara Maya dan Johannes. Namun, satu pertanyaan besar masih menggantung di pikirannya: mengapa Johannes tidak pernah kembali ke Indonesia? Mengapa hubungan mereka berakhir begitu tragis? Apa yang terjadi antara keduanya yang menyebabkan mereka harus berpisah meskipun perasaan mereka begitu kuat?

Hari-hari berlalu, dan Alia semakin tenggelam dalam pencariannya. Semakin dalam dia menggali, semakin jelas bahwa cinta antara Maya dan Johannes adalah bagian dari gambaran yang lebih besar—sebuah cerita yang tak hanya melibatkan dua individu, tetapi juga sejarah bangsa yang sedang berjuang untuk merdeka. 

Malam itu, ketika Alia duduk menatap layar komputernya, sebuah dokumen penting muncul di depan matanya. Itu adalah surat yang ditulis oleh Johannes, yang mengungkapkan rasa frustasi dan kebingungannya tentang masa depan mereka. Di dalam surat itu, Johannes menulis:

"Maya, aku mencintaimu, namun aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan hidup di dua dunia yang berbeda ini. Aku berjuang dengan perasaanku, dan aku berjuang dengan sistem yang ada. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi aku tahu bahwa aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja. Tapi ada begitu banyak yang harus dipertaruhkan."

Alia memandang surat itu dengan hati yang berdebar. Ternyata, pilihan Johannes bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang ketakutannya akan dunia yang memisahkan mereka. Ketakutannya tentang keputusan yang mungkin harus dia buat—untuk memilih antara cintanya kepada Maya dan loyalitasnya terhadap negaranya. 

Sekarang, Alia merasa semakin yakin bahwa dia berada di jalur yang benar. Kisah Maya dan Johannes bukan hanya tentang dua jiwa yang terpisah, tetapi tentang dua dunia yang saling berbenturan, dan tentang pilihan yang harus dibuat oleh mereka yang terjebak di tengahnya.