Chereads / Bintang Jatuh di Senja / Chapter 2 - Bab 2: Menapaki Langkah Baru

Chapter 2 - Bab 2: Menapaki Langkah Baru

Setelah pertemuannya dengan Mas Bram, hidup Arjuna berubah dengan cepat. Masih terngiang di telinganya kata-kata produser itu yang penuh keyakinan, yang seakan memberi Arjuna harapan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Malam itu, setelah makan malam bersama keluarganya, ia duduk di teras rumah, memandangi bintang-bintang di langit yang cerah. Hatinya penuh dengan kebingungan, tetapi juga kegembiraan yang tak tertandingi. Apakah ini benar-benar kesempatan yang datang untuknya? Apakah dia siap untuk melangkah ke dunia yang sangat berbeda?

Arjuna tahu bahwa ini adalah keputusan besar. Dunia hiburan yang akan ia masuki sangat berbeda dengan kehidupan desa yang selama ini ia jalani. Di sana, persaingan ketat, sorotan kamera, dan tekanan besar akan selalu mengiringi setiap langkah. Namun, meskipun ketakutan dan keraguan menggerogoti pikirannya, Arjuna merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat. Mimpinya yang selama ini hanya ada dalam angan kini berada di depan matanya.

Keesokan harinya, Arjuna memutuskan untuk menghubungi Mas Bram. Ia merasa harus mengambil kesempatan ini, meskipun dirinya masih ragu. Dengan gemetar, ia menekan nomor di kartu nama yang diberikan oleh Mas Bram. Tak lama kemudian, suara Mas Bram terdengar di ujung telepon.

"Arjuna? Bagaimana? Apakah kamu siap untuk mencoba?" tanya Mas Bram dengan nada penuh semangat.

"Saya... saya siap, Pak," jawab Arjuna, dengan suara yang lebih yakin dari sebelumnya. "Saya ingin mencoba. Saya ingin mengejar impian saya."

"Bagus! Saya akan mengatur semuanya. Kita mulai dari sini, Arjuna. Kamu akan segera ke Jakarta untuk tes rekaman. Jangan khawatir, saya akan membimbingmu."

Arjuna merasa haru mendengar kata-kata itu. Rasanya seperti seluruh dunia terbuka lebar untuknya. Ia tahu bahwa langkah pertama ini adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan. Namun, di dalam hatinya, ia merasa siap untuk melangkah lebih jauh.

Setelah percakapan itu, Arjuna memberitahukan keluarganya tentang keputusannya. Meskipun mereka merasa cemas dan khawatir, mereka tahu betul bahwa Arjuna adalah anak yang penuh tekad dan memiliki impian yang besar. Ibu dan ayahnya hanya bisa memberikan dukungan moral, meski mereka tahu bahwa dunia yang akan dihadapi anak mereka sangat berbeda dari kehidupan yang mereka jalani.

"Jaga dirimu baik-baik, Nak," kata ibunya dengan suara lembut. "Kami selalu mendukungmu, tapi ingat, hidup di kota besar tidak seperti di sini. Hati-hati dengan orang-orang yang mungkin hanya ingin memanfaatkanmu."

Ayahnya menambahkan, "Tapi kami tahu kamu punya potensi besar, Arjuna. Ini kesempatan yang langka. Ambil dengan baik-baik, dan jangan lupakan asal-usulmu."

Dengan hati yang penuh rasa terima kasih, Arjuna berjanji kepada orang tuanya untuk tidak melupakan mereka dan desa yang telah membesarkannya. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi ia yakin bahwa dengan kerja keras, ia bisa menghadapinya.

Arjuna pun mempersiapkan diri untuk keberangkatannya ke Jakarta. Ia tak punya banyak pakaian atau perlengkapan yang memadai, tetapi ia membawa satu hal yang lebih penting dari segalanya: impian yang membara. Di malam terakhir sebelum berangkat, Arjuna duduk di samping ibu dan ayahnya, memandang langit yang penuh bintang. Seolah-olah bintang-bintang itu memberikan dorongan semangat kepadanya, memberi tahu bahwa impiannya bukanlah hal yang mustahil.

Keesokan harinya, Arjuna berangkat menuju Jakarta. Perjalanan panjang dengan bus itu membuatnya merasa cemas, tetapi sekaligus penuh harapan. Di dalam hatinya, ia terus mengingat kata-kata Mas Bram, yang sudah memberinya petunjuk tentang langkah-langkah yang akan diambil. Jakarta, yang dulu hanya dilihatnya lewat televisi atau media, kini akan menjadi tempat di mana ia akan memulai perjalanan besar dalam hidupnya.

Sesampainya di Jakarta, Arjuna merasa cemas dan kagum. Kota yang begitu besar, dengan gedung-gedung tinggi dan keramaian yang tiada henti, sangat berbeda dengan desa kecilnya yang tenang. Arjuna merasa seperti ikan kecil yang terlempar ke lautan luas. Ia memegang kartu nama Mas Bram yang sudah dijanjikan untuk bertemu, dan dengan langkah pasti, ia menuju ke studio rekaman yang dijanjikan.

Di studio, suasana sangat berbeda dari apa yang ia bayangkan. Di sana, Arjuna disambut oleh kru yang sibuk, para penyanyi, dan produser yang tampak begitu profesional. Mas Bram menyambutnya dengan senyum lebar.

"Arjuna, selamat datang! Ini adalah dunia yang sedikit berbeda, tapi saya yakin kamu bisa melakukannya," kata Mas Bram. "Sekarang, kita mulai tes rekaman. Siapkan dirimu."

Arjuna merasa gugup, tetapi ia berusaha menenangkan dirinya. Di dalam ruang rekaman, ia menatap mikrofon besar di depannya. Dunia yang selama ini hanya ia impikan kini nyata di depan matanya. Ia memejamkan mata sejenak, mengingat kembali lagu-lagu yang sering ia nyanyikan di desa. Lalu, dengan suara yang sedikit gemetar namun penuh keyakinan, Arjuna mulai menyanyikan lagu pertama yang ia pilih.

Lagu itu mengalir dari bibirnya dengan penuh emosi. Setiap nada yang ia nyanyikan terasa seperti bagian dari dirinya, seperti sebuah cerita yang ingin ia bagikan kepada dunia. Ia bernyanyi dengan sepenuh hati, tanpa memikirkan kesalahan atau ketakutannya. Semua rasa cemasnya seolah hilang begitu saja, tergantikan dengan semangat yang membara.

Mas Bram mengamati dengan seksama, dan setelah beberapa detik, ia tersenyum lebar. "Kamu luar biasa, Arjuna! Suara kamu memiliki karakter yang unik. Ini baru permulaan, tapi saya sudah bisa merasakan bahwa kamu punya bakat besar."

Kata-kata itu seperti angin segar yang membuat Arjuna merasa lebih percaya diri. Namun, ia tahu bahwa ini baru awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan. Ia tak boleh cepat puas. Jakarta, dengan segala kemegahannya, kini bukan hanya tempat impian, tetapi juga tempat di mana ia harus berjuang keras untuk membuktikan dirinya.

Namun, Arjuna tidak akan menyerah. Mimpi yang selama ini ia impikan, yang tumbuh dalam hati dan jiwanya, kini lebih nyata dari sebelumnya. Ia tahu bahwa ia harus bekerja keras, berjuang dengan sepenuh hati, dan membuktikan bahwa dirinya pantas untuk berada di dunia musik profesional.