Chereads / Streamer Secret / Chapter 17 - Bab 17

Chapter 17 - Bab 17

Andi terus memfokuskan perhatian pada kedua wanita di hadapannya. Dengan tangan kanan yang sibuk memainkan bagian bawah Marisa, dia merasakan kehangatan yang menggoda. Sementara tangan kirinya menjaga keseimbangan Siska, yang kini semakin bersemangat dalam gerakan naik-turun seperti sit-up, mempererat ikatan mereka.

Marisa menggigit bibirnya, tubuhnya yang masih basah dan panas mengejar gelombang kenikmatan. "Andi… semakin dalam," desahnya dengan suara lembut namun penuh hasrat.

Siska terus bergerak dengan ritme yang semakin cepat, matanya terpejam, menikmati sensasi yang mengalir di sekujur tubuhnya. "Ahh, seperti ini… lebih baik," erangnya lirih sambil terus menggoyangkan pinggulnya, merasakan dorongan Andi yang semakin memuncak.

Andi tak bisa menahan desahan dari kedua wanita di bawahnya, merasakan tubuh mereka yang memeluk erat. "Gila, kalian berdua luar biasa," bisiknya sambil mempercepat gerakan, memastikan setiap dorongan membawa mereka ke puncak kenikmatan.

Sebelum mencapai puncaknya, Andi menarik keluar "rudal" miliknya dengan perlahan. Dengan napas yang memburu, dia meminta kedua wanita itu untuk membuka mulut mereka lebar-lebar, menatap mereka dengan penuh hasrat. Tanpa ragu, kedua wanita itu mematuhi permintaannya, wajah mereka memerah dan penuh dengan gairah.

Andi menyapu cairan hangat miliknya ke dalam mulut keduanya, membiarkan mereka saling berebut untuk menikmati setiap tetesnya. Desahan mereka semakin intens, menegaskan kepuasan yang mereka rasakan. Andi menatap mereka dengan senyum penuh kepuasan, mengagumi betapa dalamnya hubungan yang tercipta di antara mereka.

"Rasanya tak bisa berhenti," bisiknya, matanya penuh dengan keinginan untuk melanjutkan petualangan yang belum selesai.

"Andi kenapa Lo gak keluarin di dalam aja." tanya Siska. "Itu Marisa Lo kasih di dalam."

"Eh,Lo gila ya... Ntar Lo hamil."

"Tapi Marisa bisa lo keluarin di dalam." bantah Siska.

Andi tersenyum tipis mendengar pertanyaan Siska. "Tapi Marisa pakai KB, kamu belum," jawab Andi dengan suara tenang namun penuh keyakinan.

Siska mengerutkan dahinya, seolah berpikir sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Oh... iya juga ya," gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Makanya pakai KB." Marisa mengejeknya.

"Eh, bukannya lo pacaran sama Dimas, kenapa nggak minta sama dia aja?" sahut Siska.

"Sorry ya, lubang gue cuma milik Andi, u know," balas Marisa dengan nada menggoda.

Siska hanya tertawa kecil mendengar jawabannya. "Gila lo, Mar. Udah deh, semua orang tahu siapa yang kamu pilih."

Andi mengedipkan matanya pada Marisa, merasa puas dengan jawaban itu. "Dan gue senang banget bisa milikinya," balas Andi sambil memeluk Marisa erat.

Marisa hanya tersenyum, menggoda Siska. "Tapi kamu juga nggak jauh beda, Sis. Udah tahu siapa yang kamu tuju."

Siska memiringkan kepalanya, matanya berbinar. "Hmm... mungkin iya, tapi aku masih punya satu lubang lagi untuk dijelajahi," ujarnya dengan nada menggoda.

"Tenang aja, lo juga bakal gue isi terus, karena perawan lo udah jadi milik gue," Andi menggoda Siska sambil tersenyum nakal.

Siska melirik Marisa, kemudian mengangkat bahunya. "Gue sih nggak tahu, tapi yang jelas lo berdua sama enaknya," jawab Siska dengan nada menggoda.

"Jadi lebih enak aku, atau dia?" tanya Marisa sambil melirik Andi dengan senyum menggoda.

Andi mengangkat bahu, lalu tersenyum lebar. "Semua ada kelebihannya, Mar," jawab Andi santai, tangannya meremas bokong Siska dengan penuh gairah.

Marisa menggigit bibirnya, menggoda Siska. "Hmm, Siska, apa menurut lo Andi lebih menggoda?" tanyanya, matanya menyipit tajam.

Siska mendekat pada Andi, menatapnya dengan penuh gairah. "Kalau menurutku sih, keduanya punya pesona masing-masing," balas Siska sambil menggoda Marisa.

Marisa tersenyum dan merangkul Andi lebih erat. "Tapi bagiku, Andi selalu yang terbaik," ujarnya penuh keyakinan.

"Pokoknya kalian berdua milik gue, hanya gue yang boleh mengisinya," ucap Andi kepada mereka berdua dengan nada penuh kepemilikan.

Marisa dan Siska hanya tersenyum, tak bisa menutupi gelora di mata mereka. "Kita bakal lihat siapa yang bisa memuaskan lo lebih, Din," jawab Siska sambil menggoda.

Marisa menatap Andi dengan senyum misterius. "Dan lo pasti tahu jawabannya," balas Marisa dengan nada menggoda.

Andi hanya terkekeh, lalu merangkul kedua wanita itu erat. "Gue akan pastikan kalian berdua puas," jawabnya sambil mulai memeluk mereka lebih dalam.

Malam itu diwarnai oleh desahan penuh gairah dari mereka bertiga, memenuhi kamar dengan alunan ritme yang tak terputus. Andi bergantian memberikan perhatian kepada Marisa dan Siska, memastikan setiap dari mereka mendapatkan bagian yang sama.

Sementara itu, di ruang tamu, Dimas masih tertidur pulas, tak menyadari apa yang terjadi di kamar kekasihnya. Suara musik dari ponselnya yang masih menyala menjadi latar belakang malam yang penuh rahasia.

Andi menatap kedua wanita yang kini terbaring lelah di sisinya. "Gue rasa malam ini nggak akan pernah kalian lupakan," bisiknya sambil mengecup dahi mereka.

Marisa dan Siska hanya tersenyum kecil, memeluk Andi erat sebelum akhirnya terlelap. Ruangan pun hening, menyisakan kehangatan yang masih terasa di udara.

Hari-hari berlalu begitu cepat, dan rutinitas mereka terus berlanjut. Andi, Marisa, dan Siska menikmati hubungan rahasia mereka, menjalani malam-malam penuh gairah tanpa sepengetahuan orang lain. Mereka selalu berhati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan, terutama dari Dimas yang masih menjadi pasangan resmi Marisa.

Selama beberapa bulan, hubungan ini berjalan lancar. Siang hari, mereka menjalani kehidupan seperti biasa—Andi dengan kuliahnya, Marisa dengan aktivitas bersama Dimas, dan Siska yang tetap menjaga citranya di kampus. Namun, malam hari, semua topeng itu dilepaskan, dan mereka bertiga kembali ke dunia rahasia mereka.

Andi, yang semakin menikmati perannya sebagai pusat perhatian kedua wanita ini, mulai merasa bahwa hubungan ini memberinya lebih dari sekadar kenikmatan. Dia juga mendapatkan tantangan untuk terus menyembunyikan semuanya, membuatnya merasa semakin hidup.

Namun, tanpa mereka sadari, roda kehidupan perlahan mulai berputar. Rahasia yang mereka simpan dengan rapat ini perlahan mendekati titik di mana semuanya tidak bisa lagi disembunyikan. Apa yang akan terjadi ketika kenyataan akhirnya terungkap?

Andi, yang semakin mahir dalam memanfaatkan situasi, mulai memikirkan langkah-langkah strategis untuk menjaga kerahasiaan hubungan mereka. Satu ide cemerlang pun muncul di benaknya—menggunakan topeng untuk menutupi wajah Marisa dan Siska selama sesi live streaming berikutnya. Dengan cara ini, mereka bisa tetap menghasilkan uang tanpa khawatir identitas mereka terbongkar.

"Kita perlu pakai topeng mulai sekarang," ucap Andi saat mereka bertiga sedang berkumpul di kamar.

Marisa menatapnya dengan alis terangkat. "Topeng? Maksud lo, kayak yang dipakai di pesta topeng itu?"

Andi mengangguk sambil tersenyum. "Iya. Ini demi keamanan kita. Gue nggak mau ada yang ngenalin kalian di aplikasi itu. Lagian, gue yakin viewer bakal suka tema misterius kayak gini."

Siska menghela napas sejenak sebelum mengangguk setuju. "Oke, gue setuju. Tapi pastiin topengnya keren, ya. Jangan yang norak."

Andi tertawa kecil. "Tenang, gue udah pesan topeng yang pas buat kalian. Lo berdua bakal terlihat makin menggoda."

Keesokan harinya, Andi membawa dua topeng elegan yang dihiasi motif klasik dan kilauan emas. Marisa dan Siska mencoba topeng itu di depan cermin, dan keduanya terlihat sangat menawan. Andi bahkan sempat terpesona sejenak.

"Nih, lihat diri lo sekarang. Gue yakin penonton bakal makin tergila-gila," ucap Andi sambil mengagumi mereka.

Malam itu, mereka memulai live streaming dengan konsep baru—mengenakan topeng dan bermain peran sebagai "wanita misterius." Taktik ini ternyata berhasil. Jumlah viewer melonjak tajam, dan donasi mengalir tanpa henti. Topeng yang mereka kenakan justru menambah daya tarik dan membuat penonton semakin penasaran.