Chereads / Entertainment Heroes in Another World (Bahasa Indonesia) / Chapter 10 - Roland dan Kisah Seorang Ninja

Chapter 10 - Roland dan Kisah Seorang Ninja

Roland duduk di meja kerjanya, memegang manga Naruto Volume 1 di tangannya. Sampulnya memperlihatkan seorang anak laki-laki dengan rambut kuning cerah, ekspresi ceria namun penuh semangat, mengenakan baju oranye mencolok. Roland sedikit mengernyit.

"Naruto Uzumaki," gumamnya, membaca nama tokoh utama di sampul. "Seorang ninja? Hm, menarik."

Dengan rasa penasaran, ia membuka halaman pertama. Panel-panel yang penuh dengan gerakan dinamis langsung menyambutnya. Adegan pembuka menampilkan sosok rubah berekor sembilan, monster raksasa yang menghancurkan desa, dan para ninja yang bertarung mati-matian untuk menyelamatkan tanah mereka. Roland terpaku pada detail gambar itu, matanya melebar.

"Luar biasa," bisiknya. "Seperti ini caranya mereka membangun dunia dalam cerita?"

Ketika cerita beralih ke kehidupan sehari-hari Naruto, Roland tersenyum kecil. Anak itu penuh energi, ceroboh, dan sering membuat onar di desa. Namun, Roland juga melihat lapisan yang lebih dalam di balik tawa dan kelakuan konyol Naruto.

"Dia sendirian," gumam Roland pelan, saat membaca adegan di mana Naruto duduk di ayunan, memandang anak-anak lain yang bermain bersama keluarga mereka. "Dikucilkan, tidak punya siapa-siapa... tapi tetap tersenyum."

Roland terus membaca, semakin tenggelam dalam cerita. Ia tertawa kecil ketika Naruto mencuri gulungan rahasia desa dan berlatih teknik baru dengan keras kepala. Tapi tawa itu segera berubah menjadi kekaguman saat ia menyaksikan bagaimana Naruto menggunakan teknik Shadow Clone Jutsu untuk melindungi gurunya, Iruka, dari ancaman ninja pengkhianat.

"Dia punya keberanian yang luar biasa," kata Roland, mengangguk. "Meskipun dianggap lemah, dia tidak menyerah."

Bagian yang paling menyentuh hati Roland adalah saat Iruka akhirnya mengakui Naruto, memeluknya, dan mengatakan bahwa ia percaya pada impian Naruto untuk menjadi Hokage—pemimpin desa. Mata Roland berkaca-kaca tanpa ia sadari.

"Orang ini... dia hanya butuh seseorang yang melihatnya apa adanya," Roland bergumam, teringat pada masa kecilnya sendiri, di mana ia sering merasa harus membuktikan diri kepada ayahnya.

Saat cerita berlanjut dan mulai memasuki konflik baru, Roland merasa semakin terhubung dengan Naruto dan dunianya. Namun tiba-tiba, cerita berhenti. Panel terakhir menunjukkan Naruto bersiap menghadapi tantangan baru setelah diterima di Akademi Ninja.

Roland tertegun, matanya menatap halaman terakhir dengan kening berkerut. "Tunggu... apa? Sudah selesai?" Ia dengan cepat membalik halaman, memastikan tidak ada lembar yang terlewat. Tapi hasilnya tetap sama—ceritanya memang berhenti di situ.

"Tidak mungkin! Tidak seperti ini!" serunya dengan nada frustrasi. Ia bangkit dengan cepat, membawa manga itu ke ruang tengah di mana Eldric sedang duduk menikmati teh sore.

"Ini luar biasa, Ayah," kata Roland dengan nada penuh semangat yang bercampur kekesalan, "tapi... kenapa berhenti di bagian seperti itu? Di mana Volume 2? Aku harus tahu apa yang terjadi selanjutnya!"

Eldric tertawa kecil, meletakkan cangkir tehnya. "Tenang, Roland. Aku memang baru membuat Volume 1. Volume 2 masih dalam proses."

"Ayah serius?" Roland menatapnya dengan ekspresi tak percaya. "Aku tidak bisa menunggu terlalu lama! Cerita ini benar-benar menggantung di saat yang paling menarik!"

Eldric tersenyum, merasa geli melihat reaksi anaknya. "Kau tahu, Roland, salah satu seni hiburan adalah membuat pembaca penasaran. Tapi jangan khawatir, aku akan segera menyelesaikan Volume 2. Sementara itu, kau bisa membaca manga lain."

"Tidak!" potong Roland cepat. "Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Naruto. Apa dia bisa diterima oleh teman-temannya? Bagaimana dia menghadapi tantangan berikutnya? Ayah harus segera menyelesaikannya!"

Eldric mengangkat tangan, menyerah pada semangat Roland yang berkobar-kobar. "Baiklah, baiklah. Aku akan bekerja lebih cepat. Tapi ingat, seni itu tidak bisa terburu-buru. Kau harus belajar sabar, Roland."

Roland mendesah, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi jangan terlalu lama Ayah, Naruto benar-benar... inspiratif."

Melihat kegigihan anaknya, Eldric merasa puas. Manga Naruto berhasil meninggalkan kesan mendalam, bahkan kepada Roland yang biasanya begitu kritis. Kini, ia tahu bahwa dunia ini akan jatuh cinta pada kisah anak ninja itu sama seperti Roland.