Chereads / Complicated Destiny of life / Chapter 2 - Kalimat singkat tetapi bermakna

Chapter 2 - Kalimat singkat tetapi bermakna

Satu bulan sebelumnya.

Keluarga mereka baru saja memutuskan untuk pindah di sini bukan keluarga lebih tepatnya adalah kedua orangtuanya dan adik nya sementara dia James sudah menetap di sini lebih dari setahun yang lalu karena memang dia di tugaskan untuk mengurus salah satu anak cabang perusahan di sini. Entahlah apa yang membuat kedua orangtuanya berinisiatif untuk ikut tinggal di sini bersama dirinya walaupun James memiliki apartemen pribadi tetapi dia masih lebih suka tinggal di rumah kediaman milik ayahnya di sini dan kumpul bersama dengan yang lainnya.

Akan tetapi baru saja sehari mamanya menetap di sini membuat James pusing tujuh keliling mau di manapun ibunya itu berada kalau gaul ya tetap saja begitu, bahkan dengan bangganya dia sudah memamerkan kedua anak laki-lakinya kepada teman-teman arisannya James pun tidak habis fikir dari mana Vandra bisa mengikuti grup arisan itu padahal seingat nya Vandra belum memiliki teman.

Tapi seminggu kemudian berlalu.

 

Frankie sebagai adik James telah di tetapkan untuk menjadi salah satu CEO di perusahaan lainnya milik keluarga mereka.

"Mama berniat ingin menjodohkan kamu dengan anak teman mama Frankie." suara Vndra membuat yang lainnya syok tidak ada angin dan hujan tiba-tiba saja sang ibu berbicara tersebut, membuat Frankie yang masih belum memikirkan sampai kesana tidak setuju.

"Tapi ma, aku masih muda dan masih bisa mencari pasanganku sendiri jadi aku rasa itu tidak perlu." bela Frankie cepat bukan tanpa alasan dia menolak karena memang saat ini dia sedang memiliki orang yang dia sukai walau belum terlalu jelas tapi Frankie yakin wanita itu akan menjadi pasangan yang baik nantinya untuk dirinya.

Sementara Jonathan masih terdiam dan sibuk dengan makanannya sendiri karena memang dia sudah memiliki rencana lain jadi tidak terlalu sibuk memikirkan masalah perjodohan ini biarlah Vandra toh memang biasanya hanya perempuan yang sangat gemar sekali menjodoh jodohkan bukan?

"kamu tidak kasian dengan mama? yang sudah mulai tua dan sangat ingin mengendong cucu." wajah memelas Vandra mulai beraksi membuat hati Frankie mau tak mau sedikit merasa bersalah melihat hal itu membuat James sedikit jengah bukan sekali dua kali ibunya ini melakukan hal konyol seperti ini terlebih mengenai perihal perjodohan.

"Mama itu kadang merasa kesal dan iri karena sering di kata katain sama temen mama yang sudah punya cucu sementara mama belum punya." sambung dirinya lagi membuat Frankie semakin merasa bersalah

baru saja ingin menjawab.

"Biar aku saja yang menerimanya." balasan suara singkat dan dingin itu menghentikan segala suasana bahkan Vandra yang tadi sibuk membujuk dan merayu anak keduanya karena memang dirinya tak ingin mengganggu anak pertamanya pun ikut terkejut bukan main.

 Pasalnya bukan tak pernah Vandra menawarkan perjodohan pada anaknya ini, tapi tak pernah ada yang mau dirinya terima tentusaja dirinya faham betul alasan apa yang membuat anaknya menjadi begini kalau bukan lain mengenai gadis itu. Yang selalu membuat anaknya merasa rindu dan dicintai dirinya sangat dalam Vandra dan Jonathan pun tidak tau sosok seperti apa yang sudah mengambil hati anaknya itu begitu dalam terlebih lagi ketika dia mencoba menjalani hubungan dengan seorang perempuan tetapi dipisahkan oleh pernikahan mungkin sampai saat ini lah James belum pernah ingin menjalin asmara dan sejenisnya.

"Kamu serius?" tanya Vandra seakan tak percaya akan kalimat yang di ucapkan anaknya kemudian dia kembali memastikannya.

"Tentusaja, apa mama tidak ingin aku yang melakukannya?" balasan dari James membuat Vandra menggeleng cepat karena terlalu bersemangat ia langsung menghentikan makan malamnya serta pergi menuju kamar untuk menelfon temannya itu.

****

James duduk terdiam di atas kasur empuk miliknya sesekali tangannya itu sibuk membolak balik kan iPad guna mengecek kembali pekerjaan rumahnya.

"Kau serius dengan ucapanmu tadi?" pertanyaan yang tiba tiba datang itu menyapa James bahkan kini sosok itu sudah duduk di samping kakaknya hanya untuk menanyakan pertanyaan itu.

"Hmm.." hanya gumaman lah yang mampu James jawab membuat Frankie merasa sedikit bersalah.

"Kalau kau tidak mau jangan di paksakan." balas Frankie lagi karena ini memang seharusnya menjadi tugas dirinya untuk mengikuti perjodohan yang di buat oleh mama mereka.

"Kalau begitu apa kau mau menggantikan ku?" tanya James lagi kali ini Frankie hanya bisa terdiam seribu bahasa tak mampu membalas ataupun membantah.

"Tidak!" balasnya singkat dan padat.

"Kenapa?" James bertanya alasan adiknya itu.

"Karena aku sudah memiliki wanita yang aku sukai dan aku ingin melamarnya dalam waktu dekat ini, aku fikir menerima perjodohan ini bukan hal yang baik mengingat aku tidak mengenalnya sama sekali." balas Frankie cepat membuat mata James menyipit tajam mendengar kalimat adiknya kali ini ia tak menyangka akan jawaban sang adik.

"Kau, apa kau sedang bercanda?" James segera memastikan ucapan adiknya.

"Tentusaja tidak untuk apa juga aku bercanda." balas Frankie cepat.

"Siapa dia?" James kembali memberikan pertanyaan.

"Kau akan tahu nanti." setelah mengucapkan kalimat terakhirnya Frankie segera pergi meninggalkan kamar James.

Mata James menatap pintu yang telah tertutup itu dengan pandangan nanar setidaknya dirinya harus mampu menerima perjodohan ini masalah kedepannya biarlah dia yang akan mengurus nya nanti bukan hal yang terlalu susah untuk membuat perempuan itu membatalkan perjodohan ini secara sepihak, dirinya mampu bertindak apapun itu untuk membuat perjodohan ini batal lihat saja nanti.

****

Hari ini tepat di mana pertemuan dua keluarga itu terjadi. Bahkan dirinya James telah di suruh bersiap dari pagi padahal acaranya itu malam, dan karena terlalu bersemangat Vandra berulang kali bolak-balik mencari semua perlengkapan serta persiapan yang akan mereka bawakan nanti ke sana.

Sementara James hanya menatap dalam diam kelakuan ibunya itu.

Frankie yang melihat James sudah berpakaian rapi menggunakan setelan jas kini menepuk pundak sang kakak dengan senang.

"Aku sudah bisa mengira dia pasti akan langsung terpesona akan ketampanan mu." puji Frankie kemudian berlalu.

Siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan seorang James Candra Adigupta, bahkan diluar sana banyak perempuan mengantri untuk menjadi seorang pendamping dirinya tapi dirinya tidak terlalu berminat entahlah kali ini dia hanya ingin mencoba membahagiakan ibunya Vandra saja.

"Ayo kita berangkat." Vandra segera memberikan pengarahan sebelum kemudian mereka pergi menaiki mobil menuju kediaman perempuan yang di maksud.

****

Pintu keluarga Dimas pun terbuka di sambut dengan pemandangan antara Vandra dan Amira selaku ibu dari keluarga ini bercepika-cepiki. Bahkan ini semua harus di awali dengan perdebatan kecil, James hanya mampu tersenyum melihat ibunya yang terlalu bersemangat akan hal ini.

Lama mereka berbincang bersama sesekali Dimas mengajak dirinya ikut berbincang mengenai hal pribadi ataupun pekerjaan layaknya rekan kerja lainnya tentu James menjawab dengan semangat.

Hingga Amira menyuruh anaknya untuk turun.

dari awal perempuan itu menuruni anak tangga pandangan James sudah menatapnya dalam bahkan Jonathan menegur dirinya karena dianggap terlalu terpesona ia pun tidak memahami kenapa bisa dirinya begitu intens menatap sosok yang sedang berjalan menuruni tangga itu.

Sederhana dan tidak terlalu mencolok itulah pandangan pertama yang James berikan untuk perempuan itu terlebih lagi dia terus menundukkan wajah nya membuat diri James sedikit merasa gemas.

'Ingat tujuan nya hanya ingin membuat ibunya merasa bahagia.' kalimat itulah yang menyandarkan nya kembali.

Sampai saat perempuan itu di lantai bawah dengan semangat Vandra segera menarik dan menggoda dirinya.

Alexandra-.

itulah namanya bahkan tersimpan dengan rapi dalam ingatan seorang James Candra Adigupta. Walaupun jujur dirinya sedikit gemas melihat tingkah perempuan itu yang gugup untuk memanggil mamanya dengan sebutan mama.

"Bagaimana menurutmu James?" pertanyaan itu langsung menyadarkan James dari tatapan tajamnya bahkan dengan perlahan perempuan bernama Alexa itu menarik pandangan mencoba untuk menatap wajahnya.

Seakan keadaan menghipnotis keduanya menjadi terpaku dalam diam.

 

rasa apa ini bahkan dirinya pun tidak terlalu faham.

"Cantik" hanya kalimat itu yang James katakan dengan sejujur jujurnya.