Chereads / LOVE IN TWO ERAS / Chapter 7 - Berhadapan dengan Masa Lalu

Chapter 7 - Berhadapan dengan Masa Lalu

Maya duduk di samping Johannes, menunggu kata-kata yang telah terbungkam lama untuk keluar. Suasana malam itu semakin tegang. Lampu-lampu di kafe kecil yang mereka kunjungi menyinari wajah mereka dengan cahaya lembut, namun ketegangan yang menyelimuti hati keduanya jauh lebih kuat dari apapun yang bisa diterangi. Maya tahu bahwa setelah ini, tidak akan ada lagi jalan mundur.

Johannes tampak semakin cemas, seolah setiap detik yang berlalu semakin membuatnya sulit untuk mengungkapkan rahasia yang sudah lama ia simpan. Ada keraguan yang tak tertahankan di matanya, dan Maya merasa perasaan itu memancar ke dalam dirinya. Dia ingin sekali memberi kekuatan kepada Johannes, meyakinkan bahwa apapun yang dia katakan, mereka akan menghadapinya bersama. Namun, hatinya juga dipenuhi dengan kerisauan yang tak bisa disembunyikan.

"Aku harus memberi tahu kamu sesuatu yang sangat penting, Maya," akhirnya Johannes berbicara, suaranya terdengar berat dan penuh ketegangan. "Ini tentang keluargaku, sesuatu yang aku sembunyikan dari semua orang, bahkan dari diriku sendiri selama bertahun-tahun."

Maya mengangguk pelan, menyarankan Johannes untuk terus melanjutkan, meski hatinya mulai dipenuhi dengan rasa penasaran yang membuncah. Dia tidak tahu apa yang akan dikatakan, tetapi dia tahu bahwa dia harus mendengarkannya.

"Keluargaku… bukanlah keluarga yang biasa," Johannes melanjutkan, suara lirihnya hampir tenggelam dalam keramaian kafe. "Ada banyak kebohongan yang sudah terbangun sejak lama, dan aku terjebak di dalamnya. Tapi yang lebih buruk adalah… aku tidak pernah bisa benar-benar bebas dari masa lalu itu. Keluargaku punya sejarah kelam yang selalu menghantui setiap langkahku."

Maya menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mencerna kata-kata Johannes. "Apa maksudmu dengan sejarah kelam itu?" tanyanya pelan, suaranya berusaha tetap tenang meski di dalam dadanya ada gelombang kecemasan yang semakin membesar.

Johannes menunduk, jarinya memutar cangkir kopi yang sudah lama tidak diminumnya. "Ayahku dulu terlibat dalam banyak hal yang ilegal, Maya. Kejahatan yang dilakukan secara terang-terangan, tetapi dengan cara yang sangat halus dan terorganisir. Aku tumbuh di tengah-tengah kebohongan dan manipulasi. Dan meskipun aku selalu berusaha menjauh dari itu, terkadang aku merasa seperti tidak bisa lepas dari bayang-bayangnya."

Maya diam, berusaha memahami apa yang telah dikatakan. Dia bisa merasakan betapa sulitnya bagi Johannes untuk mengungkapkan semua ini. Dia tahu bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah sebuah beban yang berat, yang mungkin akan mengubah pandangannya terhadap seluruh kehidupan Johannes. Namun, saat melihat wajah Johannes yang penuh dengan keraguan dan ketakutan, Maya menyadari satu hal yang sangat jelas: Johannes membutuhkan dukungan, bukan penilaian.

"Jadi, keluargamu terlibat dalam kejahatan, tapi apa artinya semua itu untuk kita?" tanya Maya, berusaha untuk menurunkan ketegangan yang melingkupi pembicaraan ini. "Apakah itu berarti aku harus menjauh dari kamu?"

Johannes mengangkat wajahnya, matanya penuh dengan kecemasan. "Aku tidak tahu, Maya. Aku tidak ingin membebani kamu dengan hal-hal ini. Aku takut kamu akan melihatku berbeda setelah mendengarnya. Aku takut kamu akan merasa tidak aman atau merasa terancam."

Maya terdiam sejenak, memikirkan semua yang baru dia dengar. Ada begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya. Tapi, satu hal yang pasti—dia tidak bisa begitu saja meninggalkan Johannes hanya karena masa lalunya. Dia tahu betul bahwa setiap orang punya sisi gelap yang terkadang sulit untuk dihadapi, tetapi itu tidak menentukan siapa mereka sebenarnya. Apa yang lebih penting adalah bagaimana seseorang berusaha menghadapi masa lalunya dan berjuang untuk menjadi lebih baik.

"Maya," suara Johannes bergetar, menariknya kembali dari lamunan. "Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku benar-benar berusaha untuk tidak terjerat lagi dalam dunia itu. Aku ingin hidup yang lebih baik, aku ingin menjadi orang yang lebih baik untukmu. Tapi aku juga harus menghadapinya, dan aku takut itu akan merusak segalanya."

Maya meraih tangan Johannes di atas meja, menggenggamnya erat. "Johannes, aku tidak akan pergi hanya karena masa lalumu. Setiap orang punya masa lalu, dan itu bukan sesuatu yang harus kita lari dari. Apa yang penting adalah bagaimana kita melangkah ke depan bersama-sama."

Johannes menatapnya dengan mata yang mulai berkilau, seolah tak percaya dengan kata-kata Maya. "Kamu tidak takut? Tidak khawatir kalau aku akan membawa masalah itu ke dalam hidupmu?"

Maya tersenyum lembut. "Tentu saja aku khawatir. Tetapi aku juga tahu, kalau kita tidak bisa menghadapi ketakutan itu bersama, maka hubungan ini tidak akan pernah bisa bertahan. Aku memilih untuk percaya padamu, Johannes. Tidak hanya pada masa depan kita, tetapi juga pada dirimu yang sekarang. Jika kamu ingin berubah dan melepaskan diri dari masa lalu, aku akan ada di sana untuk mendukungmu."

Johannes merasakan beban yang berat di dadanya sedikit berkurang. Kata-kata Maya memberi sedikit ketenangan, meski dia tahu bahwa ini bukanlah akhir dari masalah. Masih ada banyak hal yang harus dia selesaikan dengan keluarganya, dengan dirinya sendiri. Namun, yang lebih penting adalah kenyataan bahwa Maya masih ada di sisinya, memberi harapan bahwa mereka bisa menghadapi segala rintangan bersama.

Maya menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi dengan keraguan. "Aku tahu ini bukan hal yang mudah, dan aku juga tahu ini bukan akhir dari masalah. Tapi, mari kita berusaha bersama-sama. Mari kita buat pilihan untuk maju, bukan untuk berlarian dari masalah."

Johannes menatapnya dengan penuh rasa terima kasih. "Kamu benar. Terima kasih, Maya. Aku akan berjuang untuk kita. Aku tidak akan membiarkan masa laluku menghancurkan masa depan kita."

Maya tersenyum dan mengangguk. "Aku tahu kamu bisa melakukannya, Johannes."

Dalam keheningan yang nyaman, keduanya duduk bersebelahan, saling menggenggam tangan, membiarkan waktu berjalan. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi yang lebih penting adalah mereka tidak harus menghadapinya sendirian. Masa lalu mungkin akan selalu membayangi mereka, tetapi selama mereka bersama, mereka percaya bahwa mereka bisa membangun masa depan yang lebih baik, satu langkah pada satu waktu.