Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 36 - Selalu Mencintaimu

Chapter 36 - Selalu Mencintaimu

Mendekati meja registrasi sambil menenteng plastik putih berisi dua kap bubur, pemuda berkemeja hitam menanyakan kamar rawat adiknya.

"Nama pasiennya Adara Lathesia."

Suster mencari satu nama di buku daftar pasien. "Lantai dua dengan pintu kamar nomor 113," jawabnya.

"Makasih."

Rahsya menabrak bahu siapapun yang menghalangi jalannya, kemudian melesak masuk ke dalam lift bersama beberapa orang.

Lift berhenti di lantai dua. Rahsya keluar mendahului orang lain, melanjutkan pencarian pintu dengan flat nomor 113.

Begitu menemukan pintu tersebut, Rahsya memutar handle-nya dan mendaratkan diri di samping Adara yang berbinar menyambut kedatangannya.

"Sekarang selera makan? Mau aku suapi?" kata Rahsya.

"Aku laper mau disuapi Mas Rahsya," angguk Adara dengan senyuman paling manis.

Telapak tangan Rahsya mengacak rambut kepala adiknya. "Lekas sembuh," ucapnya mendoakan.

Bu Salma mengetuk pundak putranya membuat Rahsya menoleh.

"Bunda ingin bicara empat mata denganmu," pinta Bu Salma, melirik pintu sebagai kode.

Rahsya mengangguk, merapikan kembali surai Adara sebelum akhirnya bangkit mengikuti langkah sang bunda menuju luar.

"Mas mengantarkan Naura pulang?" the point Bu Salma.

"Iya."

"Buang-buang waktu," komentar Bu Salma.

"Naura bukan beban, dia adalah istriku," dingin Rahsya menegaskan.

"Dia boleh menjadi istrimu tetapi tidak dengan menjadikannya alasan untuk kamu menolak menyayangi Adara. Ingat Mas, Adara jauh penting daripada Naura. Adikmu sedang tertatih melawan penyakitnya, sementara Naura hidup sehat tak perlu dicemaskan. Kamu harus mengerti mana hal penting dan kurang penting, Bunda tidak melarang mu berjauhan dari Naura maka dari itu berlaku adil menghadapi Adara," terang Bu Salma.

"Papa baru tahu jika Rahsya punya adik perempuan sepantaran denganmu memangnya Adara mengidap penyakit apa?"

"Belum tahu mengidap sakit apa soalnya Adara menolak ketemu banyak orang kecuali bunda dan abangnya kalau Papa mau jenguk Adara, besok kita berangkat sambil bawa bingkisan," jelas Naura.

"Seseorang merasa senang ketika diberi kejutan. Kamu tahu apa saja kesukaan Adara? Kita beli hari ini buat besok bawaan kita saat menjenguknya," cetus Pak Aksan.

"Ide bagus! Dengan begitu, Adara cepat sembuh karena kita memperhatikan makanan favoritnya, tapi ..."

"Tapi?" penasaran Pak Aksan.

"... sayangnya pas masih tinggal di asrama, aku enggak dekat banget sama Adara jadi aku enggak tahu makanan seperti apa kesukaan dia," lirih Naura.

"Coba telpon suamimu pasti Rahsya hafal makanan, barang, dan boneka kesukaan adiknya," sahut Pak Aksan.

"Sayangnya ponsel Rahsya ada padaku," lesu Naura mengeluarkan benda pipih bukan miliknya.

"Takut sekali didua suami sampai segitunya kamu terhadap Rahsya," geleng Pak Aksan.

"Papa salah paham justru sebelum pergi, Rahsya nyuruh aku memegang ponselnya, aku sempat menolak tapi Rahsya maksa. Ya udah, aku terima."

"Rahsya izin pergi ke mana?" lanjut Pak Aksan.

"Ngadem di tempat sejuk. Papa tahu, di perjalanan menuju pulang, aku perhatikan ekspresi Rahsya kusut, pasti kepikiran banget lihat adiknya terbaring di rumah sakit. Awalnya aku mau memarahi dia yang ingin bepergian lagi, namun saat merasakan suasana sedih hatinya, aku sadar enggak boleh egois dan akhirnya memberikan ruang hening untuknya," tutur Naura.

"Putri kecil Papa tumbuh memiliki pandangan bijak, belajarlah setia menemani Rahsya dalam suka maupun duka," pesan Pak Aksan.

Naura menunduk. "Kepindahanku ke Asrama kala itu mengecewakan Papa. Maaf belum menjadi putri membanggakan dan belum mampu memberi kebahagiaan," ungkapnya sendu.

"Papa sudah tidak menyimpan rasa kecewa padamu, lupakan hal-hal jelek waktu silam. Ngomong-ngomong, kita harus mencari tahu kesukaan adiknya Rahsya melalui teman dekat Adara. Kamu tahu siapa orang yang bisa dimintai jawaban?"

"Kinan teman dekatnya Adara tapi aku enggak simpan kontak handphone nya kecuali kita mendatanginya ke Asrama," jawab Naura.

"Ayok menjemput Kinan."

*

"Demi senja! Gue dicari Naura Natasha! Kak Dita mungkin bercanda!" pekik Kinan.

"Di depan gerbang, ada istrinya Rahsya dengan Pak Aksan, mau ditemui atau tidak?" tegas Kak Dita.

"M-mau!"

"Sana turun," titah Kak Dita.

Kinan dilanda kebingungan pasalnya Naura benar-benar menunggunya di gerbang Asrama putri ditemani pria jangkung berjas hitam.

"Selamat sore. Apa kabar, Kinan?" sapa Naura dengan sebaris senyum.

"Lo ... Naura?" ragu Kinan menilai penampilan berbeda perempuan cantik selama ini hilang kabarnya bak ditelan bumi. Kini, muncul menjelma semakin tambah cantik.

"Iya. Aku, Naura Natasha, teman lama kamu," balas Naura.

Kinan terisak memeluk erat perempuan pernah di bully habis-habisan olehnya.

'Makasih Tuhan, udah mengizinkan satu hambamu ini bertemu lagi dengan Naura!' batin Kinan.

Pak Aksan tersenyum haru memperhatikan dua perempuan di masa lalu melepas kangen.

"Pelukan kamu kekencangan aku kesusahan nafas," cicit Naura menepuk-nepuk punggung gemetar temannya.

"Aduh, maaf!" Kinan melerai peluk, mengusap pipi basahnya.

"Kedatangan kita ke sini ingin memberitahukan kepada kamu tentang Adara masuk rumah sakit."

"Apa, Om! Adara masuk rumah sakit!" kaget Kinan.

"Bu Salma dan Rahsya lagi nunggu di sana. Rencana aku dan Papa, besok mau jenguk Adara sambil bawa sesuatu, kamu menjalin pertemanan dengan Adara udah lama pasti tahu seputar kesukaan dia?" Naura mengutarakan maksud awalnya bertemu.

"Lo berencana kasih surprise ke Adara?" beo Kinan.

"Kurang lebihnya gitu," senyum Naura.

"Kinan bersedia jadi pemandu belanja putri saya?" tawar Pak Aksan.

"Sedia, Om!"

...

Boneka kelinci pembelian Kinan mengingatkan Naura pada bando miliknya yang bertelinga kelinci pernah dibelikan Rahsya.

"Adara menyukai kelinci?" cakap Naura sembari mengusap bulu tebal putih boneka.

"Menurut pengakuannya, Adara enggak suka hewan kelinci tapi boneka nya suka," jawab Kinan.

"Kok bisa? Enggak suka hewannya tapi suka boneka nya?" heran Naura.

"Jelas bisa Nau. Orang pertama mengenalkan boneka kelinci, kan, Rahsya," celetuk Kinan.

Jemari lentik Naura berhenti mengusap boneka. Jangan-jangan, Rahsya membelikan aksesoris lucu waktu itu, bermaksud menyamakannya dengan Adara?

"Beres Nau!" seru Kinan.

Lamunan Naura buyar, matanya menyapu semua belanjaan sudah dibungkus kertas hologram dan sebuah keranjang berisi buah-buahan rapi terbalut parsel.

Rahsya mengetuk daun pintu kamar yang terbuka lebar membuat Naura dan Kinan mendongak kompak.

"Kita makan," ajak Rahsya.

Cekatan Naura bangun mendekat.

"Dimas udah nyampe di rumah sakit?" tanya Naura.

"Udah mungkin."

"Kok enggak tahu?" sambung Naura.

"Aku perginya ke tempat lain, bukan balik ke rumah sakit," bohong Rahsya.

Naura menepis kejanggalan di udara kemudian memeluk kangen suaminya, yang seketika di balas hangat oleh Rahsya.