Chereads / Streamer Secret / Chapter 16 - Bab 16

Chapter 16 - Bab 16

Uang donasi dari viewer terus masuk secara bergantian, membanjiri layar dengan angka yang terus bertambah. Penonton tampak sangat antusias, seolah tidak sabar melihat aksi Andi yang semakin berani.

Andi memejamkan mata sejenak, merasakan panas dan gairah yang membuncah. Dengan lembut, dia mulai mengisap puting Marisa dan Siska bergantian, menggerakkan bibirnya dengan penuh nafsu.

"Ahh… Andi," desah Marisa dengan suara bergetar, sementara Siska hanya bisa menggelinjang, menikmati sensasi yang diberikan.

Penonton di layar semakin menggila, beberapa komentar berderet tanpa henti. "Gila, Andi! Lanjutkan!" "Habisin mereka, bro!"

Andi menikmati setiap desahan dan getaran tubuh kedua wanita itu, membiarkan gairahnya terus mengalir. Tangannya bergerak ke bawah, meraba lebih dalam, memastikan bahwa penonton tidak kehilangan momen panas ini.

Kedua wanita itu hanya bisa mengerang keras, menikmati setiap gerakan Andi yang semakin liar. Andi menggenggam pinggul mereka, mempererat cengkeramannya, seolah tidak ingin melepaskan.

"Ahh… Andi, lebih dalam, plis!" desah Marisa dengan suara gemetar, kepalanya terkulai di bahu Andi.

Siska mendengus dengan napas yang terengah, tubuhnya bergetar saat Andi mempercepat gerakannya. "Gila, Din! Aku nggak tahan lagi!"

Andi semakin mempercepat ritmenya, merasakan gairah yang semakin memuncak. "Kalian berdua luar biasa," bisiknya dengan suara serak, sebelum kembali tenggelam dalam kenikmatan yang menggila.

Tubuh kedua wanita itu dipenuhi keringat, napas mereka

terengah-engah setelah mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa, membasahi ponsel Andi yang masih merekam momen-momen intens tersebut.

Tiba-tiba, notifikasi berbunyi di layar ponselnya-tugas di aplikasi Triple Six telah selesai. Andi segera menghentikan Live Streaming, menatap layar ponselnya dengan senyum puas.

"Selamat, Andi," gumamnya sambil mematikan ponselnya, merasa yakin bahwa semuanya telah berjalan sesuai rencana.

Namun, kedua wanita itu yang sudah tak mampu menahan hasrat mereka, memaksa Andi untuk melanjutkan.

Marisa terbaring dengan kedua kakinya terentang lebar, memperlihatkan lubangnya yang basah dan siap.

"Cepatlah, masukkan, Andi," ucap Marisa dengan nada penuh hasrat dan ketidaksabaran, matanya memancarkan keinginan yang tak terbendung. Tubuhnya gemetar, napasnya memburu saat dia merasakan sensasi panas yang memenuhi seluruh tubuhnya.

Andi menatap Marisa dengan penuh nafsu, merasakan dorongan yang sulit ditahan. Dia merangkak mendekati Marisa, tangannya menyentuh pinggulnya dengan lembut namun penuh hasrat. "Kamu yakin?" bisiknya dengan suara serak.

Marisa hanya mengangguk, matanya memandang Andi dengan penuh keyakinan dan ketegangan. "Aku sudah tak tahan, Andi. Aku ingin kamu, sekarang," ujarnya, suaranya bergetar.

Andi tak bisa menolak permintaannya. Dia mulai mempercepat gerakan, masuk dan keluar dengan perlahan namun penuh intensitas. Tubuh Marisa melengkung, menikmati setiap dorongan yang Andi berikan. Suara desahan mereka bersatu dalam kegelapan kamar, menciptakan ritme yang penuh gairah.

Tangannya mulai meraba bagian bawah Marisa, merasakan kehangatan dan kelembutan yang semakin memanas. Marisa menggigit bibirnya, matanya terpejam seiring dengan aliran kenikmatan yang terus membanjir.

Andi mempercepat gerakannya, menyesuaikan dengan irama tubuh Marisa yang semakin mendekati puncak. "Ahh… Andi… aku… aku nggak tahan lagi," desah Marisa, suaranya penuh dengan gairah.

Andi hanya tersenyum puas, menambah kecepatan gerakannya. "Begitu kamu tahu rasanya, kamu nggak akan bisa lepas," bisiknya sebelum akhirnya tubuh mereka mencapai puncak bersamaan.

Marisa berteriak kecil, merasakan gelombang kenikmatan yang melanda tubuhnya, sementara Andi melanjutkan gerakan terakhir, merasakan cairan hangat mengalir di dalam dirinya.

Sementara Siska yang masih menyaksikan kejadian itu hanya terdiam, matanya kosong dan pikirannya melayang. Dia terus membayangkan bagaimana jika "rudal" besar itu masuk ke dalam dirinya. Ada ketakutan, namun juga hasrat yang tak terelakkan.

Andi, yang memperhatikan ekspresi Siska, mendekatinya dengan lembut dan meyakinkannya. "Jangan khawatir, Siska," bisiknya, matanya penuh dengan keyakinan. "Aku akan memperlakukanmu dengan lembut. Semua akan baik-baik saja."

Siska menatap Andi dengan ragu, namun ada kilatan rasa percaya di matanya. Perlahan, dia mengangguk, memberikan tanda bahwa dia ingin mencoba meskipun ketakutan masih menyelimuti. Andi meraih tangannya dengan lembut, menghapus keraguan yang ada. "Kita bisa lakukan ini bersama," ucapnya penuh keyakinan.

Siska menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, dan perlahan melepaskan semua keraguan yang mengganggu pikirannya.

Andi mulai melakukannya dengan penuh perhatian dan hati-hati. Dia bisa merasakan bahwa Siska baru pertama kali mengalami hal seperti ini, dan perlahan dia menuntunnya. Saat kepala "rudal" itu mulai masuk, Siska terpaksa menahan erangan keras, tubuhnya menggeliat dan membeku sejenak akibat rasa sakit yang mulai menyerangnya.

"Eh, ini baru setengahnya," ucap Andi sambil tersenyum, matanya penuh kepuasan. "Lo pasti bisa, Siska. Aku di sini untuk bantu."

Siska menggigit bibirnya, napasnya tersendat-sendat, namun ada semburat gairah yang perlahan mulai menggantikan rasa sakit. Dia mencoba menenangkan diri, merasakan ketegangan yang perlahan melepuh digantikan dengan sensasi yang lebih dalam.

Andi menatap Siska dengan lembut, memberikan dorongan lebih perlahan kali ini, memastikan dia bisa merasakannya tanpa terbebani oleh rasa sakit. "Lo harus terbiasa, dan gue janji akan bikin ini enak buat lo," bisiknya.

Siska merespons dengan perlahan, meskipun tubuhnya masih bergetar, dia mulai mengerti kenikmatan yang akan datang. Perlahan, dia membiarkan diri menikmati setiap gerakan Andi yang penuh kelembutan namun penuh gairah.

Andi diam sejenak, membenamkan "rudal" miliknya lebih dalam, memastikan Siska terbiasa dengan ukuran yang lebih besar. Dia bergerak perlahan, menyesuaikan ritme agar tubuh Siska dapat beradaptasi dengan sensasi yang baru.

Sementara itu, Siska yang mulai terbakar gairah, perlahan mengangkat wajahnya dan mencium Andi dengan penuh hasrat. Ciuman mereka lembut namun penuh emosi, seiring dengan gerakan Andi yang semakin dalam.

Andi merasakan sesuatu yang berbeda sedang meremas di dalam dirinya. "Ah, ini lebih ketat dari milik Tiara dan Marisa," gumamnya dengan suara serak, terselip campuran rasa heran dan kepuasan.

Ketika Siska mulai terbiasa dengan setiap gerakan, Andi pun mempercepat ritmenya, semakin dalam dan lebih intens. Namun kali ini, Siska tidak terlihat tercekam oleh ketegangan atau rasa sakit. Sebaliknya, ada kilatan kenikmatan yang terpancar dari matanya.

Dia meremas pinggang Andi dengan lembut, dan desahannya semakin memacu gairah. "Andi... ahh... lebih... terus," desah Siska dengan suara yang terengah-engah, menikmati setiap dorongan yang semakin deras.

Siska hanya bisa tersenyum tipis, matanya yang masih terpejam menampilkan kepuasan yang tak terbendung. "Dan aku menyukainya," balasnya dengan suara serak, meskipun napasnya masih terengah-engah.

Andi mengeratkan cengkramannya di pinggang Siska, mempercepat gerakannya dengan dorongan yang lebih dalam. "Sekarang lubangmu sudah jadi ukuran rudalku," bisiknya sambil mengulum leher Siska.

Siska membiarkan dirinya tenggelam dalam sensasi itu, bibirnya mengerang pelan, menikmati setiap sentuhan dan gerakan Andi. "Dan aku ingin kamu terus mengisinya," gumamnya, menautkan tubuh mereka dalam ritme yang semakin liar.