Chereads / Seven Footsteps of Fate (Indonesia) / Chapter 39 - Takdir Kaito

Chapter 39 - Takdir Kaito

Keheningan menyelimuti balkon setelah Raja Kael'Zarath mengumumkan identitas Kaito. Para Draconian berlutut dengan hormat. Namun, suasana masih dipenuhi ketegangan karena konfrontasi sebelumnya.

Kaito melangkah mundur, merasa canggung dengan perhatian yang tiba-tiba tertuju padanya. "Tunggu sebentar... Jelaskan padaku? Apa maksudnya Kaisar Naga?"

Raja Kael'Zarath bangkit perlahan, matanya masih terfokus pada tanda di dahi Kaito. "Tuan Kaito, tanda di dahimu adalah simbol pewaris Draconian yang sah. Legenda kami mengatakan bahwa Kaisar Naga akan bangkit kembali di saat Draconian menghadapi ancaman terbesar."

"Ancaman terbesar?" gumam Kaito. "Aku bahkan tidak tahu apa-apa soal ini."

Lady Seraphina, yang kini berdiri dengan ekspresi penuh rasa hormat, mendekati Kaito. "Kael'Zarath, apa ini benar? Dia adalah Kaisar Naga?"

"Benar, Lady," jawab Raja Kael'Zarath. "Tanda itu tidak bisa dipalsukan. Kaisar telah kembali untuk memimpin kita."

Kaito mengangkat tangan, mencoba menghentikan semua pembicaraan. "Tunggu! Aku bukan Kaisar atau semacamnya. Aku hanya Kaito, teman dari Ai, Aoi, dan yang lainnya. Aku bahkan tidak tahu apa yang kalian bicarakan."

Namun, Raja Kael'Zarath menggeleng. "Takdir telah memilihmu, Tuan Kaito. Entah kau menyadarinya atau tidak, kau adalah pemimpin yang ditunggu-tunggu oleh Draconian."

Di sisi lain balkon, Ai akhirnya berhasil melepaskan diri dari pelukan Aoi. Dia berjalan ke arah Lady Seraphina, mencoba mengembalikan fokus pembicaraan.

"Lady, tolong dengarkan aku," kata Ai dengan nada tegas. "Master Elric tidak berbuat salah. Aku hanya ingin belajar darinya agar aku bisa membantu Draconian. Jika kau tidak setuju, aku akan menghormati keputusanmu, tapi jangan menyalahkannya."

Lady Seraphina memandang Ai dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Ai... kau tidak mengerti. Aku hanya ingin melindungimu. Kau adalah utusan Dewi, dan tanggung jawabku adalah memastikan kau aman."

"Aku mengerti, Lady," jawab Ai dengan lembut. "Tapi aku juga ingin membantu. Aku tidak bisa terus-menerus dilindungi tanpa melakukan apa-apa. Izinkan aku untuk belajar dan berkembang."

Lady Seraphina menghela napas panjang, lalu menoleh ke Raja Kael'Zarath. "Kael'Zarath, apa pendapatmu tentang hal ini?"

Raja Kael'Zarath terdiam sejenak sebelum menjawab. "Jika Nona Ai ingin belajar, mungkin kita harus memberinya kesempatan. Profesor Elric adalah salah satu peneliti terbaik di Drakonia. Aku percaya dia tidak akan menyalahgunakan kepercayaan ini."

Lady Seraphina menatap Elric dengan tajam, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Tapi jika kau melakukan sesuatu yang mencurigakan, Elf, aku tidak akan ragu untuk menghukummu."

Profesor Elric, yang masih berlutut, mengangguk cepat. "Terima kasih, Lady. Saya bersumpah untuk menjaga kepercayaan ini."

Namun, sebelum situasi benar-benar tenang, Aoi kembali berseru. "Tunggu! Bagaimana dengan soal lamaran tadi? Ai tidak boleh menikah dengan siapa pun tanpa persetujuanku!"

"Aoi, tidak ada yang melamar siapa pun!" Ai menjawab dengan frustrasi. "Itu hanya salah paham!"

Kaito, yang masih merasa bingung dengan status barunya sebagai Kaisar, menghela napas panjang. "Baiklah, bisakah kita semua berhenti sejenak dan kembali ke fokus utama? Aku masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi."

Lady Seraphina akhirnya menepuk bahu Kaito dengan lembut. "Kael'Zarath, kita perlu menjelaskan semuanya kepada Tuan Kaito. Jika dia benar-benar Kaisar, dia harus tahu apa yang diharapkan darinya."

Raja Kael'Zarath mengangguk. "Setuju. Tapi sebelum itu, kita perlu mendengar laporan dari Nona Aoi dan rombongannya tentang fenomena alam di timur laut."

Aoi, yang kembali memeluk Ai dengan erat, akhirnya melepaskannya dan berdiri tegak. "Baiklah. Kami menemukan sesuatu yang besar di sana. Aku rasa ini ada hubungannya dengan Draconian dan tanda di dahi Kaito."

Semua mata kini tertuju pada Aoi, menunggu penjelasannya.

Aoi berdiri tegak, matanya penuh tekad saat dia mulai menceritakan hasil penyelidikannya. "Kami telah menelusuri wilayah timur laut seperti yang Lady Seraphina perintahkan. Di sana, kami menemukan sesuatu yang tidak kami duga."

Riku yang berdiri di samping Aoi, melanjutkan dengan suara yang sedikit bergetar. "Kami menemukan sebuah gua yang tersembunyi. Pintu gua itu terbuka begitu saja saat kami mendekat, dan di sanalah kami bertemu dengan Kaito."

Semua mata kini tertuju pada Kaito yang berdiri di sisi mereka, masih merasa canggung dengan perhatian yang tertuju padanya. Namun, Kaito mengambil napas dalam-dalam, siap untuk menjelaskan.

"Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana," kata Kaito, matanya mencari kata-kata yang tepat. "Saat kami sedang mencari Ai kami tersesat dan menemukan sebuah gua. Di dalam gua, kami bertemu dengan para naga agung. Naga itu... memberiku kekuatan leluhur Draconian. Lalu... aku kini menjadi pewaris kekuatan itu."

Lyra dan Mira yang berdiri di belakang Kaito, saling bertukar pandang sebelum Lyra mengangguk dan mulai menjelaskan. "Kami... kami pergi bersama dengan Tuan Kaito, jadi saat itu kami berada disana. Naga agung memilih kami sebagai pendamping Tuan Kaito. Sekarang jiwa dan raga kami terkait langsung dengan Tuan Kaito. Kami telah terpilih untuk menjadi pelayan setianya, dan kami akan melayani dia dengan sepenuh hati."

Lady Seraphina mendengarkan dengan hati yang berat, matanya terfokus pada Kaito, namun ada perasaan yang sulit dijelaskan yang muncul dalam dirinya. Hatinya terasa teriris mendengar kata-kata Lyra dan Mira. Mereka adalah pelayan setia Kaito, dan lebih dari itu, mereka kini terikat dengan Kaito dalam ikatan yang sangat kuat. Perasaan cemburu mulai merasuki dirinya, namun dia berusaha menahannya.

"Pe… pelayan…?" Lady Seraphina berbicara dengan suara pelan. "Kalian bilang jiwa dan raga kalian kini milik Kaito?"

"Iya Lady." Jawab Mira, menunduk dengan hormat. "Kami bersumpah untuk melayani Tuan Kaito dengan segenap jiwa dan raga kami."

Lady Seraphina menggigit bibirnya, mencoba menahan emosi yang semakin meluap. "Aku tidak mengerti?" jawabnya dengan suara yang bergetar.

Ai yang melihat ekspresi Lady Seraphina yang semakin gelisah, melangkah maju dan berbisik kepada Lady Seraphina. "Lady, apakah kamu baik-baik saja?" kata Ai dengan lembut. "Lady, sejak awal aku sudah bilang, kalau Kaito bukanlah pria yang pantas untuk Anda. Dia adalah pembuat masalah, dan takdirnya itu sudah ditentukan sejak lahir."

Aoi menambahkan dengan serius, "Lady, kami tahu betapa besar perasaanmu terhadap Kaito. Tapi kita harus menerima kenyataan bahwa Kaito bukan milik Anda. Dia milik kedua gadis Draconian itu, dan takdirnya lebih besar daripada itu semua."

Lady Seraphina menundukkan kepalanya, mencoba menahan air mata yang hampir tumpah. "Aku tahu," katanya dengan suara lemah. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa mengubah perasaanku. Kaito adalah... segalanya bagiku."

Suasana menjadi semakin berat, dan Raja Kael'Zarath, yang sejak tadi diam, akhirnya memecah keheningan dengan tertawa gembira. "Ah, aku baru ingat! Lyra, bukankah kau putri adiku? Putri dari Adipati Orvahn, keponakanku tersayang! Ah... ahahahaha... luar biasa! Bagus, bagus! Aku bangga padamu, Lyra!"

Lyra terkejut, namun dia segera membungkuk dengan hormat kepada Raja Kael'Zarath. "Terima kasih, Raja Kael'Zarath. Aku... aku akan mengemban tugas ini dengan baik agar tidak mempermalukan keluarga kerajaan."

Raja Kael'Zarath tertawa lagi, semakin bangga. "Kau berhasil menjadi pendamping Kaisar Naga! Apalagi yang bisa lebih baik dari ini!"

Namun, Raja Kael'Zarath kemudian menoleh ke Mira, yang berdiri dengan wajah cemas. "Lalu siapa gadis ini? Anak siapa dia?"

Mira mengangkat kepalanya dan menjawab dengan suara rendah, "Aku hanya anak prajurit biasa, Raja. Ibuku memiliki toko aksesoris di kota. Aku tidak punya hubungan dengan keluarga bangsawan."

Raja Kael'Zarath mengangguk pelan, namun ekspresinya berubah menjadi serius. "Ah, jadi kau bukan bagian dari keluarga bangsawan? Tapi kau masih terikat dengan Kaito, dan itu sudah cukup untuk mendapatkan penghormatan kami."

Suasana semakin rumit. Semua orang merasa bingung, terjebak dalam jalinan takdir yang tidak mereka pahami sepenuhnya. Lady Seraphina menatap Kaito dengan mata yang penuh perasaan, namun dia tahu, perasaan itu tidak bisa terwujud.

Ai, Aoi, dan Riku saling berpandangan, berusaha mencari cara untuk mengatasi ketegangan ini. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menyadari bahwa keputusan besar harus diambil. Keputusan yang tidak hanya melibatkan perasaan, tetapi juga takdir yang lebih besar dari mereka semua.

Kaito, yang merasa terjebak di tengah-tengah semuanya, akhirnya membuka mulutnya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi disini. Semua ini... terlalu rumit. Aku hanya ingin membantu, tapi semakin aku terlibat, semakin banyak orang yang terluka."

Lady Seraphina menatap Kaito dengan mata penuh harapan yang terpendam. "Kaito... kau adalah Kaisar Draconian. Takdirmu sudah ditentukan. Tidak ada jalan mundur."

Kaito menundukkan kepala, merasa beban yang sangat berat. "Tapi... aku tidak mau menjadi seorang kaisar. Aku tidak tahu apakah aku bisa memenuhi harapan semua orang."

Keheningan kembali menyelimuti ruangan, sementara semua orang yang hadir mulai merasakan ketegangan yang tak terucapkan. Takdir mereka kini saling terkait, dan mereka harus menghadapi kenyataan bahwa hidup mereka akan berubah selamanya.