Di kampus, pukul 3 sore.
Perkuliahan semester akhir memang lah rumit dan penuh proses panjang. Terlihat dari kacamata berlapis lapis milik Lidya. Gadis itu pokus pada laptop nya dan berbagai buku di atas meja kayu itu.
Taman kampus jadi tempat ternyaman untuk menenangkan segala pikiran dan hati. Suasana sejuk dan pepohonan yang rindang menahan cahaya matahari untuk tidak bertegur sapa dengan lembabnya rumput di tanah.
"Gilaaaaa anak ambis sendirian aja nih," ucap laki laki berpakaian semi formal, dengan sepatu lusuh nya.
"Eh Muel? Sejak kapan lo disitu?" tanya Lidya membenarkan kacamatanya.
Muel, Samuel. Laki laki sepantaran Lidya yang berada di 1 jurusan yang sama. Mereka kini berada di taman umum fakultas Sistem Informasi.
Samuel terkekeh ringan, dia menyidapkan tangan ke dada sambil berjalan mendekatinya, "Dari tadi, sengaja gue pengen liat pacar gue yang cantik imut lucu ini," lanjutnya dan duduk di samping gadis kacamata itu.
Alis Lidya mengernyit, dia merasa ilfeel dengan kalimat nya. Dia Samuel, pacar sekaligus rekan dan teman di satu jurusannya.
"Kenapa mukanya kaya gitu? Ga seneng ya aku disini nemenin kamu?" kata katanya secara dramatis aku kamu, Lidya hanya bisa tersenyum lucu dan segera berpaling kembali pada catatannya.
"Sayaaang.." panggil Samuel manja.
DUARRR!
Di kursi bangku lain, seorang gadis ceroboh tak sengaja menyenggol tong sampah alumunium. Hahhhh.. Lidya bernafas malas.
"Selingkuhan lu tu," hanya itu yang bisa ia ucapkan.
Sedangkan Samuel berdecak kesal karena tidak ada angin tidak ada hujan, si pengganggu datang.
"Yang, aku bisa jelasin." Samuel memohon pada Lidya. Dia melirik jutek pada arah yang lain.
"Lu ngapain ngikutin gua, tolol?" decak kesal Samuel melototi wanita culun dan gemuk itu.
Dia Ainun. Namanya saja bagus, tapi akhlak nya amit amit jabang bayi. Jadi ceritanya, wanita ini mantan selingkuhan Samuel. Dan Samuel adalah pacar Lidya. Lidya sudah melontarkan putus, tapi Samuel sendiri yang berusaha mendekatinya dan memohon untuk mempertahankan hubungan mereka yang sudah retak.
"Ma-maaf aku g-ga sengaja lewat sini, aku per-pergi, permisi." pamitnya terbata gugup.
Wanita itu berbalik berjalan pergi dan, 'BRUKKKHH!' ya, dia jatuh tersandung tali sepatunya yang lepas.
Kursi di sebelahnya berdecit, Samuel berdiri dan berjalan menghampiri Ainun. Dia seakan khawatir tapi dengan nada yang kasar.
"Lo buta apa emang ga punya mata si hah? Punya mata di pake!" bentak nya pada Ainun sambil membantunya berdiri.
Ainun menunduk dan terdiam dengan wajah memerah malu.
"Hihhh.." Lidya bergedig ngeri. Paham kan maksudnya? Laki laki itu seperti orang tidak punya otak. Menolong wanita lain di depan pacar nya sendiri.
Lidya gondok, dia berdiri dan membereskan perintilannya. Tanpa kata kata, gadis itu berjalan santai meninggalkan mereka berdua.
Samuel yang melihat kekasihnya pergi hendak mengejar, tapi tangan Ainun menahannya.
"Kaki aku sakit, bisa tolong bantu aku ke uks?" mohonnya.
Samuel bimbang, entah pikiran bodoh dari mana dia memilih membantu wanita sialan itu.
Sedangkan Lidya, gadis itu berada di terminal bus. Sebenarnya dia masih punya 1 kelas mata kuliah lagi, tapi keburu malas melihat adegan romantis sepasang monyet ragunan tadi.
'Katanya cinta, sayang, mana? Tukang selingkuh tetep aja tukang selingkuh. Ga bisa di percaya. Emang dasar nya mereka serasi, satu lonte satu lagi cowok bangsat.'
'BANGSAT!'
'Awas aja ya lu babi dua!'
Semua itu kata hatinya, marah sekali dia sekaligus cemburu. Tapi apa daya? Dia bukan wanita norak yang asal melabrak orang di depan umum. Dia juga sudah capek mengemis cinta agar tidak di selingkuhi.
Tangannya mengacungkan fuck ke langit, meninju buku di tangannya, menendang batu sembarangan, bahkan menepak paha nya kesal.
Tunggu dulu, aksi konyol nya berhenti. "Gue kan ke kampus sekalian mau cari referensi judul skripsi di perpus, kok gue lupa si? Aduh.. tutup ga ya jam segini?" dia beranjak bangun dan berlari cepat ke gerbang kampus kembali.
Dengan kaki kilat nya, dia melewati mahasiswa dan tak sengaja menabraknya.
'Bugh'
Mereka saling melihat dengan Lidya yang meringis, "Maaf maaf ga sengaja, gue Lidya jurusan Sistem Informasi. Kalau lecet bisa cari gue ke kelas, gue buru buru."
Gadis itu pergi dan meninggalkan mahasiswa tersebut. "Eh tunggu!" ucap nya.
Laki laki itu melihat punggung gadis yang baru dia temui menjauh. "Ini barang lo.."
Sebuah buku kecil bermotif bunga. Buku itu sepertinya di kunci, ia ingin mengembalikannya tapi tidak keburu karena langkah cepat gadis itu seperti kelinci liar.
Dengan menggaruk rambutnya bingung, "Gue balikin besok aja kali ya? Lidya.. Sistem Informasi. Cantik juga," senyumnya manis membayangkan mata indah gadis yang baru dia temui.
Lidya sendiri memencet lift menunggu lift terbuka, dia meratap dalam hati semoga saja perpustakaan fakultas nya belum tutup. Menunggu dengan gelisah.
'Ting'
Lift terbuka kosong. Dia masuk dan memencet lantai 5. Lift tertutup.
1
2
3
4
5
'Ting'
Lift terbuka. Dia berjalan rusuh menelusuri ruangan demi ruangan dan sampai di pintu perpustakaan.
'Open'
"Syukurlah.."
Dengan hati lega dia membuka pintu dan masuk, disana masih ada pak penjaga perpus yang siaga di kursi meja tempatnya.
'Ting'
Bel pintu perpus.
"Sore pak!" sapanya ramah.
Bapak itu hanya melirik sebentar, tersenyum dan mengangguk, dia seperti pokus pada komputernya dan buku bukunya.
Tanpa mau melewatkan waktu yang berharga, dia mulai menelusuri rak demi rak. Mencari buku skripsian tahun kemarin susah sekali rupanya, mungkin karena terdiri dari 20 rak tinggi.
Lidya kembali ke depan meja penjaga perpus.
"Pak maaf, rak khusus buku skripsi an mahasiswa tahun kemarin kemarin ada di sebelah mana ya?" tanya nya sopan.
"Rak tengah no 10 lantai rak 7," jawabnya sederhana tanpa melirik.
Tersenyum canggung, itu lah yang di rasakan Lidya. "Oh iya, makasi pak."
Di depan rak yang di katakan, Lidya mencari buku yang di cari. Dan, "Ketemu!"
Sambil memilah milah buku, tiba tiba saja beberapa buku jatuh dari rak yang lain. Dia melihat ke arah meja bapak perpus, tapi sepertinya bapak tua itu tidak mendengar.
'Ting'
Bel pintu perpus berbunyi, 2 orang lain masuk dan bisa di tebak? Mereka Samuel dan Ainun. Samuel dengan wajah kesalnya sedangkan Ainun dengan ekspresi yang malu malu menghanyutkan.
Sepertinya mereka punya tujuan yang sama dengan nya. Tidak mau berada satu ruangan dengan pasangan tukang selingkuh itu, Lidya segera bergerak cepat mencari buku yang dia mau.
Tapi seakan buku berserakan yang jatuh tadi memanggilnya, dia malah berjalan menghampiri buku buku berserakan tersebut, hendak merapihkannya kembali.
"Antartika."
1 buku mengalihkan seluruh perhatiannya. Dia membaca sinopsis buku tersebut.
"Apakah konspirasi para ilmuan di luar sana benar adanya? Bahwa bumi itu sebenarnya ada beragam tak hanya satu dan juga tidak bulat, dunia yang sesungguhnya berada di luar tembok es antartika. Setelah kamu membaca konspirasi di buku ini, kamu akan mengetahui seberapa luas dunia yang tidak kamu ketahui."
"Eyyyooo!"
Dengan terkejut buku tersebut terbuka sendiri di halaman pertama, sinar terang bagai senter super menyilaukan matanya. Tidak hanya itu, badannya terasa tersedot ke dalam sesuatu yang tidak bisa ia lihat.
"AKKKKKKK!"