Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 42 - Selalu Mencintaimu

Chapter 42 - Selalu Mencintaimu

Rahsya membuktikan artikel di YouTube mengenai manfaat daun rasberry bagus bagi kesehatan, salah satunya diketahui mampu menurunkan tekanan darah.

Setelah daun rasberry direbus hingga layu, air berwarna hijau kekuningan dituangkan kedalam gelas.

"Cobain, enak enggak?" titah Rahsya.

Kehadiran Dimas sengaja dipanggil Rahsya melalui sambungan telepon, sekaligus Dimas mengajak kawan lainnya. Dimas mengambil centong di panci, meniup sabar air herbal untuk diseruput.

"Pahit," ringis Dimas.

"Namanya juga herbal," gumam Rahsya.

"Gue kasihan sama adik, Lo, tambahin madu dua centong biar diminum enggak pahit-pahit banget," usul Dimas.

"Kalau rasanya manis namanya bukan obat, udah lah mending Lo beresin dapur gue," tukas Rahsya membawa gelas beralas Nissin, lalu melenggang pergi meninggalkan orang tangan kanannya.

"Gue dapat apa selesai beresin dapur!" teriak Dimas.

"Lo boleh nikahin adik, gue!"

Sahutan kencang Rahsya di balik sekat ruangan lain menusuk gendang telinga Dimas.

"Adiknya dikorbankan," tergelak Dimas.

...

"Cukup."

Rahsya menaruh gelas di tangan Kevin, beralih mengamati ekspresi meringis wajah Adara sesudah meneguk minuman herbal.

"Ini herbal sepahit apa sampai wajah Lo kecut asem," heran Kevin.

"Cobain sendiri," kata Adara.

Di kursi tempat belajar, ada Gibran tengah galau memetik senar gitar, turut menemani proses penyembuhan Adara.

"Galaunya udah Gib, kasihan hati Lo!" tegur Kinan baru saja kembali gabung ke kamar setelah menunaikan hajat kecilnya di dalam kamar mandi.

Gibran malas menyahut, anteng memainkan gitar sambil bersenandung samar.

"Puah, pahit!" sembur Kevin memuntahkan extra daun rasberry ke dalam gelas.

"Sialan, malah dimuntahin ke gelas," umpat Rahsya.

"Pahit bangsat!" maki Kevin.

"Ya wajar, namanya juga obat. Gue enggak mau tahu, angkat kaki Lo ke dapur, bikin herbal persis buatan gue!" perintah Rahsya.

"Gue enggak hafal gimana cara bikinnya!" protes Kevin.

"Di situ ada Dimas. Dia udah nonton gue rebus daun berry, Lo bisa minta bimbingan dia," ujar Rahsya.

"Apes, kirain gue herbal nya enak!" gerutu Kevin beranjak pergi sambil membawa bekas minum.

"Lo galau kenapa, Gib?" tanya Rahsya tanpa menoleh.

Diam.

Rahsya merusak segel Aqua dan memberikan minuman botol kepada Adara.

"Minum sendiri enggak papa? Aku perlu mencari tahu alasan Gibran galau sepanjang detik," bisik Rahsya.

Adara mengangguk kecil membiarkan Rahsya bangkit dari hadapannya berjalan mendekati Gibran.

"Lo keberatan ada di sini?" layang Rahsya.

Pandangan Gibran tergeser sebentar ke arah Rahsya, kemudian menunduk acuh melanjutkan memetik senar.

"Lo dengar gue bicara?" geram Rahsya.

"Enggak."

Kinan geleng-geleng kepala memerhatikan sikap defensif Gibran.

"Kalau Lo merasa tersinggung dengan tatapan tajam gue waktu di Cafe, gue minta maaf. Gue enggak bermaksud mengusir Lo dari sana, gue cuma enggak suka memergoki Naura dekat-dekat cowok lain," terang Rahsya dengan suara pelan.

"Gue mundur mengikhlaskan Naura untuk Lo jaga, dimusuhin sama Lo, gue ngerasa jadi manusia paling berdosa sejagat raya karena ketahuan muncul barengan dengan istri, Lo. Gue anggap Lo teman, bukan lawan. Sayangnya sudut pandang kita selalu bertentangan menilai satu perempuan yang sama," jelas Gibran memelankan suara agar percakapan sensitif ini tidak kedengaran Adara.

"Kalian udah tumbuh dewasa enggak pantas memperbesar masalah kecil, gue saranin cepat baikan!" lerai Kinan, menepati janjinya kepada Naura untuk berubah menjadi pribadi positif.

"Sorry," ucap Rahsya duluan mengulurkan tangan.

Petikan pada senar gitar terpotong, Gibran menggenggam uluran tangan Rahsya bentuk kesediaannya berdamai.

"Gue juga minta maaf," cengir Gibran.

Cengir khas Gibran mengundang Rahsya dan Kinan ikutan nyengir tanpa sebab. Ketularan.

"Melamun aja Lo, awas kesurupan hantu!" tegur Kevin mencolek bahu Adara.

"Siapa yang melamun? Gue lagi perhatiin itu, tuh, mereka bertiga kenapa cengengesan enggak jelas," tepis Adara menunjuk meja belajarnya dikerubungi Kinan, Rahsya dan Gibran.

"Palingan mereka diskusi hal-hal random. Oh, ya, Bu Salma kemana? Tumben sore ini, gue belum lihat batang hidungnya?" ceplos Kevin.

"Sesat Lo nanya ke gue dari tadi gue diam di tempat tidur, tanyain aja ke Mas Rahsya. Dia pasti tahu ke mana Bunda," delik Adara.

Kevin meletakkan minuman herbal di sudut nakas lalu menghampiri teman-temannya.

"Bu Salma pergi ke mana? Gue cari ke seluruh penjuru rumah enggak ketemu." Kevin mengulang pertanyaan.

"Bunda pergi ke luar, ada urusan penting sama Pak Aksan," jawab Rahsya sekenanya.

"Wih, jangan-jangan Bu Salma dengan Pak Aksan terjebak rasa makanya mulai berani diam-diam ketemuan," tuduh Kevin.

Rahsya menendang sebelah kaki Kevin, seketika ringis kesakitan mengudara dari mulut lelaki bak burung suka membeo itu.

"Saring kata-kata Lo sebelum diucapkan, gue paling enggak suka dengar siapapun menebar sembarang gosip apalagi bahan olokan nya orang-orang terdekat gue," peringat Rahsya.

Kevin mendengus sebal, mengurung keinginan menendang kaki pemuda dikenal pemenang hati Naura Natasha.