Chereads / Streamer Secret / Chapter 15 - Bab 15

Chapter 15 - Bab 15

Andi terdiam sejenak mendengar ajakan Marisa. Dia melirik Siska, yang terlihat sedikit tidak nyaman dengan ide itu. Namun, senyum tipis muncul di wajah Andi.

"Party, ya? Maksud lo di mana, Mar?" tanya Andi sambil memainkan sedotan di gelas minumnya.

Marisa tersenyum penuh semangat. "Di tempat biasa aja, Din. Gue tahu lo butuh refreshing. Apalagi belakangan ini lo kelihatan sibuk banget."

Siska mendadak menyela, matanya memandang tajam ke arah Marisa. "Party malam ini? Kayaknya random banget, ya. Lagian, kita ada tugas yang belum selesai, loh, Din."

Marisa hanya tersenyum tipis, jelas dia menikmati reaksi Siska. "Tugas bisa dikerjain kapan aja, Sis. Hidup tuh butuh keseimbangan. Lo setuju kan, Din?"

Andi tersenyum kecil, menatap keduanya bergantian. Dia tahu ini bukan sekadar ajakan biasa. Ada ketegangan yang jelas antara Marisa dan Siska.

"Kalau semuanya oke, gue nggak masalah," jawab Andi akhirnya, mencoba bersikap netral. "Tapi, party yang lo maksud itu ngapain aja, Mar?"

Marisa mengangkat alisnya. "Santai aja, Din. Kita ngumpul, ngobrol, mungkin ada minuman sedikit, terus nikmatin musik. Lo mau ajak siapa aja juga nggak masalah."

Siska mendekatkan dirinya lebih dekat ke Andi, mencoba menarik perhatiannya kembali. "Kalau gitu, gue ikut. Jangan sampai ada yang aneh-aneh, ya."

Di malam yang penuh gemerlap, Andi dan teman-temannya melangkah ke dalam diskotik yang dipenuhi cahaya neon dan dentuman musik elektronik. Suasana ramai, dengan orang-orang yang menari seakan lupa waktu. Andi melirik ke arah Siska yang menggandeng lengannya erat, sesekali tersenyum genit ke arahnya. Sementara itu, Dimas berjalan di depan bersama Marisa, tampak akrab dan mesra, meski sesekali Marisa melirik Andi dengan pandangan yang sulit ditebak.

Meja VIP telah mereka pesan sebelumnya. Mereka duduk di sofa yang nyaman, ditemani sebotol wine dan beberapa koktail. Siska tidak membuang waktu, ia langsung mendekatkan diri ke Andi, menyandarkan kepala di bahunya sambil menuangkan minuman. "Seru juga, ya, bisa bareng kalian," katanya dengan suara manja.

Marisa yang duduk di sebelah Dimas tampak tidak terlalu fokus. Tatapannya sesekali tertuju pada Andi, terutama ketika ia melihat betapa dekatnya Siska dengan pria itu.

"Hei, kalian nggak cuma duduk, kan? Ini diskotik! Ayo, kita ke lantai dansa!" ajak Dimas sambil berdiri. Dia menarik tangan Marisa, yang terlihat sedikit ragu.

Siska menarik Andi dengan semangat. "Ayo, Din. Nggak seru kalau cuma di sini."

Andi tersenyum kecil dan mengikuti Siska ke lantai dansa. Musik semakin menggetarkan ruangan, dan keramaian membuat mereka bergerak lebih dekat. Siska mulai menari dengan penuh semangat, menggerakkan tubuhnya dengan luwes, sementara Andi sesekali mencuri pandang ke arah Marisa, yang ternyata juga terus meliriknya meski sedang bersama Dimas.

Di tengah keramaian, Andi mendekat ke Siska dan berbisik, "Kamu suka banget suasana kayak gini, ya?"

Siska tersenyum sambil mendekatkan tubuhnya. "Tentu aja, apalagi kalau sama kamu," ucapnya dengan nada menggoda.

Di tengah hiruk-pikuk musik yang memekakkan telinga, Dimas mulai terlihat mabuk. Tubuhnya goyah, dan gelas minuman yang ia genggam hampir terjatuh. Marisa, yang awalnya tampak acuh, tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan Dimas begitu saja. Tanpa ragu, ia melangkah menuju Andi, meninggalkan Dimas yang tampak kehilangan keseimbangan.

Andi yang sedang asyik berbicara dengan Siska, tiba-tiba merasakan kehadiran Marisa di sisinya. Matanya menangkap tatapan Marisa yang intens dan penuh arti. "Din," bisiknya lembut, mendekatkan dirinya lebih dekat.

Siska, yang menyadari perubahan itu, menatap Marisa dengan pandangan tajam. "Marisa?" tanyanya, penuh curiga.

Marisa mengabaikan Siska, langsung menatap Andi dengan penuh gairah. "Andi, kamu tahu kan, aku hanya untukmu," ucapnya dengan suara lembut namun penuh tekanan.

Andi sedikit terkejut, tapi tidak bisa menolak pesona Marisa yang memikat. "Marisa…" bisiknya.

Siska, yang merasa posisinya mulai terancam, bersandar lebih dekat pada Andi dan menggenggam lengannya dengan erat. "Kamu lupa, Din? Kita sedang seru-serunya," bisiknya menggoda.

Namun, Marisa tidak peduli. "Tidak ada yang bisa menghentikan kita," lanjutnya, tangannya mulai menggenggam tangan Andi, mempererat ikatan mereka.

Andi merasa dilema. Satu sisi, ada Siska yang selalu hadir dengan keceriaannya, namun di sisi lain, ada Marisa yang sudah lama memegang tempat istimewa di hatinya.

Kerumunan di sekitar mereka tak mengurangi tensi di antara ketiganya.

Di tengah gelapnya ruangan diskotik, dengan suara bass yang menghentak-hentak, Andi memeluk kedua wanita itu erat-erat. Tangannya bergerak perlahan, meremas pantat mereka bergantian, membiarkan gairah yang membara menguasai dirinya.

Marisa dan Siska tampak tidak keberatan, membiarkan tubuh mereka saling bersentuhan di tengah kerumunan. Wajah mereka menampilkan senyuman penuh godaan, mata mereka berbinar-binar seolah mengajak Andi lebih dalam ke dalam dunia penuh hasrat.

"Andi…" bisik Marisa di telinga Andi, suaranya lembut namun penuh permintaan. "Kamu tahu, aku selalu ingin ini terjadi."

Siska, yang juga merasakan sensasi yang sama, melingkarkan tangannya di leher Andi, menariknya mendekat. "Jangan lupakan aku, Din," bisiknya sambil mengecup lembut bibir Andi.

Andi terjebak dalam gelora emosi dan hasrat, tubuhnya bergerak mengikuti irama musik yang menggoda. Semuanya terasa begitu intens, begitu panas, seolah waktu dan tempat tak lagi berarti.

Waktu semakin larut, dan mereka bertiga akhirnya pulang ke rumah Marisa, meninggalkan Dimas yang masih tergeletak mabuk di ruang tamu. Sementara itu, di dalam kamar, suasana menjadi lebih intens.

Andi menatap Marisa dan Siska bergantian dengan senyuman nakal. "Tugas konten? Rasanya aku sudah mendapatkan lebih dari cukup," jawab Andi sambil mendekati kedua wanita itu.

Marisa menggoda, mendekatkan tubuhnya ke Andi, "Kamu memang licik, Din. Tapi aku suka."

Siska, yang tidak ingin kalah, memeluk Andi dari belakang, berbisik, "Gimana kalau kita lanjutkan semua yang tertunda tadi malam?"

Andi memandang mereka berdua dengan penuh hasrat. "Siapa yang bisa menolak ajakan seperti itu?" bisiknya, sambil membiarkan tangan-tangannya mulai menjelajahi tubuh mereka.

Andi segera memulai Live Streaming bersama Marisa dan Siska. Saat ini, kedua wanita hanya mengenakan bikini yang menambah daya tarik mereka.

Para viewer Andi langsung meledak dalam jumlah besar, notifikasi berbunyi tak henti-henti di layar. Komentar-komentar mulai memenuhi layar, banyak dari mereka yang terpesona oleh penampilan seksi ketiga mereka.

"Wow, trio panas ini nyata!"

"Semua terlihat luar biasa! Andi benar-benar beruntung!"

Andi hanya tersenyum sambil menikmati setiap detik dari perhatian yang mereka terima. Tubuh Marisa dan Siska, yang berkilau di bawah sorotan kamera, membuat aliran viewer semakin tak terkendali.

"Andi, mulailah dari sini!" salah satu komentar muncul dengan cepat di layar.

Andi mengangkat tangan, melambai kepada viewer sambil tersenyum. "Kalian mau aku mulai dari mana?" tanyanya, matanya masih fokus pada Marisa dan Siska yang berdiri di hadapannya dengan pakaian minim.

"Di bawah, Andi! Aku ingin lihat semuanya!" jawab salah satu viewer dengan antusias.

Andi hanya tertawa, tangannya mulai menjelajahi tubuh kedua wanita itu, meremas lembut payudara Marisa dan Siska yang terangkat oleh bikini mereka.

"Begini ya?" gumam Andi sambil mengusap lembut pinggang mereka.

Para viewer semakin terpaku pada layar, berdesakan dalam komentar yang mengalir deras.

"Tampil lebih hot, Andi! Kita butuh aksi nyata!"

Andi melirik Marisa dan Siska, menggoda mereka dengan gerakan perlahan. "Gimana, cewek-cewek? Siap untuk membakar malam ini?"

Marisa dan Siska saling berpandangan, lalu tersenyum nakal. "Tentu saja," jawab mereka serempak.

Andi menggenggam kedua wanita itu dengan erat, membiarkan viewer menikmati setiap detik aksi mereka di Live Streaming tersebut.

Andi memandang dengan senyum puas, menatap empat gunung kembar yang indah dan lembut tepat di hadapannya. Marisa dan Siska berdiri berjejer, kedua wanita itu mengenakan bikini yang semakin mempertegas lekuk tubuh mereka.

Beberapa viewer mulai meninggalkan komentar penuh iri. "Gila, tubuh mereka sempurna!"

Andi meremas lembut puting kedua wanita itu, mengelusnya dengan penuh nafsu. "Kalian lihat ini, kan?" bisiknya, mata mereka bersinar tajam.

"Putingnya menggoda banget, Andi!" salah satu viewer berkomentar penuh gairah.

Andi melirik ke layar, lalu melanjutkan permainan tangannya, meremas dan membelai lembut payudara Marisa dan Siska. "Kalian mau aku lakukan apa selanjutnya?" tanyanya, suara penuh godaan.

"Lebih dekat, Andi! Jangan tahan diri!" desakan terus mengalir dari para viewer.

Andi tidak bisa menahan diri lagi, membiarkan hasratnya merasuki setiap gerakan yang dia lakukan pada kedua wanita itu.